:: 4 ::
Hana merekahkan senyumnya, seraya memposisikan diri duduk tepat disisi Junhui. Pelan dia mengusap kening Junhui yang dihiasi kerutan tipis karena terlalu serius memikirkan beberapa hal yang baru selesai dia uraikan pada Hana.
"Kau pikir karena apa dewan tinggi memilih Yan an sebagai Moroi?" Ucapan tenang itu membalas uraian panjang Junhui mengenai Yan an.
"Itu karena memang dia memiliki kepintaran, dan juga sikap yang tenang" ujar Hana lagi saat Junhui mengarahkan pandangan padanya.
"Dia tidak bersikap tenang, dia bersikap bodoh" Junhui meralat ucapan Hana untuk Yan an yang dibalas senyum lebar yeoja itu
"Itu hanya caranya untuk bisa memperhatikan vampire lain lebih banyak dari yang diharapkan oleh vampire itu sendiri. Karena kebanyakan vampire justru akan lebih hati-hati bersikap didepan calon Moroi jika mereka menunjukkan sikap seriusnya" terang Hana
Kening Junhui kembali berkerut mendengar itu. Ada perasaan tak suka dihatinya mendengar kata-kata Hana untuk Yan an
"Kenapa kau terdengar begitu mengerti namja itu? Apa diam-diam kau mulai tertarik padanya?" Junhui berujar kemudian dengan ekspresi wajah yang tak baik
"Wen Junhui...aku hanya mencintaimu, bukankah kau tahu itu" jemari dingin Hana mengusap surai Junhui.
"Lalu apa arti sikapmu padanya? Kenapa kau selalu bersikap baik padanya? dan juga...kenapa kau terlihat mengerti segala hal tentangnya" Junhui tak merubah ekspresinya.
Hana menarik nafas dalam melihat kecemburuan dimata Junhui. Kemudian terlihat meraih bahu namja itu dan mengarahkan tubuh Junhui menghadapnya.
"Junhui...apa kau ingat. Saat di China dulu...bukankah aku pernah mengatakan kalau aku bertemu dengan seorang Dhampir kecil" kata-kata itu dibalas anggukan pelan Junhui setelah namja itu sempat berpikir sesaat.
"Dhampir itu dia" ungkap Hana yang membuat mata Junhui membulat
"Jinca??" Junhui menatap Hana tak percaya, sementara yeoja itu hanya mengangguk ringan memastikan hal tersebut.
"Jadi Dhampir yang kau bilang kau selamatkan itu, Yan an?" Junhui masih coba menegaskan hal itu
"Ne...itu dia" Junhui membisu mendengar kata-kata Hana. Namja itu nampak tenggelam dalam diamnya untuk berapa lama.
"Kau yakin itu dia?" Kembali Junhui menatap Hana.
"Tentu..." pasti Hana "pertemuan kami memang berlangsung singkat, tapi bisa kupastikan itu dia" lanjut yeoja itu kemudian
"Bagaimana bisa kau yakin"
"Tentu saja karena instingku" jawaban Hana membuat Junhui menautkan kedua alisnya
"Heeyy...kau tidak sedang meragukan instingku bukan" Hana mengurai tawa tipis
Junhui tahu jawaban pertanyaan itu hanyalah kata tidak. Namun entah mengapa Junhui memilih untuk tidak mempercayainya kali ini. Hal ini tak lain karena rasa cemburu dihatinya untuk seorang Yan an.
"Wen Junhui" bisikan lembut terdengar ditelinga Junhui, bersama bahunya yg dirasa mendapat beban halus.
Dagu Hana sudah ada dipundak Junhui kini. Membuat Hana segera merekahkan senyum saat tatapan keduanya bertemu.
"Aku menganggapnya putraku sendiri, jangan terlalu cemburu padanya" seolah bisa membaca pikiran Junhui, Hana berujar
"Bagaimana bisa kau menganggap Dhampir yang tidak lahir dari rahimmu sebagai putramu" gerutu Junhui tak menerima hal itu.
"Lalu bagaimana caranya aku bisa melahirkan seorang Dhampir dari rahimku, agar aku bisa menganggapnya putraku" balasan Hana membuat Junhui membisu
"Aku tak akan pernah bisa memiliki Dhampir ataupun Vampire yang lahir dari rahimku Junhui. Karena itulah aku menganggapnya putraku. Karena aku tak akan pernah memiliki putra walaupun aku menginginkannya" Hana menegakkan tubuhnya dan nampak menunduk dengan jemari yg saling dikaitkan
"Hana-ya" paham kesedihan Hana, Junhui merangkul pundak yeoja itu dan menarik sang istri dalam pelukannya.
Anak adalah hal sensitif bagi Hana. Karena sejak awal pernikahannya dengan Junhui beberapa abad yg lalu, dia selalu mengharapkan memiliki seorang putra. Namun dia hanya seorang vampire, dan vampire wanita tidak ditakdirkan mengandung. Karena itu Hana harus mengubur keinginannya memiliki buah hati.
Sampai beberapa tahun lalu, dia bertemu dengan Yan an kecil berusia 5 tahun dan sosok itu memikat hatinya. Namun dalam peraturan, vampire sepertinya tidak boleh memiliki Dhampir. Karena itu dia memilih menyerahkan Yan an pada dewan tinggi. Sebab hanya dewan tinggi yg bisa membesarkan Dhampir yg kehilangan orang tuanya. Serta memutuakan Dhampir itu dibiarkan hidup atau akan dibunuh.
Semula Hana sempat ragu dengan keputusannya. Karena yeoja itu khawatir Yan an tidak akan dibiarkan hidup. Namun kekhwatiran itu menghilang, saat melihat Yan an dewasa masih bisa ditemuinya. Dan dipilih menjadi Dhampir pengawas keluarganya.
"Heyyy....jangan bersedih, kau membuat hatiku sakit" Junhui berpindah kehadapan Hana, dan berlutut dihadapan yeoja itu.
Pelan diusapnya punggung tangan Hana, membuat netra yeoja itu mengarah padanya.
"Kalau kau mau menganggapnya sebagai putramu, maka kau bisa menganggapnya seperti itu. Selama itu membuatmu bahagia, dan merasa baik-baik saja" lanjut Junhui dengan jemari yg sudah mengusap pipi Hana
Senyum merekah dibibir Hana mendengar ucapan tersebut. Selang setelah senyum itu terkembang, diapun memeluk erat Junhui.
"Xie xie" ucapnya tulus yg hanya dibalas dengan anggukan pelan dan usapan lembut jemari Junhui dipunggungnya.
*
Bunyi lonceng kecil membuat Yuto yang semula sibuk merawat seekor pudel menghentikan aktivitasnya. Namja itu menoleh kearah pintu pet shop yg dikelolanya bersama Chaerin, lalu memutar mata pelan saat mendapati sosok yg hadir ditempat itu.
"Aku membawa Vampire*" dia Minju, sosok yg datang bersama seekor anjing Pomeranian putih ditangannya
"Dia ada bukan, aku datang untuk jadwal pemeriksaan rutin" lanjut Minju saat Yuto mengarahkan tubuhnya pada yeoja itu
"Mengapa aku mulai terbiasa dengan sikap tidak sopanmu ya" sinis Yuto pada Minju
"Itu bagus....aku suka kau mulai terbiasa dengan itu" tak menganggap itu sindiran, Minju justru membalas dengan senyum cerah
Yuto mengeram mendengar balasan yg diberikan yeoja itu. Membuat Minju yg mendengaranya mengurai tawa pelan
"Ras Akita* memang berbeda ya, kawaiii" ujar Minju disela tawanya
"Heyyy...aku bukan anjing!" Sungut Yuto dengan raut kesal yg justru semakin membuat tawa Minju semakin nyaring
"Tapi kata eonnieku, rubah itu juga anjing" balas Minju masih belum menghentikan tawanya
"Aishh...kau ini, kenapa setiap datang selalu membuat kesal?" Yuto nampak makin emosi
Minju tidak menanggapi sungutan itu. Dia hanya mengendikan bahu rulingan sebelum kemudian meninggalkan Yuto yg nasih bersungut. Yeoja itu berlalu menuju sebuah ruangan tak jauh dari tempat Yuto berada. Dan masuk keruangan tersebut tanpa terlebih dulu mengetuk.
"Periksa vampire!" Minju berujar pada Chaerin yg semula sibuk memeriksa sebuah berkas diatas mejanya
Chaerin menutup berkas itu, dan menatap lurus Minju yg sudah berdiri dihadapannya
"Tidakkah seharusnya kau mengetuk pintu dulu, itu sopan santunnya" protes Chaerin karena sikap Minju yg dirasa tak sopan
"Bukankah sopan santun hanya berlaku pada manusia? Dan kau bukan manusia, jika kau lupa" Sambut Minju mudah membuat Chaerin hanya bisa bersungut pelan
"Andai aku bisa mengorek jantungmu dan menyantapnya, kupikir itu menyenangkan" seraya bangkit Chaerin berujar
"Sebelum kau melakukannya, kupikir belatiku akan lebih dulu tertanam di jantungmu" balas Minju mudah
Chaerin memutar bola matanya, sebelum kemudian meraih anjing milik Minju.
"Hai vampire...bisakah kau mengigit majikanmu ini untukku. Akan kuberi kau tulang yg besar jika kau mau melakukannya" sambil mengangkat vampire, Chaerin berujar
"Jangan mengajari vampire hal yg tidak-tidak...rubah!" Minju memperingatkan
"Ouuu....itu menakutkan" Chaerin memasang senyum mengejek melihat wajah kesal Minju
"Aku benar-benar bisa menjadi sangat menakutkan rubah, jadi jaga sikapmu" Minju masih memakai nada yg sama
"Mulailah darimu chinayang, maka aku akan melakukan hal yg sama" Chaerin mulai melakukan pemeriksaan pada Vampire
Minju baru akan membalas kata-kata Chaerin, namun dering ponselnya menahan ucapan yeoja itu. Dengan wajah kesal diapun segera meraih ponselnya. Dan menjawab panggilan tersebut saat mendapati nama Yeseul tertera dilayar.
"Apa??" Dengan ketus Minju menjawab
"Ohoooo....kau benar2 sudah tak tahu sopan santun lagi ternyata. Begitukah caramu menjawab panggilan eonniemu?" Protes Yeseul diujung panggilan
"Aku seorang chinayang murni eonnie, kupikir kau tahu hal itu dengan baik. Jadi...aku tak harus bicara terlalu sopan padamu ataupun para siluman yang ada disekitarku bukan" Minju mengurai kata-kata yang juga ditujukan untuk Chaerin
Senyum tipis yeoja itu tertangkap mata Minju, diantara kegiatannya memeriksa Vampire.
"Hanya karena kau chinayang murni, sementara aku chinayang biasa bukan berarti kau bebas terus bersikap tak sopan Minju-ya. Ingatlah...usiaku jauh diatasmu, dan kau tetap harus berlaku sopan padaku" Yeseul mengingatkan
"Bahkan pada siluman yamg berusia ratusan tahun aku tak mau berlaku sopan, kenapa aku harus melakukannya padamu eonnie" balas Minju
Dengusan kesal tertangkap telinga Minju, membuat yeoja itu menarik senyum tipis diwajahnya.
"Ada apa menelpon?" Tanyanya pada Yeseul
"Ada pesanan karangan bunga, datanglah untuk nenyelesaikannya" jawab Yeseul
"Bukankah ada Seokmin oppa disana? Minta saja bantuannya, aku sedang mengurus vampire"
"Dia sedang tak bisa dimintai tolong, karena itu aku menelponmu. Aku tak mungkin menyelesaikannya sendiri. Jadi cepat kemari, atau kuhancurkan toko bungamu" Yeseul memberi ancaman diujung kalimatnya
"Berani kau melakukan itu maka kutuntut kau sampai ke akhirat" balas Minju
"Coba saja kalau bisa" Yeseul tertawa pelan "25 menit kau harus sampai kemari, mengerti!" Panggilan segera terputus, membuat Minju mengumpat.
"Yeoja gila itu" Minju menyimpan ponselnya kedalam saku dengan tergesa
"Aku titip vampire, nanti aku akan menjemputnya" Minju segera berlalu setelah menyelesaikan kalimatnya
Dengan tatapan bingung Chaerin menatap kepergian Minju. Sebelum kemudian mengarahkan pandangannya pada Vampire setelah pintu ruangannya kembali tertutup.
"Sepertinya majikanmu menemukan lawan yg seimbang" jemari Chaerin mengusak sayang kepala Vampire
Vampire mengoyangkan ekornya, membuat Chaerin tersenyum lebar.
*
Seraya menyantap ayam yg dipesannya, Yuto terus memandang Vampire. Hewan kecil itu terlihat sibuk dengan ayam yg diberikan Chaerin padanya. Dan menyantap itu dengan ekor yg bergoyang.
"Kenapa yeoja itu memberinya nama Vampire?" Yuto menatap Chaerin yg duduk dihadapannya
"Seharusnya kau tanyakan itu pada sang chinayang, bukan padaku" balas Chaerin
"Aku malas berurusan dengan yeoja sepertinya" sambut Yuto
"Kau pikir aku suka berurusan dengannya" balas Chaerin
"Kenapa dia bisa begitu angkuh?" Dengan menyangga dagu diatas punggung tangan, Yuto kembali bertanya
"Karena dia chinayang murni, setidaknya itu yg selalu ditegaskannya padaku" jawab Chaerin
"Apa hebatnya menjadi chinayang murni? Apa itu sesuatu yg sangat membanggakan?" Yuto mengurai senyum sinis
"Memiliki kekuatan untuk mengetahui keberadaan makhluk immortal, dan mampu menghancurkanya apakah itu bisa jadi sebuah kebanggaan?" Yuto menelan ludah kasar mendengar jawaban itu
"Gumiho, dan juga vampire...dia memiliki kekuatan untuk melenyapkan dua klan itu" lanjut Chaerin
"Aissshhh...menyebalkan"gerutu Yuto yg disambut tawa ringan Chaerin
"Pantas saja kau menerima perlakuannya begitu saja, padahal kau akan sangat marah jika ada manusia yg bersikap tak sopan padamu" tukas Yuto kemudian
"Bahkan Jisoo eonnie tak bisa melawannya. Untung saja keduanya jarang bertemu. Setidaknya itu meminimalisir perang argumen dari keduanya" disela tawanya Chaerin berujar
Yuto menarik senyum tipis mendengar itu, sebelum mengarahkan pandangannya pada Vampire.
"Oooo...kemana dia?" Hewan kecil itu sudah tak ada lagi ditempatnya
Chaerin segera menoleh pada tempat kosong yg ditinggalkan Vampire, lalu segera bangkit dari duduknya dengan wajah panik.
"Cari dia" perintah Chaerin
Tanpa menyahut Yuto segera melakukan perintah Chaerin, untuk mencari vampire disetiap sudut pet shop.
"Aku akan mencari keluar, kau tetap cari didalam" perintah Chaerin
Yuto mengangguk, membuat Chaerin segera beranjak keluar. Dengan ekspresi panik, yeoja itu terus mencari vampire. Dia coba menajamkan telinganya untuk menemukan hewan kesayangan milik Minju tersebut.
"VAMPIRE!" teriak Chaerin
Seorang namja yg semula berjalan tenang tak jauh dari Chaerin, segera menghentian langkahnya karena teriakan itu. Diapun menoleh pada Chaerin yg sudah tersenyum cerah seraya meraih Vampire.
"Kau mau membunuhku ya, kalau kau hilang majikanmu akan murka apa kau tahu" ucap Chaerin setelah Vampire ada dalam pelukannya
Vampire menyalak pelan seolah menjawab. Membuat Chaerin tertawa pelan.
"Sebentar lagi majikanmu datang, sebaiknya kita kembali" Chaerin mengerakkan kakinya untuk kembali ke pet shop
Namun, baru beberapa langkah dia berjalan. Gerakan kakinya segera terhenti karena sebuah tangan meraih lengan Chaerin.
"Hong Chaerin" saat tatapannya bertemu dengan sipemilik tangan, namja yg tak lain adalah Wonho segera berujar pada yeoja itu
Untuk beberapa detik Chaerin terdiam, karena rasa terkejut mendapati sosok Wonho dihadapannya. Namun segera yeoja itu mengontrol ekspresinya dengan memasang wajah bingung.
"Nuguya?" Tanyanya seolah tak mengenal sosok Wonho
Bukan keinginan Chaerin untuk mengurai kebohongan tersebut. Namun dia tak memiliki pilihan. Sosok dihadapannya, yang bisa Chaerin pastikan adalah sosok Shin Hoseok yg dia cintai, tak boleh mengetahui dirinya adalah Hong Chaerin yang namja itu kenal. Karena itulah Chaerin harus berpura-pura tak mengenali sosok itu.
"Aku Hoseok, Shin Hoseok" balas Wonho
"Maaf...aku tak mengenal anda, bisakah anda membiarkanku pergi" Chaerin menarik lengannya dari Wonho, kemudian segera beranjak dengan gerakan kaki tergesa meninggalkan Wonho begitu saja
Namja itu akan mengejar langkah Chaerin. Akan tetapi rasa ragu menahan gerakan kakinya. Pada akhirnya Wonho pun hanya menatap pungung Chaerin menjauh kini, bersama kekacauan yg sudah merambati hatinya.
TBC
Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement
🌻Haebaragi🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro