v i . o f s e c r e t
"Oh, I hope you're happy, but not like how you were with me ...."
"I'm selfish, I know, I can't let you go!"
"So find someone great but don't find no one better."
Radelyn menyukai lirik lagu tersebut. Di deretan lagu yang belakangan ini populer banyak disukai anak muda di kalangannya.
Lirik yang mendoakan kebahagian, akan tetapi tidak sebahagia dengannya. Radelyn berharap 'dia' mendapatkan sosok terbaik lebih darinya.
Tak jarang pula gadis itu memutar lagu yang sama berulang kali. Mungkin lagu tersebut akan merada di deret favoritnya.
Radelyn sejenak menjeda playlist lagunya, sejenak menatap rintikan hujan ke arah jendela. Semoga saja, hujan siang ini tidak memperlambat kepulangannya.
"Runika? Gue dengar lo udah punya pacar?"
Entah apa yang dibicarakan teman-temannya itu, Radelyn tidak sengaja pertanyaan Raberta mengenai hubungan Runika, yang ia taui gadis itu cenderung memblokir akses kaum hawa yang berusaha mendekatinya. Entah mengapa, Radelyn rasa topik ini sedikit menganjal dibenaknya.
"G-gue? Jangan ngaco!" Runika sedikit melotot tajam. Dimana teman-temannya saat ini menyudutkannya. Tidak hanya dengan keempat gadis itu, melainkan beberapa siswi kelas mereka berkumpul menjadi satu lingkaran.
"Just 15 second! Setelah itu, postingan ini hilang," tunjuk salah satu siswi lain menunjukkan apa yang kini menjadi bahan gosip hari ini. Tak lupa screenshoot agar mempanasi hot new topic.
Gosip, gosip dan gosip. Itu lah perteman para cewek. Bahkan kucing persia kawin dengan kucing kampung pun tak jarang menjadi gosip.
Radelyn memperkecil volume music player-nya sedikit demi sedikit merumpi apa yang teman-temannya itu gosipkan. Dilihat dari ekspresi Runika, terlihat jelas gadis itu menahan amarah. Kira-kira apa yang membuatnya memarah?
"Santuy aja, Run. Cuma masalah hubungan, enggak akan kita embat," gelik Radelyn tanggap dengan ekspresi santainya. Tawa menyerigai itu belahan terangkat dimana teman lainnya sibuk menyetui ucapannya.
Entah mengapa, Radely masih sedikit kepada gadis itu. Gadis yang beraninya mengungkit kandasnya hubungannya hanya dikarenakan berat tubuh Radelyn bertambah! What the ...! Seharusnya, gadis itu tak terlalu frontal. Meski realita terlebih menyakiti.
"Rasain tuh! Hari ini gue yang jadiin lo tambah malu. Itu yang gue rasain," dalam hati Radelyn berkata.
"Lo gak pikirin hal itu, 'kan? Gue tau perasaan lo. T-tapi, asupan makan juga penting. Bukan cuma buat berat badan naik!"
Kalimat yang tidak sengaja terlontar, kini menjadi bomerang untuk keduanya.
Vita, gadis yang duduk di hadapan bangku Radelyn itu meraih ponsel siswi membawa gosip tersebut. Selagi berbagai gosip, tak terkecuali Radelyn mengintipnya. Radelyn yang bertindak seolah tak peduli dengan earphone tersumpal di telinganya itu diam-diam bertindak.
"Bentar-bentar! Kayaknya enggak asing."
Radelyn yang merasa diperhatikan, gadis itu menatap siswi tersebut dengan pandangan penuh tanda tanya.
"Siapa?"
"Lo kenal tuh, cowok?"
"E-engak juga sih. T-tapi--"
Radelyn tak tinggal diam. Ia segera meraih ponsel tersebut yang menampilkan bukti screenshoot new post instagram Runika yang belum sempat saling mengikuti di akun instagram.
Rasanya, Radelyn ingin men-zoom siapa lelaki yang terkena croop tersebut. Belum apa-apa, Runika kembali merampasnya dari tangan Radelyn.
Tak apa! Radelyn tak mengucapkan apapun lagi meski terasa menganjal. Gadis itu menghela nafas kembali ke aktivitas sebelumnya.
"Enggak mungkin, 'kan? Sahabat gue, jadian sama mantan gue?!" Tatapan itu kembali ke arah Radelyn. Ia tak mengerti ucapan salah salah satu teman sekelasnya tersebut. Karena postingan tersebut telah dihapus oleh si pemilik akun, Radelyn tak akan melanjutkan aksi stalking diam-diamnya.
Radelyn juga merasa ketika seseorang ikut campur hubungannya. Mungkin saat ini, Runika berada di posisi yang sama dengannya. Tentunya, Runika tak me-publish hubungannya dengan lelaki tersebut tentunya ada alasan tersendiri. Maybe?
"Guys?! Kita ganti topik yuk?! Atau ke kantin, aja?" Radelyn mengalihkan topik. Beruntungnya, segera di iyakan oleh teman lainnya. Jam kosong pun tak kunjung berakhir.
Hari yang ditunggu-tunggu selain tanggal merah.
Suasana kantin tidak terlalu ramai saat bel istirahat berkumandang membuat siswi kelas XI-C tersebut bebas mengatur pola meja makan sesuka hati menjadi sebuah persegi panjang.
Satu mangkuk pesanan nasi goreng kini berada di hadapannya. Dengan belahan, Radelyn menyendok satu uap memasukkan ke dalam mulutnya.
"Oh jadi, lo suka nasi goreng, Delyn? Dari kemarin lo pesan menu sama," tegur Vita.
Baru saja, Radelyn akan mengeleng tegas. Gadis itu tidak terlalu menyukai nasi goreng, menu di hadapannya itu. Lebih baik, ia mengangguk. "I-iya, nih! Lo mau coba?"
"B-boleh, nih?"
"Boleh dong." Radelyn mengulurkan satu mangkok nasi gorengnya kepada Vita. "Makan yang banyak! Kalau perlu, habisin juga."
Perkataan Radelyn membuat Vita tersedak. Buru-buru gadis itu meraih air mineral di dekatnya.
"Yah! Gue enggak serakus itu juga, kali!"
"Padahal gue enggak bermaksud gitu," cengir Radelyn. Radelyn hanya berharap makanan tersebut tidak dihabiskan olehnya sendiri. Ia masih bertaut pada pemikiran seberapa angka timbangannya menaik jika tak mengurangi pola makanan.
Usai semua selesai, mereka kembali beranjak ke kelas Meratapi kebosanan, dimana mata pelajaran selanjutannya diisi dengan wali kelas kiler tiada banding.
"Ah, iya! Gue ke toilet dulu," celah Radelyn di tengah perjalanan.
"Mau gue anter?"
"Enggak. Enggak usah. Udah kepepet!" Radelyn terburu-buru memasuki bilik toilet menghiraukan terikan teman lain yang menawari ajakan.
***
Yang Radelyn lihat seusai keluar dari kamar mandi adalah ekspresi lelaki tak asing bertag name Flag dengan ekspresi menahan boker.
Radelyn pun menahan savilanya susah payah. Hanya dikarenakan toilet perempuan dan lelaki berdekatan, hal itu membuat lelaki itu masih berada di ambang pintu toilet pria.
Dengan ekspresi Flag yang sedari tadi menatapnya intens, membuat Radelyn segera bergegas dari posisinya saat ini.
"Mau kemana? Gue belum ngomong apa-apa." Flag mencegat langkah gadis itu.
"Apa? Hm, 'kan gue udah bilang makasih juga waktu itu," decih Radelyn malas. Jika diingat-ingat jika bukan karena rasa terimakasihnya, ia juga tak akan memberikan sebatang coklat dengan tampang baja.
"Bukan! Gue mau teraktir--"
"Kalau gue enggak mau?"
"Gue tau rahasia terbesar lo."
rahasia, apa nih?
see u next chapter🍻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro