그만해
"Tae-hyung oppa, Kookie oppa hari ini kemana? Aku belum melihatnya seharian?" tanya Soo-yeon sambil berjalan kearah Tae-hyung, membawa dua botol soda di tangannya.
Setelah menerima sebotol soda dari tangan Soo-yeon, Tae-hyung akhirnya membuka mulutnya untuk berbicara.
"Dia pergi ke Soo-jung." ucapnya dengan santai. Namun, ekspresi Soo-yeon yang melongo langsung membuatnya bingung.
"What?! Berarti tadi eonni teriak-teriak pasti karena Kookie oppa," ujar Soo-yeon sambil menggeleng-gelengkan kepalanya mengingat kembali kejadian tadi pagi.
Awalnya, ia bermaksud untuk menghubungi kakaknya untuk mengucapkan selamat atas kerja sama Lee Corp dengan perusahaan besar lainnya, namun anehnya ia malah disambut dengan eonni-nya yang tiba-tiba histeris meneriakkan satu kata, "Kook."
Seharusnya, Soo-yeon sudah bisa menebak alasannya, tetapi entah kenapa ia tetap bingung sepanjang hari memikirkan alasan eonni-nya berteriak.
"Soo-yeon ssi, apakah file rekamannya sudah siap?" tanya Bang PD yang tiba-tiba memasuki ruang rekaman begitu saja. Soo-yeon langsung beranjak dari kursinya dengan tatapan horror.
"I-Itu. . . t-tadi aku sudah menyiapkan filenya. Tetapi. . ."
"Tetapi apa?" tanya Bang PD yang mulai jengkel mendengar cara berbicara Soo-yeon yang tidak jelas.
"Entah kenapa hilang. . ." lanjut Soo-yeon dengan suara lembut.
"Apa?! Cepat cari file-nya dasar Soo-yeon!" teriak Bang PDnim keras-keras.
"Ne!" jawab Soo-yeon sambil berlari keluar dari ruang rekaman tersebut secepat mungkin. Tae-hyung hanya bisa menahan rasa ketawanya ketika ia berhasil menemukan file yang Soo-yeon cari.
Daritadi, Soo-yeon telah mengalungi flash-discnya di lehernya—dengan maksud agar ia tidak lupa tempat menaruhnya—namun pada akhirnya, ia tetap lupa.
🌵🌵🌵
"Hyung, aku sudah kembali ke Incheon. Tolong jemput aku."
"Baiklah, Kook-a." jawab Jimin sebelum mengakhiri panggilannya. Selama perjalanan, ia hanya bisa memikirkan satu hal. Apakah ia bisa berhasil menjalankannya?
"Hyung!" teriak Jung-kook dari kejauhan setelah melihat Jimin berjalan turun dari mobilnya. Ia berlari dan langsung memeluk Jimin sejenak.
Perlahan-lahan ia mengangkat bagasinya dan memasukannya ke dalam mobil Ji-min. Para fans mereka sedikit demi sedikit mulai meramaikan bandara, karena itu mereka harus bergerak cepat sebelum dihadang sasaeng fans mereka.
"Kook a, hyung lagi ingin minum, apakah kau mau menemaniku?" tanya Jimin dengan nada berpura-pura lelah. Jung-kook yang masih belum menyadari apa-apa hanya bisa menganggukan kepalanya setelah melihat acting Jimin yang berpura-pura frustasi.
"Kita minum dimana?" tanya Jung-kook penasaran sambil berpura-pura memainkan ponselnya untuk terlihat sibuk.
"Tenang saja, aku sudah memesan tempat khusus untuk kita." jawab Jimin kembali dengan seringai licik di wajahnya. Namun sayangnya, Jung-kook yang terlanjur fokus pada game-nya gagal menangkap maksud Jimin.
🌵🌵🌵
"Hyung, kenapa kita malah disini?" tanya Jung-kook penasaran setelah melihat Jimin memarkir mobilnya di depan club mereka yang biasanya.
Seingat Jung-kook, kalau mereka minum, mereka perginya ke bar. Kalau mereka stress, baru ke club. Tapi kenapa ini malah kebalikannya?
"Eh, sudahlah, selamat bersenang-senang!" ucap Jimin bahagia sambil berlari meninggalkan Jung-kook sendiri di pintu masuk.
Jung-kook mulai mempunyai firasat buruk, semua kelakuannya ketika di tempat ini menyeruak kembali ke dalam pikirannya. Ia tidak ingin menyakiti Soo-jung lagi, karena itu mau tidak mau ia harus menghadapi trauma-nya ini.
"Siapa namamu?" tanya seorang wanita yang mulai mendekati Jung-kook.
"Bukan urusanmu." balas Jung-kook ketus sambil mencoba menghindarinya. Ia melihat sebuah kursi kosong di dekat bar dan langsung berlari mendapatkannya.
Ia berhasil mendapatkan ketenangan—tidak diganggu wanita lain, selama lima menit sampai akhirnya. . .
"Lepaskan aku, mumpung aku masih belum bermain kasar." ancam Jung-kook ketika tiga orang wanita mulai mendekatinya dan mengelus-elus pundaknya.
"Aku lebih suka kasar. . ." balas wanita tadi sambil meletakkan tubuhnya di pangkuan Jung-kook. Melihat tingkahnya yang keterlaluan, Jung-kook langsung mendorongnya dengan paksa dan berlari ke lift terdekat.
"Astaga. . . susah sekali mereka." gerutu Jung-kook seraya memijat pelipisnya sendiri.
Lift yang dinaiki Jung-kook tiba-tiba terhenti di lantai ketiga. Lantai yang paling ditakuti Jung-kook. Semua perbuatannya yang telah menyakiti Soo-jung, semuanya terjadi disini.
Sekelompok wanita berpakaian ketat mulai menariknya ke sebuah kamar, dan anehnya Jung-kook juga tidak melawan. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi manajer dari club tersebut.
"Hyung, ini aku Jung-kook, segera pecat enam karyawanmu. Lee Hae-ra, Yoon Si-eun, Kang Hee-yeon, dan entah tiga lagi yang namanya aku lupakan. Pecat mereka semua!" teriak Jung-kook berapi-api.
"Sudahlah Kook, pacarmu juga waktu itu tidak perduli apakah kau tidur dengan kami atau tidak, kenapa kau malah sok sensitif sekarang?" tanya Yoon Si-eun dengan nada menyindir. Ia menyilangkan tangannya dan mulai berjalan mendekati Jung-kook dengan tatapan menantang.
"Jangan berbicara buruk tentang Soo-jung, setidaknya ia masih punya martabat. Bandingkanlah itu dengan kalian!" sentak Jung-kook kembali dengan ketus.
"Meskipun begitu, kau tidak mencintainya." tambah salah seorang gadis lain.
Jung-kook langsung menoleh kearahnya dan memberikannya sirikan dingin, "Apa maksudmu?"
"Kalau kau begitu mencintainya maka kau pasti tidak akan mempermainkannya dengan mudah seperti enam bulan yang lalu."
Jung-kook memberikannya senyuman miris dan berjalan tepat di depannya.
"Enam bulan yang lalu. . . itu dulu. Sekarang, aku bahkan berani membakar tempat ini jika Soo-jung memintaku. Aku juga berani berhenti minum selama setahun jika ia menyuruhku. Aku akan melakukan apapun deminya karena aku mencintainya." lanjut Jung-kook dengan nada yang serius. Namun, gadis-gadis itu masih punya kartu alpha yang bisa mereka pakai.
"Kalau kau mengatakan itu, apakah kau berani meniduri salah satu dari kami jika ia menyuruhmu?" tanya Yoon Si-eun kembali.
"Tidak. Walaupun ia menyuruhku untuk tidur dengan kalian, aku tidak akan melakukan itu. Aku sudah cukup menyakitinya, dan aku tidak akan pernah melakukan itu lagi." tegas Jung-kook dengan mata berbinar.
Mendengar ucapan Jung-kook, keenam gadis tersebut langsung berlari berserakan keluar ruangan. Jung-kook hanya bisa menatapi mereka dengan bingung ketika ia melihat seorang wanita lain yang masih memakai jas kerjanya memasuki ruangannya.
"Oho, I have to say, I'm impressed." ucap sang wanita seraya menepukkan tangannya setelah mendengar ucapan Jung-kook.
"Yang benar saja Soo-jung a? Kau masih belum bisa memercayaiku?" tanya Jung-kook dengan nada seolah-olah ia tidak memercayai matanya sendiri. Dari awal ia sudah curiga dengan perilaku Ji-min, dan sekarang akhirnya ia mengerti. Ini semua hanyalah ujian.
"Tidak. Aku melakukan ini, karena aku percaya bahwa kau pasti lulus ujiannya." balas Soo-jung kembali sebelum berlari memeluk Jung-kook erat-erat.
"Aku hanya mencintaimu Lee Soo-jung, hanya kau." bisik Jung-kook dengan nada lirih tepat di telinga Soo-jung.
—End of Chapter Seventeen : 그만해—
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro