Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

힘내

"Jungs, are you alright?" tanya Soo-yeon penasaran ketika melihat wajah Soo-jung yang layu setelah kembali dari kamar Bangtan.

"It's fine. I'm leaving, and don't even try to find me!" ucap Soo-jung yang langsung berjalan meninggalkan Soo-yeon dan Bangtan setelah menyerahkan dompetnya.

"Soo-jung a!" teriak Jung-kook dari kejauhan. Mendengar suaranya saja, Soo-jung ingin membakarnya hidup-hidup. Ia sudah muak dengan semua ini, tadinya ia sempat berpikir untuk memberikan Jung-kook kesempatan kedua, tapi setelah semua ini, ia yakin dengan satu hal. Yakni, ia dan Jung-kook memang tidak ditakdirkan bersama-sama.

"Bryan, send my jet to Melbourne, I'm going back to the States."

"Yes boss!"

🌵🌵🌵

Sudah sebulan sejak kejadian Jung-kook itu, dan anehnya Soo-jung tetap bisa fokus bekerja tanpa memikirkan Jung-kook. Di tengah pekerjaannya, tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke ponselnya.

"Soo-jung a, ada kabar buruk!"

"What now?" balas Soo-jung dengan kesal. Perlahan-lahan ia mengambil ear-piecenya dan meletakkan ponselnya jauh-jauh. Setelah diam sejenak, akhirnya sang penelpon berbicara lagi.

"Jung-kook masuk rumah sakit! Tadi pagi ia mengalami kecelakaan!"

"Apa?!" teriak Soo-jung terkejut. Ia langsung mengakhiri panggilan tersebut tanpa mendengar kelanjutannya. Tanpa berpikir dua kali, ia memanggil sekretarisnya dan menyuruhnya menyiapkan jet untuk perjalanannya ke Korea.

Sepanjang perjalanannya yang bisa ia pikirkan hanya Jung-kook. Entah kenapa peristiwa-peristiwa yang mereka lalui bersama, semuanya meluap kembali kepadanya.

Ia tidak bisa menahan tangisannya, meskipun ia begitu membenci Jung-kook, hatinya selalu mengkhianatinya.

Dengan langkah kaki yang berat, ia memasuki rumah sakit Jung-kook dikelilingi bodyguardnya. Ia mencoba sekuat mungkin untuk menahan air matanya sambil membuka pintu kamar rumah sakit Jung-kook. . . dan yang ia temukan adalah. . .


. . .


. . .


. . .


. . .


. . .


. . .


. . .


. . .


. . .


. . .



. . .



. . .



. . .


. . .


. . .


"Jung-kook?" gumam Soo-jung yang diam membeku menatapi Jung-kook asyik bermain dengan Tae-hyung di depannya.

"What the heck?" seketika itu juga ia berubah kembali menjadi ratu es.

"Kau! Kemari cepat!" ucapnya dengan jari telunjuknya yang menunjuk kearah Jimin.

"T-Tidak, S-Soo-yeon a selamatkan aku!" ucapnya gemetaran sambil berlindung di belakang Soo-yeon.

"Kill him sis!" tambah Soo-yeon dengan nada menyindir.

Melihat Jimin yang berusaha kabur dari cengkeraman bodyguard Soo-jung membuat para member Bangtan mereka tidak bisa menahan ketawa mereka. Setelah tertangkap, Jimin dibawa keluar oleh bodyguardnya, dan suasana ruangannya kembali sunyi.

"I should've known it was one of your tricks, I'm leaving!" ucap Soo-jung dengan tatapan mata yang penuh amarah. Ia baru ingin pergi ketika tangannya ditarik oleh seseorang di belakangnya.

"Kau masih peduli padaku?" ucap seseorang di belakangnya. Dia tahu benar suara siapa itu, dan hatinya seketika meleleh mendengar suaranya.

Namun tentunya, ia tidak akan mengakuinya begitu saja, "In your dreams!" cemooh Soo-yeon kembali dengan nada mengejek.

Perlahan-lahan para member Bangtan lain berjalan keluar dari ruangan tersebut, ditemani Soo-yeon. Mereka cukup peka untuk menyadari situasi yang dialami pasangan tersebut, dan tentunya mereka langsung keluar dari ruangan itu dengan alami.

"Good luck sis!" bisik Soo-yeon yang langsung berlari kabur ke samping Tae-hyung.

"Terus memangnya kenapa jika aku peduli kepadamu? Selama dua tahun aku telah memberikanmu semuanya dan kau masih tidak puas! Kau bahkan memberikan tatapan yang penuh kasih sayangmu pada wanita lain yang kau tiduri! Aku sudah lelah dengan semua ini! Karena itu lebih baik kita benar-benar berpisah!" teriak Soo-jung kembali, tentu saja Jung-kook sudah menduga semua ini, tetapi ia juga tidak bisa membuka mulutnya untuk menjelaskan semuanya.

"Maafkan aku, kejadian kemarin itu—"

"No need to talk about it, I'm leaving. Congratulations Jeon Jung-kook, you're the first man alive to ever get away after hurting me!" ucap Soo-jung yang langsung melepaskan pegangan Jung-kook. Ia berjalan meninggalkannya tanpa melihat ke belakang sedikitpun.

🌵🌵🌵

"Ms. Lee, someone sent this bouquet of flowers. . ." ucap salah seorang staff yang tiba-tiba memasuki kantor Soo-jung dengan membawa sebuah keranjang bunga besar.

Soo-jung langsung beranjak dari kursinya dengan penasaran lantaran ia berharap bahwa pengirimnya adalah orang itu.

"Good morning dear, Eat your meals properly and don't forget to drink your vitamins. Have a nice day! —T.L."

"Throw this away—"

"There's one more!" ucap sang staff sambil menyerahkan sebatang bunga mawar dengan kartu kecil di sebelahnya.

"Maafkan aku, itu saja yang ingin ku katakan. —J.J.K"

"Would you like me to throw the both of them?" tanya sang staff setelah melihat Soo-jung diam sejenak.

"Throw the big one. I'm keeping the small one," ucap Soo-jung dengan desahan lemah. Ia terus menatapi mawar yang ia pegang di dalam tangannya. Entah kenapa, hatinya selalu melemah setiap kali ia melihat Jung-kook mengiriminya sesuatu. Setiap senin, Jung-kook selalu mengiriminya bunga. Namun, anehnya ia selalu mengirim satu batang saja, dan ini bunga keempat yang ia terima.

Meskipun ia selalu dikirimi bunga oleh investor asing, maupun pengusaha kaya setiap hari, hatinya tidak berubah sedikitpun. Ia membuang semuanya bagaikan ratu es, bahkan suatu kali ada seorang investor asing yang mengirimkannya cincin berlian asli. Tentu saja, Soo-jung membuangnya ke tong sampah seolah-olah itu bukan apa-apa. Ia tidak pernah merasa terkejut maupun tersanjung menerima hal-hal yang besar, tetapi anehnya ia merasa tersentuh dikirimi kartu dan bunga oleh Jung-kook karena itulah yang selalu ia inginkan sejak awal.

"Mengapa kau harus mengirimiku bunga disaat kita sudah putus?" gumam Soo-jung sambil menatapi bunganya dengan sedih. Setiap kali ia melihat adiknya, ia merasa iri. Mengapa adiknya bisa hidup bahagia dengan Tae-hyung, sementara ia harus sengsara dengan hidupnya sebagai CEO. Namun, disisi lain, ia juga menyadari semua kesengsaraan yang harus dilalui Soo-yeon selama menyamar menjadinya. Bagi Soo-jung itu merupakan suatu hutang miliknya yang tidak akan pernah bisa dibayar dengan apapun. Karena itulah, ia memutuskan untuk mundur dari dunia cinta, sebab selama ini itulah yang selalu membuatnya lemah.

Sebagai CEO dan Kakak dari Lee Soo-yeon, ia harus tegar dan melindungi adiknya dari bahaya. Ia lebih memilih mati dibandingkan melihat adiknya menangis lagi melihatnya sengsara.

"Hidup ini sungguh berat. . ." gerutu Soo-yeon dengan tangannya yang mulai bergerak untuk melanjutkan pekerjaannya. Sebuah tumpukan kontrak tinggi di sampingnya telah menunggunya dari tadi.

🌵🌵🌵

"Kang Ra-yeon?" ucap Soo-jung dengan senyuman miring di wajahnya.

"Aku mohon padamu, berikan kembali kekayaan keluargaku! Aku berjanji—"

"Cut the act! Bukankah kau sangat bangga tadinya ketika mengatakan bahwa kau mempunyai hatinya Jung-kook?" sentak Soo-jung kembali dengan kejam melihat Ra-yeon berlutut di depannya.

"Soo-jung ssi, kami mohon kepadamu. . ." ucap Kang Taek-jung selaku ayah dari Ra-yeon. Semua anggota keluarga Kang bahkan mendatangi kantor Soo-jung untuk memohon kepadanya.

"Taek-jun ssi, aku tidak pernah mencari masalah denganmu, tetapi salahkan putrimu sendiri untuk kegagalan perusahaanmu kali ini!" ucap Soo-jung sebelum meninggalkan sang keluarga yang memohonnya tanpa mendengarkan mereka.

"Bryan, return his properties. But block Kang Ra-yeon's credit cards, connections, and prepare a contract for me!" bisik Soo-jung kepada sekretarisnya. Ia terduduk diam sejenak sambil menunggu kontrak yang disiapkan sekretarisnya.

"Apakah Jung-kook menginginkanku mengampuninya? Aish ada apa dengamu Soo-jung? Setiap kali kau memikirkannya kau selalu melemah kembali. . . what is wrong with me?" batin Soo-jung yang terus melamun kearah jendela kaca.

"Boss, here's the contract," ucap sekretarisnya sambil menyerahkannya sebuah folder tipis.

"Thanks!"

Dengan itu Soo-jung berjalan kembali ke dalam kantornya melihat keluarga Kang yang masih diam termenung dalam posisi berlutut mereka.

"Aku akan mengembalikan semua yang kuambil dari kalian. Tetapi janjikan aku satu hal," ujar Soo-jung sebelum berhenti sejenak.

"Anak perempuan kalian, Kang Ra-yeon harus bekerja menjadi karyawan biasa di perushaanku. Anggaplah ini sebagai pelajaran hidup untuk tidak bermain-main denganku."

Sebuah senyuman licik terbentuk pada wajah Soo-jung yang penuh kemenangan. Hal sebaliknya pada Ra-yeon yang harus menahan emosinya agar tidak mempermalukan orang tuanya.

Tanpa berpikir panjang, Kang Taek-jun langsung menandatangani kontraknya. Ia terpaksa menghiraukan omelan putrinya sendiri demi perusahaanya.

"Baiklah Lee Soo-jung, aku menerima tantanganmu! Kau akan melihat dengan matamu sendiri akibat dari merendahkanku!" teriak Ra-yeon kesal sebelum meninggalkan orang tuanya yang masih terus memohon Soo-jung.

"Don't worry, aku tidak akan mempermalukannya. Aku hanya ingin dia mendapat pelajaran hidup agar tidak membuang uang yang tidak ia dapatkan melalui usahanya sendiri." ucap Soo-jung dengan manis kepada pasangan suami istri Kang yang terduduk diam dengan senyuman lega di depannya.

"Silahkan saja kau menantangku, aku tidak keberatan. Karena pada akhirnya aku akan tetap menginjak kau di bawah kakiku!" batin Soo-jung dengan senyuman licik melihat kepergian Kang Ra-yeon.

—End of Chapter Eight : 힘내—

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro