Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

x v . d i b a l i k i d e a l

"Karena hidup gue bukan cuma bikin nyenengin orang disekitar gue, termasuk elo."

Radelyn memikirkan perkataan Frag yang berhasil menarik daya perhatiannya. Jika dibandingkan dengannya, pendapat itulah sangat berbanding.

Fokusnya teralih ketika objek yang sedari tadi memasuki beban pikirannya itu kini tanpa nyata. Sebagaimana, disana ada beberapa keanggotaan inti menyiapkan komsumsi makan makan--termasuk posisi Frag, yang merupakan anggota inti pecinta alam. 

"Spesial buat lo," goda Frag mengulurkan sekotak makan yang telah dirancangnya berbeda dari lain hanya untuk Radelyn, seorang.

"Hekm! Sapisial!" imbuh Bara, makhluk alien itu selalu bisa bisa saja dimana ia berada. Ralat-ralat. Bukan 'spesial', melainkan 'sapisial'.

Entah apa didalamnya, atau bisa juga niat jahat terselubung. Atau bisa juga .. . ash! Berbagai macam pikiran horror menguasai alih pikir Radelyn, membuatnya cepat-cepat membuka bungkusan kotak makan pemberian Frag.

Benar saja, dugaannya! Tidak salah lagi. Pasti ada yang tidak beres. Sebagaimana bekal kotak makanan yang sengaja Frag peruntukan untuk Radelyn memiliki porsi dua kali lipat daripada yang lain.

"Emang bener, ada uang di balik batu," lagi-lagi Radelyn harus bersikap biasa saja di hadapannya teman lainnya. Dengan porsi yang jauh lebih banyak, membuatnya kali ini ia harus menahan umpatan kasar kepada Frag. Sudah tau, Radelyn sangat menjaga berat badan. Yang ada Frag malah memperburuk timbangan.

"Yakin lo bisa makan sebanyak itu? Tapi sayang juga kalau dibuang kan mubazir," alih-alih Raberta bertanya mempertanyakan kondisikan Radelyn apa baik-baik saja.

"Bisa sepiring berdua, juga. Ah, lo pada ribet amat jadi cewek," cibir Frag mengakhiri perdebatan. Telah bersiap memakan kotak bekal makanannya dengan lahap.

"Sepiring berdua? Uwu, dong!"

Radelyn membiarkan komentar lebih banyak dari teman-temannya. Yang terpenting saat ini adalah menyiapkan mental dengan porsi makanan dihadapannya. 

Tidak hanya sampai disitu, diiringi dengan candaan teman-teman lainnya, tanpa dirasa Radelyn berhasil memghabiskannya kurang dari setengah porsi. Setidaknya ada kemajuan.

"Kalau udah kenyang, enggak perlu dipaksa," tegur Frag dengan maksud tertentu menghentikan sendok yang masih digengamannya.

Tanpa memprotes, apapun lagi Radelyn menganggut mengangguk. Ini adalah kesempatan, di balik kesempitan. Detik itu juga, ia membuang lauk pauknya yang masih tersisa memberikannya kepada setiap kucing kampung peliharan sekolah yang datang ke arahnya. 

"Meong ...!"

Satu per satu bermunculan, beberapa kucing kampung itu siap berebut dengan makanan yang Radelyn beri kepada mereka secara cuma-cuma.

"Ternyata lo pecinta binatang juga," puji Bara. Bahkan ia harus mengindari kucing-kucing imut tak bersalah itu karena ketakutannya terhadap kucing.

Radelyn hanya terkekeh kecil mendengar perkataan Bara. Pecinta bintang? Padahal, dalam hati kecilnya, ia tak memberikan memberikan makanan bekas kepada para kucing. Terhitunglah, ini pertama kalinya. Jika berada di kediaman rumah, makanan yang tidak habis akan dibuang saat itu jua. 

"Hem ... gue ke toilet dulu," gercap Radelyn tidak lama kemudian mengeluarkan sepaket sikat dan pasta gigi dari dalam tas lalu bangkit dari posisi duduknya. Lalu, dengan sengaja menyengol Frag, dengan bahasa isyarat.

"Pasta gigi pepsodent."

"Ohya! Gue mau sikat gigi, juga!" Radelyn berseru membalas perkataan Bara yang tertuju ke arah dua benda yang menjadi daya perhatiannya.

Bara menunjukkan senyum gigi runcingnya beriklan pasta gigi pepsodent. "Senyum pepsoden."

Frag menjitaknya dengan kalimat, "Dunia periklanan gigi berlubang, kalau lo jadi bintang iklan." 

"Sudah. Jangan berteman," gelik Radelyn memisahkan perdebatan kedua lelaki itu.

Kebetulan, dilihat orang sekitarnya tidak terlalu memperhatikannya. Ini kesempatan bagus bagi Radelyn agar segera bertindak.

Lagi-lagi langkah Radelyn terhenti ketika Ferninda memberikan tawaran, "Radelyn! Radelyn! Mau kita anter?"

"Hem ...." Radelyn sejenak berfikir.

Tak lama atensitas mereka beralih ke Frengky, besti Frag yang tidak jauh dari angka sebelas-dua belas.

"Anjg!" umpat Frag kasar. Tersedak akibat kedatangan Frengky yang sengaja menepuk pundaknya dengan keras saat sedang menelan.

"Cewek lo yang mana, bre? Pilih dia, atau dia yang kau suka."

Air mineral yang hampir saja masuk ke tenggorokan kini terurungkan, Frag tak segan-segan memuncaratkannya kepada Frengky, teman sialannya itu. Apalagi yang ditunjuk Frengky antara Ferninda, dan Radelyn.

"Raberta Balet." Frengky memangilnya dengan asal, berlagak membaca formulir panggilan yang menjadi tujuan awalnya kemari.

"Raberta Balerti," pintah Raberta membenarkan namanya. Belum dibancai, sudah menjadi nama orang seenaknya! Huft!

"Canda, balet. Nah iya, Raberta Balerti," jelas Frengky membenarkan melanjutkan kalimat yang sempat terturungkan, "Dipanggil bokap gue--eh, maksudnya pak kepsek di ruangannya," geliknya tertawa sendiri meratapi pola kalimatnya yang berulang kali mendapatkan kesalahan.

Raberta, siswi yang dipanggil namanya itu mengucapkan terima kasih sebelum bangkit dari tempat duduknya segera menuju ke arah panggilan. Palingan juga tidak jauh beda dari sebelumnya. Ia idak terlalu takut jika berurusan ke ruang kepala sekolah.

"Radelyn, bareng dong!" teriak Raberta mengajak bebarengan selagi tempat yang akan mereka tuju satu arah.

"Bareng kemana?"

"Kan kita satu arah."

Ohya, Radelyn hampir lupa akan hal itu!

Sesampainya terlebih dahulu di toilet siswi, Radelyn maupun Raberta berpisah. Keduanya gadis itu saling melambaikan tangan. Begitu juga, Radelyn yang terlebih dahulu mengendus masuk saat di periksa setiap bilik tiada orang lain kecuali dirinya.

Perut Radelyn yang mendadak mual, tak bisa menahan lebih lama lagi. Ia membuka penutup dissposable batrom. Membersihkannya dengan air mengalir sebelum mengeluarkan kembali makanan seberapa banyak apa yang ia telan.

"Huek!"

Radelyn memijat lehernya. Mengeluarkan makanan yang ia telan. Tentunya, lebih banyak lebih baik, agar tidak mempengaruhi berat badannya.

Fase tersulit, adalah diperuntukan saat ini. Menikmati seberapa banyak makanan yang ia telan. Bertindak seolah baik-baik saja. Padahal, ia juga harus mengeluarkannya kembali demi menjaga berat badannya.

Food disconder, tanpa Radelyn sendiri sadari. Bahkan saat ini, ia juga mengkomsumsi obat-obatan penunjang. 

Tanpa Radelyn sadari, keberadaan bebarapa siswi di wastafel yang kedatangannya tak diketahui olehnya itu kini membuka indera pendengarannya untuk apa yang tidak sengaja mereka dengar. 

Seusai kepergian Radelyn, sebagaimana mereka akan tersembunyi terlebih dahulu. Dengan rasa penasaran yang jauh lebih tinggi dibalik sosok Radelyn, murid baru pindahan yang tidak jarang membuat banyak perhatian, kali ini mereka akan menemukan apa yang terjadi.

Ketiga siswi itu memasuki bilik toilet, dari bilik toilet yang sebelummya Radelyn masuki. Seolah tidak terjadi apa-apa, emang. Yang membuat mereka terkejut adalah sesuatu di balik disposable batrom. Kunyahan makanan yang masih tersisa, belum sepenuhnya tersiram air itu menampakan di indera pengelihatan mereka.

"Ish!"

Kini menjadi suatu hal yang mereka simpulkan.

Satu siswi di antaranya membersihkannya sebelum meninggalkan bilik toilet.

Awal dari topeng yang Radelyn kenakan, kini belahan terbuka. 

"Di balik badan idealnya ..." 

ini sebenarnya aku pingin buat
tema eating disconder,
sygnya kurang engeh aja
bscause ...
ya begitulah😖

rada ga sesuai harapan emamg,
wkwk tapi kalau udah marathon
coba aku revisi lagi,
kalau ga mager juga sih:v

so, semoga suka aja,
sampek sini😖
jgn pada bosen ya:v

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro