x . h u t a n b a m b u
Sepulang sekolah, klub anggota pecinta alam telah berkumpul di ruangan. Selagi menunggu kontruksi selanjutnya, Radelyn masih berada di posisi ternyamannya.
Mesumpel telinga mengenakan handset. Lagu random yang terputar di indera pendengarannya, Radelyn tak bisa berfokus. Selagi menengelamkan wajahnya di tumpukan tas, yang telah menjadi bantal empuknya itu, Radelyn memikirkan banyak hal. Memperhatikan anggota lainnya yang telah bersiap.
Intsruksi dari anggota inti mengintrupsi lamunannya. Dimana menyuruh mereka akan segera bersiap. Agenda sore, sepulang sekolah ini ada mereka akan mengalisis eksplore keindahan alam sebelum memasuki kegiatan pencinta alam lebih dalam.
"Hfttt! Lo bareng siapa, Radelyn?" tanya Raberta berulang kali menyengol lengan Radelyn namun tak kunjung mendapatkan respon. Dengan kesal, gadis itu melepas earphone di telinga Radelyn selagi menjerit, "Woi, gue lagi ngomong sama elu, nih!"
Radelyn menutup gendang telinganya yang berdeging akibat ulah Raberta berteriak tepat di telinganya. "Apa sih, apa? Gue enggak denger lagi dengerin lagu." Radelyn memutar bola mata malas menjeda playlist lagu selagi melepas earphone.
"Gue lagi butuh tebengan," beo Raberta menghela nafas dalam dengan sekali tarikan. Tampang memelasnya membuat lawan bicaranya merasa kasihan.
"Apa perlu gue cariin jodoh?" Radelyn bertanya-tanya dengan tampang polos mengangkat kepalanya tegak lurus.
" Bara! Bara! Bara!"
Kedua gadis itu mendongak ke arah sumber suara. Dimana suara itu bukan dari Radelyn atau Raberta.
Si pelaku melanjutkan aksinya, dengan memanggil lelaki bernama Bara itu penuh dengan pelsetan nada.
"Bara Bara. Bere. Bere."
Jika kalian menyadarinya itu sebuah lirik lagu yang sempat viral di masanya.
"Oi. Bro!" Bara yang merasa dipanggil itu menghampiri mengangkat tangannya melambai kepada si Flag.
Raberta yang sedari berkicau tidak sengaja didengarkan oleh Flag, dimana lelaki itu berada di bangku belakang tidak jauh dari kedua gadis sedari menengelamkan wajahnya. Ya, indera pendengarannya masih berfungsi dengan baik, meski dalam keadaan mata tertutup.
"Nih cewek lagi cari tebengan. Sekalian lo kan lagi cari teman pacar."
Bara menjitak teman laknya itu berbisik, "Hstt! Itu kartu AS, gue."
Disana, Radelyn tertawa dalam hati saat Flag terang-terang menunjuk Raberta dari belakang. Sebagai ekspresi Raberta sangatlah cengo. Setidaknya, itu membuat suasana hati Radelyn tidak berlarut dalam kesedihan.
"T-tapi ..."
"Enggak usah pakai tapi-tapian," celah Flag menghentikan ungkapan Raberta lalu beralih ke Radelyn, "Ayok!"
Radelyn menyusul langkah lelaki itu yang sedari mendahului langkah. Jika, lelaki itu tidak mengajaknya karena kesekapatan konyol mereka, Radelyn juga tidak akan mau bersama lelaki yang dirasa belakangan ini terlihat menyebalkan itu. Toh, lebih baik Radelyn meminta tebengan ke teman lain. Daripada meminta, jika ia mau tak usah repot mencari, juga sudah ada jok.
Disana, Raberta ditinggalkan Radelyn masih berada di muka cengo. Ia tak bisa mengkrabkan diri berteman dengan orang baru.
Radelyn berusaha menyusul langkah Flag. Lagi-lagi tatapan beberapa murid SMA Pamuel yang masih berkeliaran di area sekolah menatap kedua remaja itu dengan beberapa ekspresi.
"Oh, itu Radelyn? Murid baru pindahan di XI-F?"
"Oops! Pangeran kodok gue!"
Radelyn yang tidak sengaja mendengarkan beberapa kalimat mengenai Flag dengan sebutan abal-abal 'Pangeran kodok' sesuatu terbesit di pemikirannya.
"Kodok ngorek kodok ngorek
ngorek pinggir kali ..." Radelyn menyanyikan lagu berima selagi tersenyum ramah kepada siapapun yang menyapanya. Beda dengan Flag, acuh tidak acuh terhadap orang disekitarnya. Yang terpenting adalah kharisma lelaki itu menjadi prioritas utama.
Flag yang sedari berjalan di area depan menghentikan langkah gadis itu sejenak. "Lo emang masih menjadi titik pusat disini. Coba lihat siapa aja hari ini yang kagum ke elo, lama kelamaan, mereka juga acuh."
"Maksudnya?" Radelyn menerjap. Entah itu sebuah teguran, ia tidak akan mengerti.
Rupanya Flag tak akan membahas lebih lanjut. Radelyn tak akan mengerti, sampai gadis itu pernah di posisi tersebut.
Kedua remaja itu akhirnya menyamai langkah sampai di area parkiran, Flag mengendari motornya keluar dari area SMA Pamuel menuju ke lokasi.
Hutan bambu, adalah lokasi yang mereka saat ini tepati. Di lokasi perkampungan tidak jauh dari tempat sekolahan mereka berada.
Cradela terburu-buru menemui teman lainnya, hingga melupakan helm yang masih menyakut di atas kepalanya.
"Eh, helm gue mau lo bawa kemana?" tegur Flag.
"Ah, iya. Gue lupa." Radelyn menyengir kuda. Berusaha melepaskan helm yang masih menempel dikepalanya itu namun tak kunjung memuai hasil.
Flag yang tidak sabaran, segera mengantikan posisi jemari gadis itu menekan hanya dengan sekali tekan.
Seusai itu, kedua remaja itu beriringan melewati semak berukar menemui teman lain yang telah terlebih dahulu sampai.
Bantu kerikil itu menghambat langkah gadis itu, barusaja ia hampir jatuh ke belakang. Pangeran kesiangan itu menyelamatkannya.
Flag yang sedari di belakang bersiap dibelakang gadis itu mengeratkan kedua lengannya di pingang gadis itu kembali menegakkan posisinya. Meski tak ada ucapan sepata kata, Radelyn sangat berterima kasih. Setidaknya, ia tak kesandung masa lalu--eh tersandung kerikil, ding.
"So, thanks pren."
"All course." Setelah membalas ucapan terimakasih Radelyn, keduanya berpencar kepada teman-temannya masing-masing.
Posisi matahari yang akan on the way ke sisi timur membuat tidak terlalu panas meski matahari sore ini bersinar terang dengan semerbak senyuman.
Selagi menunggu pas senja, para klub pecinta disunguhkan dengan pembelajaran di luar ruangan alam bebas. Berasa outbond memang.
Salah satu gubuk sederhana, menampakan keindahan area hutan bambu ini kini menjadi tempat mereka berteduh. Dimana pepohonan hijau dengan pohon bambu itu menjulang tinggi disetiap jalanan yang mereka lalui. Beragam kursi rotan, diperuntukan bagi siapapun untuk singah sejenak.
Para pembina tak segan-segan memberikan materi mengenai kegiatan alam yang mereka lakukan saat ini, terutama bagi anggota baru. Tahap awal dari pertemuan awal kali ini adalah memperkenalkan nuansa alam yang indah nan patut kita syukuri keberadaannya disekitar kita.
Hari menjelang sore, kelas pembelajaran pun berakhir. Para anggota pecinta alam telah diperbolehkan melakukan kegiatan bebas tidak dari sekitar area.
Radelyn mendongak ke arah langit biru yang kini menjadi menampakan cahaya senja. Ia tak akan melewatkan momen ini sebagaimana mengabdikannya dalam kamera digital.
Gadis itu berlarian, entah kemana tujuannya saat ini. Yang terlintas di pikirannya hanyalah ia harus memperlihatkan nuansa sunset yang selalu memiliki keindahan di matanya.
Nafasnya tersengal tak beraturan. Menghentikan jejak langkahnya sejenak melewati panjangnya jembatan yang dirasanya belum jua menemukan titik akhir.
Gadis itu memenjamkan mata erat sejenak bersandar pada batang pohon bambu sebelum melangkah kaki lebih jauh. Radelyn hanya ingin terbebas dari bayang-bayang masa lalu yang selalu menghantuinya.
Langkahnya kembali terhenti sejenak, dipisahkan kemnaa ia harus memilih langkah. Jika ke arah kiri mengikuti jembatan, ia akan segera bertemu teman lain yang telah mengambil foto digital keindahan sunset. Radelyn hanya mendongak meratapi keindahan masih paku pada posisi ambangnya saat ini.
Jika membelokkan langkah ke arah kanan, Ia tak tahu entah apa yang terjadi. Pengelihatannya dari posisi saat ini Radelyn berada hanya tertutup sebagaian pepohonan bambu menjulang tinggi.
Entah naluri, atau keberanian yang gadis itu dapatkan, Radelyn memilih jalur belok kanan. Berpaling dari rute jembatan rotan, yang kini diinjakinya.
Sedikit lagi melangkah, Radelyn menemukan sebuah gubuk perumahan di pinggir lelautan luas.
Bagi Radelyn, disini posisi terbaik memperlihatkan senja lebih dekat. Hembusan angin mengonyangkan rambut panjangnya. Gemercik air laut pasang surut tak beraturan. Burung-burung berkicau menghiasi langit senja. Rasa lelah itu berganti dengan keindahan sunset yang terjadi di depan matanya saat ini.
Dilihatnya, dari posisinya sata ini seseorang terlebih dahulu mendahuinya melengkuk lutut di pinggir lautan membelakangi posisi gadis itu. Radelyn ingin tau siapakah orang tersebut. Lagi-lagi, author berusaha menemukan mereka kembali.
Siapa, tuh?
ato,
author yang lagi traveling disana?
see u next chapter😷
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro