Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

i i i . m i n g g u s e h a t

Frag Afrizan. Tidak jarang wajah tampannya itu sering kali beredar di berbagai cover majalah. Selain hidupnya yang monoton seperti layaknya anak seusinya--games, games dan games. Nyatanya Frag, adalah seorang bintang model diusianya yang masih dini. Tak heran struktur tubuhnya dapat dikatan proposial sesuai dengan fashion market. 

Sedikit tidak sombong, jika berada di luar area modeling, lelaki itu akan mengenakan pakaian oversize, atau hoodie yang mempunyai ukuran lebih lebar dari tubuhnya. Terpenting hampir menutup sebagaian badan porporsionalnya. Karena ia tak begitu menyukai jeritan lawan jenis hanya karena membandingkan tubuh porporsionalnya. Baginya itu adalah tindakan body shaming. Meski sebenarnya, jauh dari penjelasan body shaming.

Flag membalik-balikan coklat batangan yang kini masih bersamanya. Raut kebinggungan terlihat jelas dimatanya. Bukan tak menghargai pemberian orang lain, Frag hanya berfikir coklat batangan ini harus diapakan?

"Cewek mana yang enggak suka coklat." Frag langsung memberikan coklat tersebut kepada sang kakak perempuannya yang barusaja pulang dari kampus secara cuma-cuma.

Di saat ide cerdik bermulan, situasi tak mendukung. Itulah kondisi saat ini. Bukan malah berterima kasih, seolah-olah Frag sedang mengusik macan tidur.

"Mau lihat jerawatku tambah banyak, Dek? Iya?!" Belle menegaskannya sekali lagi. Bahkan, kakak perempuan Flag berusia empat tahun di atasnya itu malah memelotinya tajam.

Ohiya. Katanya, lebih baik bubuk coklat daripada coklat batangan. Berapa banyak kalori susu di coklat batangan jauh tersebut lebih berat dari dugaannya. Meski sebagaian para cewek menyukai coklat---tidak jarang pula mendapat pemberian dari dari kekasih berupa coklat. Akan tetapi coklat batangan juga tidak terlalu bagus.

Tidak lain, tidak bukan diperuntukkan kakak perempuannya sendiri. Belle. Gadis itu menghindari coklat dan kacang hanya karena menimbulkan reaksi terhadap jerawat di hormon usia muda. Apalagi coklat batangan silverqueen? Coklat dan kacang menteh yang begitu menarik perhatian anak muda jaman sekarang.

Frag mengaruk kepalanya yang tidak gatal. Menyengir kuda andalannya. Selagi membuka bungkus coklat batangan tersebut tersebut tanpa berniat memakannya.

"Apaan tuh?" tanyanya dalam hati tidak sengaja mengetahui kertas gulungan di balik bungkus yang terjatuh.

See u again! ") 

"Masih jaman surat-suratan, Kak?" tanyanya reflek kepada Belle seusai membaca isi gulungan kertas tersebut dalam hati.

Kakak satu-satunya Frag itu hanya berdehem singkat dengan melontarkan kalimat menyebalkan, "Kamu dapat dari cewek? Masih bau kencur aja cinteh-cintehan."

*** 

"Delyn! Tipe ideal dong?" 

Vita berhasil mengusik pandangan lawan bicaranya itu dengan mengatakan hal yang menurutnya bersifat biasa, baginya. Akan tetapi tidak bagi lawan bicaranya itu sendiri.

Lagi, lagi Radelyn mendapatkan pernyataan tidak jauh berbeda. Gadis itu berusaha mengambil oksigen disekitarnya yang menandak semakin menipis. 

"Seharusnya lo tanya You-Tube. Search aja, 'Tipe Ideal'. Karena gue gak pernah ngerasa badan gue seideal itu," paparan Radelyn seketika membuat ketiganya temannya mendadak diam dengan raut tidak percaya.

"Cantik. Rendah hati. Gue suka gaya lo," cicit Runika. Salah satu teman Radely selain Raberta dan Vita yang belakangan ini keempat gadis itu selalu bersama.

"Kita 'kan selalu bersama dalam suka duka."

"Berbagi segalanya."

Bersama? Radelyn tak pernah mendapat makna dari lirik lagu tersebut.

Lagi, lagi, dan lagi, Radelyn harus dipertemukan dengan circle pertemanan tukang gosip. Tidak jauh berbeda dengan lingkungan sekolah lama. Mereka hanya penasaran dengan kesempurnaannya-- kelebihannya yang tidak mereka punyai.

Setelah mereka menemukan hal yang paling diminati, mereka akan meninggalkanya dengan cara yang begitu keji. Radelyn akan terbiasa dengan semua itu.

"Pada tau, enggak? Terakhir kali, jalin hubungan, aja gue diputusin karena katanya, badan badan gue bertambah." Radelyn mengatakannya dengan lantang. Seolah, tanpa menyesali betapa kandasnya hubungan. 

"Meski begitu, dari segi mana pun lo tetap jadi standar ideal." Vita mengomentari dari sudut pandang orang sekitarnya.

"Beneran? Gila ya tuh cowok! Kurang bersyukur!" Raberta menekan ekspresi amarahnya membayangkan betapa kecewanya ketika berada di posisi Radelyn. 

"Yaudah sih. Gue mah B aja." Radelyn mengakhiri topik. Dalam hatinya, 'nyesek'!

Di balik kata 'B aja', didalamnya Radelyn tidak se bodoamat itu, ia berniat mengatur kembali pola makanannya. Membuatnya kembali berfikir, berat badan adalah perioritasnya saat ini.

Bahkan terakhir kali, Radelyn telah menendang timbangan berat badan tidak berdosanya itu, hanya dikarenakan benda tersebut menunjuk angka di luar batas idealnya.

Begitu juga menu sarapan dayur, telur, dan segelas susu kini telah menjadi menu sarapannya. Bahkan sangat jarang, Radelyn memakan menu sarapan paginya. 

"Kalau kalian mau gue pingin ajak kalian jogging. Meski badan gue gak ada bagus-bagusnya. Tapi setiap joging di hari Minggu. Itu runitas gue," ujar Raberta diiringi dengan kalimat ajakan kepada ketiga temannya itu.

"Boleh-boleh!" tangkas Radelyn cepat. Jika dipikir-pikir, ide itu juga tidak seburuk itu, 'kan?

Pandangan lain dari kedua teman lainnya membuat Radelyn merangkai kalimat, "Boleh-boleh! Gue suka olahraga pagi.  Kalian beneran enggak bareng kita?"

"Enggak deh," balas Vita dan Runika bersamaan.  

***

Selain dengan pola makanan, akan tetapi olahraga juga sangat dibutuhkan.

Itulah sebabnya, Radelyn kini menunggu kedatangan Raberta yang akan berjanji menjemputnya selagi melakukan joging bersama di taman pusat.

Kedua gadis itu menempuh jalanan yang hanya di lalui pengendara sepeda hingga lima belas menit berlalu, mereka telah sampai di taman pusat. 

"Raberta? Kita beneran jalan, kenapa enggak bersepeda aja, sih!"

"Gue kesini mau ajakin jogging. Bukan maen sepedaan," balas Raberta mengakhiri perdebatan. Ia langsung saja mengandeng tangan Radelyn yang akan menyebrang melewati penguna jalan kaki.

"G-gue capek. Duduk bentar, ya!" Belum satu putaran, Radelyn merengek kelehan. Menduduki salah satu kursi taman dengan meluruskan kakinya. 

"Ketara banget kalau lo jarang jogging," cicit sseeorang menimpah perkataan di tengah obrolan kedua gadis itu.

Raberta maupun Radelyn sejenak menoleh ke arah sumber suara. Lelaki tidak asing itu kini berada di antara mereka. 

"Lo disini juga, Frag?" refleks Raberta bertanya.

"Hm," jawab lelaki itu hanya dengan berdehem singkat. 

"Kalian saling kenal?" Raberta bertanya menatap kedua orang yang terlihat saling menyapa itu.

"Iya."

"Enggak!" Frag mengatakan 'tidak' dengan nyaring jauh lebih keras.

Mengetahui orang itu adalah Frag, Radelyn buru-buru bangkit dari posisi duduknya. Padahal kakinya masih terasa berdenyut kelelahan. 

"Gue pergi duluan!" teriak Frag menyusul langkah seorang gadis yang membelakangi pandangan mereka terlebih dahulu mendahului langkahnya.

Tak memendung rasa penasarannya, Radelyn menanyakan suatu hal. "Kalian saling kenal?"

"Kita satu klub alam," balas Raberta santai.

Radelyn ber-o-riah melanjutkan aktivitasnya kembali. Dimana, sebenarnya ia ingin mempertanyakan hal lain.

"Klub alam."

Kalimat yang masih bergiang di indera pendengarannya.

Bentar-bentar ...
itu Bele, kakak ceweknya Frag
punya cerita sendiri di
Belle: Beauty Acne
work sebelah aku😖🙌
sygnya masih kegantung,
gegara nulis ceritanya adiknya dulu disini wkwk
klo berkenanan,
coba mampir👈👉
*promosi terselubung😭🙌

see you next chapter👏✨

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro