Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

같이

"Kook oppa!" teriak Soo-yeon sambil berlari secepat mungkin ke dalam kamar Jung-kook.

Dengan nafas terengah-engah ia berjalan mendekati Jung-kook yang terbaring diatas kasurnya.

"Eonni mengirimkan ini untukmu," ucap Soo-yeon sambil menyodorkan sebuah amplop besar yang cukup tebal. Setelah melihat Kook menerimanya dengan pandangan bertanya-tanya, Soo-yeon langsung berlari keluar dari kamarnya.

Sebuah senyuman lebar langsung terlukis pada wajah Jungkook detik dimana ia membaca suratnya. Tak lama kemudian, ia sudah berjalan keluar dari kamarnya dengan koper serta amplop tersebut di tangannya.

"Kook a, kau mau kemana?" tanya Tae-hyung yang terduduk di atas sofa dengan Soo-yeon di sampingnya. Soo-yeon sebenarnya juga penasaran, tetapi ia sudah menduga hal ini sejak tadi pagi ketika kakaknya mengirimkannya amplop tersebut.

"Soo-jungie mengajakku pergi ke Europe. Producer-nim, karena kita sudah tidak ada schedule, tolong sampaikan ke Bang PD-nim bahwa aku hanya pergi sebentar."

"Okay! Have a great vacation!" teriak Soo-yeon dengan ceria ketika melihat Jung-kook menutup pintu.

🌵🌵🌵

"Soo-jung a, kau dimana?" tanya Jung-kook penasaran setelah melihat nama pesawatnya yang tidak ada di gerbang check-in.

"Di pesawat pribadiku, tidak perlu check-in, we're boarding in five minutes. Aku ada di waiting room executive." jawab Soo-jung kembali dengan senyuman yang tidak kunjung hilang dari wajahnya. Sejak kemarin, ia tidak bisa menahan semangatnya dan entah kenapa berubah menjadi seorang 'Happy-virus' diantara karyawannya.

"Baiklah, tunggu aku disitu. Jangan berbicara dengan pria lain, jangan berpelukkan, jangan menjabat tangannya, jangan—"

"Possessive much?" tanya Soo-jung kembali, menyindir Jung-kook yang beberapa hari ini begitu anti terhadapnya berada di dekat pria lain. Itu juga termasuk member Bangtan, tentunya.

Lima menit berlalu dan . . .

"Soo-jung a!" panggil Jung-kook dengan nafas terengah-engah setelah berhasil menemukan ruang executive yang ditempati Soo-jung.

"Let's go!" ujar Soo-jung yang langsung beranjak dari kursinya. Ia merapikan koper serta tasnya sebelum berjalan kearah pintu keluar waiting roomnya.

"Tunggu!" ucapan Jung-kook itu langsung membuat Soo-jung membeku dan menoleh kembali dengan khawatir.

"Aku lelah." lanjut Jung-kook yang masih mencoba menangkap nafasnya terlebih dahulu. Melihat tingkah Jung-kook yang begitu lucu, Soo-jung langsung berlari kearahnya dan memberikannya ciuman cepat di bibirnya sebelum berlari kabur meninggalkan Jung-kook. Setelah mendapatkan ciuman dari Soo-jung yang biasanya malu-malu, Jung-kook langsung beranjak dari kursinya dengan bersemangat, mengejar Soo-jung yang sudah menaiki pesawatnya terlebih dahulu.

🌵🌵🌵

"Soo-jung a," bisik Jung-kook kepada Soo-jung yang tertidur pulas di bahunya, namun meskipun dipanggil berkali-kali, Soo-jung tetap tertidur pulas. Melihatnya dalam posisi seperti ini mengingatkan Jung-kook pada cerita Tae-hyung dan Soo-yeon yang sama ketika di pesawat. Soo-yeon tertidur pulas di bahu Tae-hyung, meskipun sudah dipanggil bahkan oleh manajernya sendiri.

"Soo-jung a," bisik Jung-kook kembali dengan iseng, mecoba menguji apakah Soo-jung akan bangun atau tidak. Namun, ia malah dibalas dengan gigauan Soo-jung yang masih tertidur pulas.

"Kook. . . jangan lakukan ini padaku. . . oppa. . .jangan. . . tinggalkan. . . jangan. . ."

Setelah mengigau beberapa kata, Soo-jung langsung terbangun dengan nafas terengah-engah. Tentunya, Jung-kook begitu terkejut melihat wajah Soo-jung yang memucat.

"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Jung-kook khawatir sambil terus memeriksa wajah Soo-jung. Ia dihentikan oleh tangan Soo-jung yang menahannya dengan santai.

"I'm fine. . . tadi. . . hanyalah sebuah mimpi buruk." ujar Soo-jung dengan desahan lemah, sejujurnya ia juga bingung mengapa beberapa hari ini, ia terus mendapat mimpi buruk mengenai Jung-kook yang selalu menyakitinya melalui semua perbuatannya beberapa bulan yang lalu.

"Kau sungguh sulit di bangunkan, sama seperti Soo-yeon." ucap Jung-kook sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Soo-jung yang mendengar ucapannya cukup terkejut, "Bagaimana kau bisa tahu bahwa kita sulit dibangunkan?"

"TaeTae-hyung menceritakannya kepadaku, bahwa Soo-yeon sulit dibangunkan ketika di pesawat." balas Jung-kook kembali dengan seringai yang terlukis pada wajahnya.

"Ah, begitu." gumam Soo-jung yang mengernyitkan dahinya karena kepalanya tiba-tiba terasa berat. Ia mulai berjalan ke toiletnya untuk meminum obatnya, namun ia cukup terkejut ketika ia tiba-tiba memuntahkan darah dari mulutnya. Sebagai seorang pengidap hemofilia, jika sekali ia berdarah, maka sulit untuk menghentikannya. Selama setengah jam, ia terus berada di toilet memuntahkan darah. Jung-kook yang lama kelamaan mulai khawatir menunggu Soo-jung, akhirnya memutuskan untuk pergi ke toilet untuk menge-check kondisinya. Namun, sebelum ia sampai di toilet, ia sudah disambut oleh Soo-jung dengan senyuman manis.

"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Jung-kook khawatir sambil meletakkan tangannya pada dahi Soo-jung, ia pikir Soo-jung terserang demam atau flu.

"I'm fine, let's go back. Kita akan mendarat dalam setengah jam." balas Soo-jung kembali sambil mendorong punggung Jung-kook untuk kembali ke kursinya. Tanpa sepengetahuan Jung-kook, Soo-jung menyisipkan kembali aspirinnya ke dalam tas kerjanya.

🌵🌵🌵

"Kenapa kita harus disambut oleh hujan di hari seperti ini?" gerutu Soo-jung yang kesal setelah melihat sekeliling mereka basah akibat hujan yang tidak kunjung berhenti di London. Awalnya, ia telah menjadwalkan berbagai macam aktivitas untuk mereka, namun semua rencananya kandas akibat hujan ini. Ia tidak punya pilihan lain kecuali berada di hotel mereka.

"Sudahlah, kita bisa beristirahat terlebih dahulu." saran Jung-kook sambil mengelus-elus pundak Soo-jung. Tingkah Soo-jung yang kesal selalu membuatnya tersenyum seperti orang bodoh, bisa dibilang semua mengenai Soo-jung selalu membuatnya tersenyum bahagia.

Sambil terus menatapi jendela dengan sedih, Soo-jung bahkan tidak sadar bahwa mereka sudah sampai di depan hotel mereka. Jung-kook yang cekatan ternyata sudah membawakan kopernya ke dalam dan membukakan pintu untuk dirinya yang daristadi terus melamun.

"Kau ke atas duluan saja," ucap Soo-jung sambil berjalan kearah meja adminstrasi untuk mengkonfirmasi reservation mereka. Namun, seperti biasa, Jung-kook terus menempel di sebelah Soo-jung. "Sudahlah, aku bisa mengurusnya, kau ke atas duluan saja," gerutu Soo-jung sambil mendorong Jung-kook untuk meninggalkannya.

Setelah kepergian Jung-kook, para staff tidak bisa menahan ketawa mereka, namun mereka langsung membeku diam ketika melihat Soo-jung menoleh kembali kearah mereka. Dalam sekejap, mereka langsung membungkuk meminta maaf pada Soo-jung yang bahkan tidak mengetahui mengapa mereka begitu takut padanya.

"I'm not some kind of monster, so please, relax." ucap Soo-jung dengan senyuman ceria setelah melihat para staff yang ketakutan dan berpikir bahwa ia akan marah. Mereka melanjutkan tugas mereka dan memberikan kunci kamarnya pada Soo-jung dengan raut wajah beku bagaikan es.

Salah satu staffnya akhirnya membuka mulutnya untuk berbicara, "Is he your boyfriend?" tanya-nya dengan penasaran.

"Yes!" balas Soo-jung kembali dengan senyum malu-malu.

"You look cute together." bisiknya kembali, hingga membuat Soo-jung tertawa geli.

"Thanks! I'll definitely tell Tori to give you a raise for that compliment," ucap Soo-jung dengan ceria sebelum berjalan kearah lift setelah menerima kuncinya.

Liftnya terbuka dan Soo-jung mendapati tiga pria berpakaian jas lengkap bagaikan bodyguard. Dengan gugup ia memasuki lift itu dan menyiapkan pistolnya. Seperti dugaannya, di tengah lift, ketiga pria tersebut langsung menyerangnya. Namun, sayangnya, Soo-jung gagal berhasil mengalahkan mereka, ia jatuh pingsan setelah dipukul di lehernya.

Jung-kook yang terlanjur ketiduran tidak menyadari kehilangan Soo-jung hingga ia bangun malam itu. Dengan panik, ia berjalan kesana kemari menelpon para membernya dan Soo-yeon. Ia memutuskan untuk tidak mengabari perusahaannya, karena ia ingat akan ucapan Soo-jung untuk menjaga apapun berbau pribadi mengenainya dari perusahaan. Malam itu, ia tentunya tidak bisa tidur, ia memegang erat-erat ponselnya di dadanya, jika seandainya Soo-jung menghubunginya.

—End of Chapter Eighteen : 같이—

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro