x i . s u n s e t
Dilihatnya, dari posisinya saat ini seseorang terlebih dahulu mendahuinya melengkuk lutut di pinggir lautan membelakangi posisi gadis itu.
Dengan bawahan seragam SMA Pamuel, dan juga setelan yang dirasanya tidak asing, Radelyn sedikit menebak siapa lelaki itu. Lagi-lagi, author berusaha menemukan mereka kembali.
Frag melambaikan tangan ke arah Radelyn berada. Mengulurkan tangannya. Sebagaian wajah tampannya tertutup sinar senja. Seolah terlihat seperti lukisan senja aestetic yang selalu Radelyn perlihatkan di blogspot.
"Fiks, dia emang manusia cloning-an model remaja." Radelyn bergumam selagi menerima uluran lelaki itu yang telah berada di atas pasir dasar lautan.
"Antusias banget lihat senja," sindir Frag meski dengan posisi tidak mendongak ke arah sumber suara, Radelyn yakin itu tertuju ke arahnya.
"Lo suka senja?" alih-alih Radelyn bertanya. Lawan bicaranya itu hanya mengelengkan kepala sekilas.
"Seindah apapun keindahan itu. Akan ada waktunya semua sirna."
Kedua remaja itu sama-sama memandang langit senja sore ini, tanpa saling berbincang, Radelyn yang tidak nyaman dengan situasi keheningan itu pun mensibukan diri dengan memotret senja mengenakan kamera ponselnya.
Dengan usil, Frag menutup kamera ponsel gadis itu beberapa saat memainkan jemari tangannya dengan background senja. Tak lupa, Radelyn mengambil jepretan foto sebelum Flag menawarkan foto bersama.
"Sini. Foto bareng gue, lumayan pasos dikit," ujar Flag telah bersiap dengan posisi kamera.
Karena terlalu lama bertindak, Frag segera meraih ponsel gadis itu menempatkan swag foto terbaik. Dimana ekspresi Radelyn yang masih melotot ke arah Flag, karena kepedean lelaki itu semakin sok cakep di depan kamera.
Tak segan-segan, Radelyn menunjukkan ekspresi menyengir di hadapan kamera. Tanpa disadarinya, Flag memotretnya tanpa aba-aba.
"Hapus, nggak?!" jerit gadis itu berusaha meraih ponselnya kembali namun tak memuahkan hasil.
"Hapus sendiri, 'kan lo yang punya nih ponsel," dengan ekspresi mengeceh, Frag menjauhkan ponsel gadis itu yang masih berada di gengamannya.
Jika pikir-pikir benar adanya juga perkataan Frag. Radelyn kembali mempercantik dirinya, sebelum menghadap ke arah kamera. Ash, sudahlah. Jika ponsel itu kembali, ia akan menghapusnya.
Ckrek! Bunyi jepretan foto berulang kali mengemah di indera pendengaran ke dua remaja itu selagi memilih memilih filter instagram.
Yang perlu kalian ketahui filter bukanlah sekedar untuk mempercantik. Akan tetapi memperindah hasil gambar. Jika beberapa orang salah kapra mengatakan lebih cantik mengenakan filter, seharusnya yang perlu di pertanyakan adalah berapa kontras filter kecantikan yang di pakainya?
"Sini, gue fotoin," tawar Radelyn kembali merampas ponselnya. "Jangan lupa tag username ig gue 'Raradelyn'. 'Best sunset by Radelyn' gitu, ehe."
Tanpa persetujuan atau tidaknya, Radelyn segera memotret ketampanan Frag dari jauh. Kan lumayan, jika album galeri fotonya terdapat foto visual lelaki itu yang berstatus model kesasar di antara orang terdekatnya. Ralat-ralat, jika ini Frag, bukanlah sekedar visual. Dimana, Radelyn saat ini bersama lelaki itu.
Frag rasa, posisinya saat ini seolah dalam pemotretan. Meski ia hanya berpose menatap kamera. Tak melebih-lebihkan pose, wajah tampan lelaki itu sekaligus kariernya di bidang modelling rupanya tak dapat diragukan lagi.
Sebagaimana Frag semenyebalkan dengan tingkat percaya diri di atas rata-rata sekaligus seseorang yang pernah menjadi penyelamatkan dari hukuman keterlambatan sewaktu itu. Radelyn tetap kagum dengan lelaki itu. Ia tak bisa membayangkan betapa istimewa kehidupa lelaki itu. Atau lebih sesempurna darinya?
Sesi foto bergantian, kini Frag menjadi fotografer dadakan.
"Beautiful sunset-nya lihatin!" Radelyn berseru telah berpose.
Pose cewek memang banyak opsi! Seribu gaya pun terlaksana. Apalagi jika seleranya tidak sesuai fotografernya, yang ada seolah membangunkan macam tidur.
Rivew jepretan foto yang Flag ambil, cukup baiklah! Sesuai dengan kemauan Cradela. Bahkan ia berniat mengulang beberapa lagi. Perbanyaklah foto untuk diunggah. Meski dari sekian banyak foto, tidak jarang pula terhempaskan.
"Lo tau alasan gue suka senja?" alih-alih Radelyn mengulurkan sebuah pertanyaan saat mereka saling memperlihatkan hasil jepretan foto.
"Enggak! Gue, 'kan enggak tanya," lirih Frag.
Rasanya ... cegek! U know's 'cegek'? Radelyn menyembunyikannya dengan memperlihatkan kekehan kecil.
"Lo tau dibalik alasan senja datangnya cuma sementara?" Keduanya sama-sama memperlihatkan senja di langit cakrawala. "Di mana lo--maupun kita harus saling menghargai seseorang yang saat ini sedang bersama. U know's? Entah, kapan atau kapan pun, mereka juga punya waktu buat pergi." Radelyn menaikan senyuman dibibirnya menunjuk tepat sinar senja yang selalu menarik perhatiannya. "Tak belangsung lama akan tetapi jauh lebih bermakna."
Frag sekilas tak beralih tatapannya ke arah gadis ideal itu dengan kalimat yang lebih panjang didengarnya daripada sebelumnya.
"Senja juga ngajarin gue arti kehilangan."
Di balik kalimatnya, Radelyn sekilas mengingat bagaimana ia terakhir kali hubungannya berakhir dengan mantan brengseknya itu. Pada akhirnya, pertemuan terdapat perpisahan. Senja lah yang mengakhirinya untuk tetap bangkit dari keterpurukan. Ibarat senja akan datang (lagi) di hari yang berbeda.
"Lo lagi baca puisi, syair, atau emang lagi melakonis?" Frag mengerutkan kening menatap gadis didekatnya itu masih dengan perkataan sebelumnya yang tidak jauh membuat lawan bicaranya kesal dibuatnya.
"Lagi dongeng!" Radelyn membasuh muka Frag dengan air yang mengalir di pinggir dasar laut. Tidak lupa, reff Nina Bobo, Radelyn nyanyikan ... "Tidurlah. Selamat malam."
Disaat berirama, Frag membalas gadis itu dengan menciprati rintikan air dari posisinya berada. Seolah bermain air, keduanya remaja itu saling membalas hingga lupa mengabaikan hari yang semakin larut.
Tak belangsung lama akan tetapi jauh lebih bermakna.
Dering ponsel dari saku mereka masing-masing sejenak menghentikan bermain air di bawah nuansa senja sore ini. Frag dan Radelyn saling bertanya melalui isyarat mata saling menatap sebelum membuka romchat panggilan satu satu sama lain.
"Udah waktunya balik!"
"Kita berapa lama ada disini?"
Keduanya saling bertanya satu sama lain sebelum berlarian kembali ke markas tempat berkumpul--dimana teman lain telah menunggu mereka.
Sebagai salam perpisahan sore ini, Radelyn lagi membasahi wajah tampan Frag sebelum berlarian melarikan diri.
Frag dan Radelyn yang berbarengan memasuki tenda markas pun kini mendapat tontonan dari para anggota.
"Kalian dari mana?" Tyo, pembina pecinta alam pun menanyakan keadaan mereka dengan tegas.
"Kok basah?" decit salah satu teman mereka.
Frag dan Radelyn sama sama memperhatikan seragam mereka yang lusuh terkena cipratan air tanpa disadarinya.
"Oh ya, ni cewek mau renang di tengah laut. Jadi gue nolongin, dah!"
Jawaban macam apa itu?
Mana ada Frag menjawabnya dengan serius? Setidaknya, masuk akal sedikit lah.
Satu kata buat Frag?
Ngeselin, ga sih?
.. atau sebaliknya?
Kalau punya teman Frag gitu
mau diapain?
See u next chapter😇
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro