Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

v i i i . f r i s t d a t e ?

Sejak bel pulang berkumandang, Frag telah berada di depan ruangan kelas XI-E. Dimana para murid dalam ruangan kelas tersebut belum juga diperbolehkan keluar.

Lima belas menit berlalu dari jaraknya saat ini, seseorang yang ditunggunya pada akhirnya mengeluarkan batang hidung di antara gerombolan.

Frag segera menghentikan langkahnya dengan melempar gantungan kunci kepadanya. Tepat sasaran! 

Cradela reflek memperhatikan sekitar. Siapa pelaku di antara semua orang yang berada di sekitarnya.

"Baguslah. Itu cewek segera menyadari!" Frag berkata dalam hati, lalu melambaikan tangan kepada Cradela.

"Kayaknya, lo harus pulang duluan," akhir Cradela kepada Raberta. Dimana keduanya berniat berjalan bersama sebelum kedatangan Frag.

"Gapapa, nih?"

Radelyn menganggguk mantap.

"Yaudah. Hati-hati. Kalau ada semut, jangan diinjek." Raberta terkekeh kecil sebelum melanjutkan langkahnya. 

Setelah itu, Radelyn pun menemui Frag yang entah dari kapan telah berada di depan ruangan kelasnya.

Masih dengan tatapan sama, terakhir mereka bertemu, dimana bola mata Radelyn menatap tajam lawan bicaranya itu. 

Rupanya, Frag tak memperdulikan tatapan itu. Ia mengambil kembali gantungan yang telah menjadi bahan adu lemparnya selagi memanggil Radelyn tampa membuat pita suaranya rusak, karena berteriak.

Kini, Frag melemparkan kunci motornya kepada gadis itu. Lagi-lagi tepat sasaran, Radelyn menerimanya dengan sangat baik.

"Ayok!" ajak Frag tangap. Mendahului gadis itu yang masih terdiam pada tempatnya.

Frag berjalan dengan langkah santai. Tak lupa, gaya stay cool andalannya. Radelyn memperhatikan itu dari posisinya yang masih tertinggal itu pun mencibir dalam hati.

Dengan niat menghentikan langkahnya, Radelyn pun menarik hoodie oversize--pakaian yang dikenakan Frag menutup sebagaian seragam SMA Pamuel itu, Radelyn tarik dari belakang dengan kencang.

Di dalam teori, seharusnya lelaki itu terjungkur ke belakang. Akan tetapi, yang ada saat ini, ia malah tersungkur ke depan--seperti pepatah, kini ia mendapat getah, dari apa yang ia tanam. Ck. Beruntungnya, kepalanya masih selamat dan mendarat di pingang seseorang. 

Itu adalah ulah Frag. Teorinya berhasil, yeah!

Sebagaimana ia menarik kembali lengan gadis itu kebelakang, sebelum ia sendiri terjungkur ke belakang.

Cradela masih menerjap posisinya saat ini sebelum gadis itu kembali tegak dan memukul pundak Flag dengan keras.

"Dasar, tukang modus!" 

"Lo sendiri, ngapain nempel-nempel ke gue." Frag membersikan punggungnya dengan kelima jemari tangannya. 

Selagi melewati lorong koridor yang tidak terlalu ramai, Radelyn memasangkan earphone di kedua gendang telinganya. Gadis itu sibuk mendengarkan instrumen playlist lagu acak di ponselnya, acuh tak acuh dengan pandangan orang sekitar yang  berusaha memperhatikannya diam-diam.

Sesampai di area parkiran, kedua remaja itu memasuki mobil putih yang telah terparkir tidak jauh dari deret parkir.

Cradela segera memasang salt-belt dengan cermat menduduki kursi dekat pengemudi. Sebagaimana, di dalam mobil ini telah terganti dengan nuansa putih disetiap sudut. Putih. Putih, dan putih. Kesimpulannya, ia tak terlalu menyukai warna putih, ialah karena menurutnya warna putih cepat kotor. 

"Mulus sih, mulus. Tanpa noda. Tapi, sesering apa lo bersihin nih mobil?" Radelyn bertanya.

"Lebih sering dari yang lo kira," balas Frag si pemilik mobil mengendalikan mobilnya segera keluar dari area SMA Pamuel. 

Tiada obrolan yang dibicarakan oleh kedua remaja itu. Hingga akhirnya, mobil yang di tumpangi Cradela terhenti di area parkir restoran ternama.

"Turun!"

"Ngapain kesini? Gue enggak mau!" Radelyn menahan saliva susah payah menahan rasa takut yang tiba-tiba menjalar tiba-tiba.

Keringat bencucuran di pelipis gadis itu. Memainkan jemari seolah menahan gugup. Flag mengetahui hal tersebut.

"Lo enggak lupa, 'kan? Rahasia terbesar lo ada sama gue."

Frag barusaja kembali mengendalikan mobilya. Detik selanjutnya, Radelyn segera menghentikan tingkah konyol lelaki itu. 

"I-iya! Gue ikutin kata lo." Mau tak mau, Radelyn mengikuti perkatan Frag segera turun dari dalam mobil. Entah, apa yang lelaki itu bicarakan, ia juga tak boleh lengah. 

Keduanya beriringan memasuki restoran meski terlihat jelas Frag dan Radelyn adalah sepasang murid SMA, tatapan dari orang sekitarnya, mereka dapat alihkan dengan apik.

Radelyn menutup raut mukanya dengan menu hidangan. Mengalihkan pandangan Frag, berada dihadapannya dengan tatapan intensnya. Ia harus menahan selera makannya yang hampir tidak terkontrol dengan adanya menu-menu favoritnya tertera di menu. 

"Spagetti steak!" Radelyn berseru tiba-tiba. 

"Cuma spagetti steak?" Frag mengulurkan pertanyaan dengan enteng.

"Yakin nih, lagi teraktir gue, 'kan?"

"Iyaaaa." Frag mengiyakan dengan nada panjang. 

Di dalam hati, Radelyn memilih menu, sebenarnya ini kesempatan bagus yang tidak datang untuk keduanya kalinya. Jika boleh, ia akan memesan semua menu favoritnya.  Sayangnya, kali ini ia juga harus memperhatikan asupan makanannya. Lemak dan kandungan kalori, maksiatnya bukan main lagi.

"Spagetty steak. Fried potato. Salad yogurt." Radelyn menayatakan pesanannya dimana waitress segera mencatat pesanan kedua remaja itu.

"Kenapa? Lo jadi takut gendut?" alih-alih Frag berkicau dengan kalimat menyebalkannya. Wahai pria! Kalimat itu sangat sensititif bagi cewek! 

Tak lama pesanan kedua remaja itu datang. Frag, telah bersiap melahap hidangan menu makanannya di atas meja tersebut dengan gengaman supit di kedua tangannya. Tidak bagi Radelyn, terlihat jelas seolah hidangan makanan itu tak mengungah selera sama sekali.

Bagaimana tidak mengugah selera, coba? Jika perutnya tak bisa di ajak berkrompromi. Ia mengelus perutnya menahan godaan ditambah bau sedap itu mengeruak indera penciumannya.

"Zzzz!"

"Ish! Jangan ngiler disini!" Frag menjauhkan mulut gadis itu dari atas meja mengenakan lipat kecil celemek yang tidak digunakan mendorongnya sedikit menjauhi hidangan meja.

"Gue pingin tau apa salah satunya rahasia terbesar yang lo pengang," cecar Radelyn dengan kalimat yang sedaritadi ia ingin bicarakan. 

Frag membuka gengaman tangannya. "Gue gak pengang apa-apa," jawabnya menunjukkan isi tangannya yang kosong.

"Bukan itu maksud gue." Dengan kesal, Radelyn melahap beberapa suap spagetty steak, pesanannya menggenakan masuk ke dalam mulutnya. 

Tiada obrolan yang mereka bicarakan lagi.

Frag, sedaritadi memperhatikan cara gadis itu melahap makanannya menyimpulkan suatu hal. Terbesit di benak kepalanya.

"Oh, ini alesan lo ..." 

Radelyn hampir saja tersedak dengan apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya itu. Ia tak menduga seseorang mengetahuinya lebih cepat dari dugaannya. Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan terjatuh jua.

"Apa sih, gue cuma mual." Bahkan gadis itu tak memberanikan diri menatap lawan bicaranya.

Frag meneguk pundak gadis itu, tanpa dirasa mendadak suasana menjadi tegang. "Anggap aja, ini frist date kita." 

Anggep aja,
hari lo jadi babu gue!

next???

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro