Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

사진

"Soo-jung a. . ." bisik Jung-kook setelah melihat kelopak mata Soo-jung berkedip beberapa kali.

"Mengapa aku di rumah sakit?" tanya Soo-jung setelah menyadari tiang infusnya yang berdiri tepat di sebelahnya. Ia langsung menatapi Jung-kook dengan bertanya-tanya.

"Kau jatuh dari tangga—"

"Why would you bring me to a public hospital when you clearly knew that. . ."

Suara Soo-jung yang awalnya berteriak keras kearah Jung-kook lama kelamaan mulai tak terdengar dan menyatu dengan kesunyian. Setelah mengusap matanya beberapa kali, ia langsung diam.

"Sorry, kupikir kau tadi salah satu karyawanku. Sebagai seorang CEO dari Lee Corp, semuanya yang mengenai diriku harus dirahasiakan. Terutama mengenai kesehatanku. Jika mereka mengetahui bahwa aku mempunyai hemofilia, habislah nyawaku—"

"Maafkan aku. . . aku seharusnya tidak membawamu kesini. Aku sudah menghubungi sekretarismu dan ia membawa sekelompok bodyguardmu kemari."

Mendengar ucapan Jung-kook, Soo-jung langsung bisa mengambil nafas lega. Tentu saja, melihat raut wajah Soo-jung yang kembali tenang, Jung-kook juga ikut tenang.

"You did the right thing, buddy. . ."

Kata terakhir dalam kalimat Soo-jung entah kenapa membuat hati Jung-kook tertusuk. Setiap kali ia memikirkan perbincangan mereka mengenai hubungan mereka selalu membuatnya kesal terhadap dirinya sendiri.

"Maafkan aku, Soo-jung." ucap Jung-kook lirih.

"You don't have to apologize. Ini bukan salahmu," jawab Soo-jung dengan senyuman ceria. Ia mungkin terlihat bahagia di luar, tetapi itu tidak berarti ia baik-baik saja di dalam hatinya. Mengucapkan kata 'teman', membuatnya teringat kembali pada percakapan mereka yang juga melukai hatinya. Ia ingin sekali Jung-kook untuk terus mengejar hatinya, tetapi mungkin Jung-kook sudah lelah—ia juga lelah.

"Aku akan keluar sebentar untuk membelikan makananmu—" ucap Jung-kook sebelum beranjak dari kursinya dan meninggalkan Soo-jung sebentar. Langkah kakinya terhenti ketika ia melihat sebuah sosok memasuki ruangan Soo-jung.

"Hey Jungs! I brought you dinner!" ucap Soo-yeon ceria sebelum menoleh kearah Jung-kook dengan dingin. Tae-hyung yang tiba-tiba muncul di sampingnya dengan nafas terengah-engah membuat Jung-kook lebih penasaran lagi tentang apa yang terjadi barusan.

"Soo-yeon a, jangan lari. Aku bukan Jung-kook yang bisa mengikuti kecepatan larimu." ucap Tae-hyung sambil berlutut untuk beristirahat di belakang pintu. Setelah nama Jung-kook disebutkan, Soo-yeon langsung menoleh kearahnya dengan jari telunjuknya yang menunjuk tepat kearah wajahnya.

"Jeon Jung-kook ssi, sepuluh track telah menunggumu di ruang rekaman kita mulai besok. Sebagai producermu aku berharap—"

"Stop it!" sela Soo-jung yang tiba-tiba mulai tertawa tanpa henti.

"Eonni, apakah dengan jatuh dari lantai dua membuat kepalamu miring or something?" ucap Soo-yeon dengan nada menyindir.

"It's not his fault. By the way, I need a moment to talk to my little friend here." ucap Soo-jung dengan jarinya yang meraih tangannya Jung-kook. Ia bisa melihat reaksi ketiga orang lainnya yang cukup terkejut mendengarnya, tetapi ia benar-benar butuh waktu untuk berbicara dengan Jung-kook meskipun hanya sebentar.

🌵🌵🌵

"It's been a long time since we had a proper talk. I just wanted to straight things out. . ." ucap Soo-jung seraya berjalan bersama Jung-kook di sebuah taman kecil. Mungkin inilah saat yang ia tunggu-tunggu, mau atau tidak ia harus melepaskan Jung-kook. Jika ia terus mempertahankan dan membencinya seperti ini, keadaan akan terus memburuk. Mungkin, satu-satunya pilihan yang tersisa adalah melepaskannya dengan tulus.

"Aku ingin meminta maaf, aku terlalu egois untuk terus memegang hatimu dan mempermainkanmu begitu saja. Tetapi, Soo-jung a. . . Entah kenapa aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja."

Setelah semua yang mereka lalui bersama-sama, tentunya itu bukan hal yang mudah. Soo-jung merasa bahwa ini semua harus berakhir baginya untuk kembali ke wujud normalnya. Sedangkan Jung-kook, ia ingin sekali mempertahankan Soo-jung. Disaat dimana Soo-jung terlihat pucat dan lemas, hatinya tertusuk-tusuk dan sakitnya bukan main. Ia tidak ingin melepaskan permata di depannya begitu saja. Selama ini ia begitu bodoh untuk tidak menyadari betapa pentingnya kehadiran Soo-jung yang selalu mengawasinya, menjaganya, menceramahinya, bahkan menghentikannya sebelum ia melesat terlalu jauh dari kenyataan.

"Kau tahu lebih dari siapapun bahwa jika kita terus melanjutkan hubungan ini, kita akan lebih menyakiti satu sama lain." ucap Soo-jung dengan lirih, tetapi paling tidak Jung-kook bisa mendengarnya jelas-jelas.

"Ada satu hal yang membuatku penasaran. Mengapa kau tidak pernah menangis di depanku? Aku mendengar dari TaeTae hyung dan Soo-yeon bahwa kau sering sekali menangis. Tetapi selama dua tahun aku belum pernah melihatmu menangis, sekalipun. Mengapa kau tidak memukulku seperti para wanita lain yang kesal setelah aku meninggalkan mereka? Mengapa kau tidak berbicara kasar di depanku seperti mereka yang kupermainkan begitu saja? Mengapa kau harus menahan semua emosimu?" tanya Jung-kook dengan air mata yang perlahan mulai menetes turun dari wajahnya.

"Itu bukan satu hal, itu banyak hal, Kookie oppa." balas Soo-jung kembali dengan maksud melucu. Namun raut wajahnya yang sedih tentu mengatakan sebaliknya.

"Just because my eyes doesn't have tears, that doesn't mean my heart doesn't cry." ucap Soo-jung dengan senyum tipis.

Satu kalimat itu saja telah membuka mata Jung-kook lebar-lebar. Kalimat itu menusuknya di dalam hatinya, dan tentunya ia akhirnya mengerti perasaan Soo-jung.

"Aku tidak ingin kehilanganmu Soo-jung a, kau bisa tanya ke Soo-yeon betapa paniknya dan gilanya aku setiap kali aku mendengarmu hilang dari kantor. Atau berpergian keluar kota dalam jangka waktu panjang. Semuanya membuatku histeris dan susah fokus. Jika saja selama dua tahun terakhir kau paling tidak meninggalkanku pesan atau apapun hatiku pasti tenang." ucap Jung-kook dengan suara yang mulai serak. Ia kembali diam sejenak melihat mata Soo-jung yang juga mulai berkaca-kaca.

"Tetapi aku tahu, itu bukan dirimu." lanjut Jung-kook untuk mengakhiri kalimatnya.

"Kau bukanlah seseorang yang suka meneriakkan cintamu keras-keras, atau bahkan menciumku setiap waktu seperti Soo-yeon kepada Tae-hyung. Kau adalah seseorang yang menyatakan cintannya dengan melakukan hal-hal yang dapat melindungiku."

"Lihatlah dirimu Kook a, kau begitu mengetahui diriku. Mengapa kau harus meragukanku?" tanya Soo-jung kembali. Berbagai macam pikiran langsung menyeruak ke dalam kepalanya. Ia harus menghentikan semua ini. Perbincangan ini malah akan menyakitinya lebih parah.

"I'm sorry. But you have to know this," ucap Soo-jung dengan desahan lemah, "Pada suatu titik, kau harus menyadari bahwa seseorang harus terus berada di hatimu, tetapi bukan di hidupmu."

Soo-jung terhenti sebentar untuk menahan tangisnya. Ada banyak hal yang harus ia beritahu Jung-kook sebelum itu terlambat, tetapi sepertinya hatinya sudah tidak kuat untuk mengatakan semua hal yang selama ini ia pendam. Kalimat terakhir yang ia ucapkan tentunya melukiskan dengan tepat hubungan mereka selama ini. Karena itulah, tidak ada lagi yang harus dibicarakan. Soo-jung beranjak dari kursinya dan kabur kembali ke kamarnya. Ia sudah mengatakan semua yang harus ia katakan. Jika ia berada di sebelah Jung-kook sedikit lebih lama lagi, itu akan membuat perpisahan mereka lebih sulit.

"Sepertinya, inilah akhirnya dari hubunganku dengannya. . ." ucap Soo-jung sambil menatapi foto Jung-kook yang berada di dalam ponselnya. Ia menatapinya satu per satu sebelum akhirnya menghapus semuanya. Ia harus memulai semuanya kembali dari awal. Mulai sekarang sudah tidak ada lagi Soo-jung ie yang manis, ia harus tegar untuk berdiri sebagai Lee Soo-jung.

—End of Chapter Twelve : 사진—

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro