Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

:: 8 ::

Sepasang mata merah tertangkap diantara gelap. Terlihat angkuh dan tajam memandang sosok Minju. Geraman pelan khas hewan malam sayup-sayup tertangkap telinga yeoja itu, diantara gemuruh petir yg menghias langit.

Minju terlihat memasang sikap waspada, dengan mata yg masih menatap sang lawan dihadapannya. Bersama pandangan tak kalah tajam, Minju berusaha memastikan sosok dihadapannya.

Suara geraman semakin jelas ditelinga Minju kini. Membuat yeoja itu menyimpulkan bahwa makhluk dihadapannya berusaha mengapai Minju. Yeoja tersebut-pun berusaha semakin menajamkan penglihatannya untuk mengetahui sosok yg dia hadapi.

Kilau taring membuat mata Minju membulat. Yeoja itu seolah sudah mampu memperkirakan sosok dihadapannya. Namun...ketika Minju berusaha memastikan sosok itu. Serangan kilat berpedar singkat, bersama suara keras guntur membuat Minju terkaget. Yeoja itupun terjaga segera dari tidurnya tanpa bisa memastikan sosok dihadapannya. Bersama dengan nafasnya yg terdengar memburu mata yeoja itupun membulat.

"Sial" rutuk Minju dengan kepala yg terasa sedikit berputar

Pelipis Minju dihiasi keringat dingin. Pandangan yeoja itu mengarah datar kelangit-langit kamar. Minju berusaha meraih kesadarannya untuk beberapa waktu. Lalu sedetik kemudian diapun bangkit dan terduduk diatas ranjangnya.

"Klan Vampire??" desah Minju pelan diantara nafasnya yg masih memburu

Ada keraguan dalam nada suara Minju. Karena dia tak benar-benar bisa memastikan sosok yg ditemuinya. Yeoja itupun hanya bisa termenung menikmati mimpi buruknya. Menghabiskan sepertiga malamnya dengan memikirkan sosok tersebut.

*

Yuto memasuki kamar Chaerin dengan membawa secangkir teh chrysant ditangannya.

"Kau baik-baik saja" tanya Yuto setelah duduk dipinggir ranjang Chaerin

Tangannya menyimpan teh chrysant diatas nakas. Kemudian terlihat membantu Chaerin duduk bersandar diatas tempat tidur.

"Ne...aku baik-baik saja" balas Chaerin setelah duduk dengan nyaman

"Kau yakin?" Yuto mengusap wajah Chaerin

Yeoja itu membalas dengan gumaman, seraya coba tersenyum tipis.

"Minumlah...ini mungkin tak banyak membantu. Tapi setidaknya bisa memberikan sedikit tenaga ditubuhmu" Yuto mengarahkan teh yg sengaja dibuatnya

Chaerin tak coba menolak. Jemarinya segera menyambut minuman itu dan meneguknya pelan.

"Eonnie....apa dia..."

"Jisoo noona tidak dirumah, dia pergi bersama chinayang Lee" tahu apa yg ingin ditanyakan Chaerin, Yuto segera menyela ucapannya

"Syukurlah" Chaerin nampak tenang

Yuto tersenyum tipis mendengar itu. Kemudian meraih jemari Chaerin dan menggenggamnya erat.

"Jangan keras kepala lagi kumohon. Terlalu menakutkan melihat kondisimu kemarin" ucap Yuto dengan nada lirih

"Mian" sesal Chaerin

"Ini terakhir kalinya kau membuatku sangat cemas Chaerin. Jadi jangan mengulanginya lagi. Apalagi setelah kita menikah nanti, jangan lakukan hal yg sama seperti ini" Yuto memperingatkan

Perasaan Chaerin seketika kacau saat mendengar kata menikah. Namun Yuto tak menyadarinya. Namja itu masih memandang lembut Chaerin. Sebelum kemudian bangkit dari duduknya.

"Aku harus berangkat ke pet shop, apa kau tak apa-apa jika kutinggal sendiri?" Pasti Yuto sebelum beranjak

Chaerin hanya mengangguk, membuat Yuto tersenyum tipis.

"Kalau begitu aku tinggal. Hubungi aku jika kau merasa tubuhmu semakin tak baik" pesan Yuto

Kembali Chaerin mengangguk membalas itu

"Aku pergi" Yuto mengusap lembut puncak kepala Chaerin, dan beranjak

"Yuto-chan" langkah Yuto tertahan didepan pintu mendengar panggilan itu

Namja itu menoleh, dan mendapati Chaerin yg memandang lurus padanya.

"Apa?" Tanya Yuto yg mendapati kebungkaman Chaerin

Chaerin meremat selimutnya pelan. Sedikit ragu dengan apa yg ingin dikatakannya.

"Arigatou" mengurungkan niatnya mengatakan hal yg mengusiknya. Chaerin hanya bisa berterimakasih pada Yuto

"Tak perlu berterimakasih, sudah tugasku sebagai calon suamimu menjagamu bukan" dengan senyum yg merekah tipis, Yuto menjawab

Chaerin menarik senyum kaku, sementara Yuto beranjak setelah melambai.

"Calon suami" bisik Chaerin dalam hati

Yeoja itu menghela nafas berat, merasa terbebani dengan kata-kata itu. Hal yg sama juga dirasakan Yuto, yg saat itu nampak menyandarkan tubuhnya dibalik pintu kamar Chaerin.

"Suami" gumamnya juga dalam hati

Pandangan Yuto mengarah kelangit-langit rumah kini. Membiarkan angan sesaat menemaninya. Beberapa saat kemudian diapun menegakkan tubuhnya. Dan berlalu meninggalkan kediaman itu menuju pet shop.

*

Kondisi hati Wonho sedang buruk. Setidaknya itu yg bisa Hana simpulkan saat melihat namja itu berlatih kendo selama berjam-jam diruang latihannya. Lebih dari 20 pedang kayu sudah rusak dibuatnya. Namun tak ada tanda-tanda namja itu akan menghentikan aktivitasnya itu.

"Jie-jie" Yan an menahan bahu Hana, saat melihat yeoja itu akan menghampiri Wonho "biarkan saja" tukasnya kemudian saat tatapan mereka bertemu

"Tapi..."

"Kau tak akan mendapatkan jawaban kalaupun kau menghampirinya. Dia hanya akan berlari menjauh semakin kau ingin tahu. Biarkan saja dulu dia meluapkan rasa kesalnya. Jika dia lelah, dia akan mencari seseorang untuk membantunya" urai Yan an bijak

"Bagaimana jika dia tak pernah lelah dan berusaha menyimpan semua itu sendiri?" Sambut Hana

"Maka itu pilihannya, dan kita tak berhak memaksa" jawab Yan an mudah "tapi kupikir tak mungkin dia tidak merasa lelah. Sekuat apapun dia berusaha menutup diri. Suatu hari dia pasti membutuhkan uluran tangan juga" lanjut Yan an sebelum kemudian beranjak

Sesaat Hana menatap kepergian Yan an. Sebelum kemudian kembali menatap Wonho. Dengan raut khawatir dia terus memandang namja itu. Dan memutuskan berlalu beberapa detik berselang.

*

Pukulan ringan dibahu Minju, cukup membuat yeoja itu tersentak. Segera diapun menoleh pada sang pemilik tangan, setelah lamunannya menghilang begitu saja.

"Apa yg kau pikirkan?" Yeseul, sosok yg mengejutkan Minju sudah duduk disisi yeoja itu

Minju menarik seulas senyum tipis, sebelum berujar

"Mimpiku, aku memikirkan mimpiku" jawab Minju dengan pandangan yg mengarah lurus

"Mimpi buruk?" Dengan mudah Yeseul menebak

"Kalau bukan hal buruk, apa aku harus memikirkannya?" Balas Minju dengan nada angkuh andalannya "aku bukan chinayang yg akan menggabiskan waktu memikirkan mimpi indahku" lanjutnya masih dengan intonasi yg sana

Yeseul berdecih pelan, sedikit kesal mendengar balasan yg diberikan yeoja yg berusia lebih muda darinya itu.

"Apa yg kau mimpikan?" Walau kesal, Yeseul berusaha mencari tahu

"Vampire" jawab Minju sedikit ragu

"Vampire?" Ulang Yeseul dengan alis bertaut

"Eoh" Minju mengangguk pelan "aku bertemu dengan klan itu dalam mimpiku"

"Lalu?" Cukup penasaran, Yeseul kembali bertanya

"Perasaanku benar2 tak nyaman eonnie. Bahkan sampai sekarang, dadaku masih berdetak kencang. Aku pikir...akan ada hal buruk terjadi karena mereka" Minju berujar dengan suara rendah

Bisa Yeseul dapati kecemasan diwajah Minju. Bahkan jemari yeoja itu sudah saling berkait kini. Tanda bahwa dia salam mode cemas. Sesekali bahkan Yeseul bisa mendengar tarikan nafas beratnya. Seolah ada beban yg menghimpit dada yeoja disisinya tersebut.

*

Wonho nampak memegangi lehernya. Rasa panas merayapi tenggorokan namja itu kini. Menerobos hutan, namja itu berusaha mencari 'makanan-nya'. Untuk menghilangkan rasa terbakar yg semakin menyiksa namja itu.

"Arrggghhh" erang Wonho bersama tubuhnya yg ambruk ke tanah

Wonho mengeliat diatas tanah. Membenturkan tubuhnya yg keras dan dingin diantara akar pohon yg mencuat kepermukaan tanah. Ada harapan untuk bertemu malaikat maut-nya karena siksaan yg dia terima. Namun namja itu yakin, harapannya itu hanya sesuatu yg tak akan bisa terwujud.

"ARRGGHHHHHH!!!!" Sosok lain yg ada dihutan itu terperanjat karena erangan kuat Wonho

Dengan langkah terburu sosok itupun memembus gelap, menuju ketempat Wonho berada. Gelap yg mengelilinginya sedikit menyulitkan langkah sosok tersebut. Namun pada akhirnya dia tiba ditempat Wonho, dan mendapati namja itu masih terbaring diatas tanah.

"ARRGGHHHHHH" Taring Wonho mengintip dari bibir merahnya. Bahkan mata namja itu sudah berubah warna kini.

Tak ada lagi warna hitam pekat mempesona dinetranya. Karena iris namja itu sudah memerah laksana warna 'makanan' yg dirindukannya.

Sraakkkkk....

Suara langkah kaki yg menginjak ranting kering membuat Wonho yg kelaparan menoleh seketika. Taring tajamnya kian terlihat nyata, saat netranya menangkap sosok nekat yg kini sudah berdiri dihadapannya.

Sosok itu bergeming, tak terlihat takut pada penampakan dihadapannya. Bahkan ketika tubuh Wonho bangkit dan tertatih mendekatinya sosok itu masih tetap diam.

"Kau lapar?" Dengan nada suara tenang sosok itu bertanya

Geraman kuat Wonho membalas itu. Sebab kesadaran vampire tersebut sudah menghilang karena rasa hausnya.

"Tenang...kau akan mendapatkannya" seulas senyum terkembang dibibir sosok itu

Dengan santai sosok itu mengiris telapak tangannya. Membuat darah segar menetes dan semakin membutakan Wonho.

"Rrrggggg" tanpa penghalang Wonho melangkah cepat mendekati sosok itu, dan meraih jemarinya untuk menghisap darah yg begitu diinginkannya.

Ringisan pelan meluncur begitu saja dari sosok tersebut. Bersama tubuhnya yg perlahan mulai memucat.

"Rrgghhhhh" pelan Wonho mulai sadar, dan cepat menarik wajahnya menjauh dari tangan sosok disisinya itu

Matanya perlahan kembali menghitam, dan membulat melihat sosok yg kini sudah tersenyum hangat padanya.

"Kau berhutang darah padaku..." tubuh itu ambruk seketika dalam pangkuan Wonho

*
TBC

Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement

🌻HAEBARAGI🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro