Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

:: 11 ::

Minju menatap namja dihadapannya, yang terlihat serius memperhatikan makhluk yang baru saja dia tangkap. Sejak tiba disana, namja itu terus tenggelam dalam diamnya. Membuat Minju memutuskan angkat bicara

"Jadi tuan Dhampir...dia itu apa?" Tanya Minju pada Yan an, sosok yg dipanggilnya Dhampir

Yan an segera menatap Minju, dan mendapati tatapan penasaran yeoja itu

"Dia terlihat menyerupai zombie" balasan namja itu segera ditanggapi tatapan datar Minju "aku serius, aku tidak sedang bercanda" ucapnya seolah meyakini Minju dengan jawabannya

"Yang mengatakan kau sedang bercanda siapa tuan Dhampir?" Balas Minju.

"Tatapanmu yang mengatakannya" Yan an menunjuk kedua iris Minju.

Minju tak membalas, dia hanya menanggapi ucapan Namja itu dengan menghela nafas berat.

"Aku juga berpikir seperti itu sejak awal. Hanya saja....aku sempat ragu." Minju berujar dengan bergumam.

Yeoja itu kini sudah mengarahkan pandangan pada sosok kaku dihadapannya. Dan terlihat menyentuh beberapa bagian tubuh sosok itu.

"Dia memiliki kekuatan Vampire, tapi dia liar. Kau tahu...dia...seperti memiliki jiwa liar gumiho." urai Minju mengingat bagaimana dia melawan sosok tersebut.

"Gumiho?" Ulang Yan an yg dibalas anggukan lemah Minju.

Yan an termenung mendengar itu. Bersama Minju dia memainkan pikirannya. Senyap-pun terajut didalam ruangan itu. Sebelum kemudian kehadiran seseorang mengusiknya.

"Yan an." sebuah panggilan membuat Yan an menoleh, begitupun dengan Minju

"Oh...kau sudah kembali gege" sambut Yan an pada sosok Junhui "bagaimana? Apa DNA racun vampirenya bisa terdeteksi?" Tanya namja itu kemudian saat Junhui sudah menghentikan langkah dihadapannya.

"Tidak...tidak ada DNA vampire yang terdeteksi"jawaban itu membuat Minju menoleh pada Junhui.

"Ne??? Tidak ada?" Mata Minju membulat mendengar itu.

"Bagaimana bisa?" Keterkejutan yang sama tergambar diwajah Yan an.

"Aku tak tahu, tapi memang tak ada DNA Vampire yang terdeteksi" balas Junhui menjelaskan.

Yan an dan Minju kembali menikmati bisunya. Dengan pandangan yang kembali tertuju pada sosok kaku didekat mereka.

"Jika tidak ada DNA Vampire, maka kemungkinan besar bukan Vampire yang melakukan ini" ucap Yan an

"Lalu kalau bukan Vampire, kenapa fisiknya menyerupai Vampire?" Sambut Minju seraya menatap Yan an

Tak ada balasan dari Yan an. Namja itu memijat pelan pangkal hidungnya karena hal rumit yg baru dia hadapi.

"Aku bahkan belum menjadi Moroi, tapi masalah yang kuhadapi sudah sesulit ini."gumamnya dengan suara rendah

Minju masih menatap Yan an. Memperhatikan beban yg tergambar diwajahnya. Sementara Dhampir itu terlihat menatap kembali sosok misterius yang terbaring kaku didekatnya. Mencoba menalar segala hal yg mungkin bisa dibuatnya menjadi jawaban.

*

Sebuah api unggun menyala didekat tubuh Seokmin. Memberi rasa hangat ditubuh namja itu. Sedikit jauh darinya, sosok Jisoo terpejam dengan tubuh bersandar disebuah pohon. Tangannya terlihat menyilang didada bersama nafas yang terdengar teratur.

"Apa tak ada hal yang kau sukai didunia ini?" Pertanyaan dari Seokmin membuat Jisoo membuka matanya.

"Kau terlihat membenci banyak hal" lanjut Seokmin saat mendapati tatapan bertanya Jisoo

"Saat kau hidup ribuan tahun sepertiku, kau juga pasti akan memasang sikap yang sama tuan chinayang. Karena...segala hal yang kau alami dan temukan akan membuatmu bersikap sepertiku. Banyak kebohongan didunia ini daripada sebuah kejujuran. Dan itu...akan membuatmu banyak membenci sesuatu, daripada menyukainya" dengan tatapan dingin Jisoo menjawab

"Lalu...bagaimana dengan dongsaeng-mu dan juga tunangannya? Kenapa mereka tidak memasang sikap yang sama denganmu? Bukankah perbedaan usia kalian hanya ratusan tahun?" Seokmin memandang bingung Jisoo

"Ratusan tahun cukup membuat mereka melewatkan apa yang kurasakan. Karena itulah mereka berbeda" Jisoo kembali memejamkan matanya

Seokmin diam sesaat, memperhatikan mata terpejam Jisoo. Yeoja itu nampak cukup tenang, namun kerut dikeningnya membuat Seokmin menyimpulkan kalau yeoja itu tidak setenang kelihatannya.

"Apa kau kehilangan seseorang yang sangat kau cintai dimasa lalu karena itu sikapmu seperti ini?" Jemari Jisoo yang menyilang didada meremas sikunya mendengar pertanyaan itu. Ada rasa sakit dihatinya, karena tanya yang Seokmin urai. Namun yeoja itu coba sebisa mungkin tak menunjukkannya.

"Berhenti banyak mencari tahu chinayang. Karena kau tidak bertugas untuk itu. Kau...adalah budak kami, dan budak...tak harus banyak tahu tentang kehidupan tuannya" tanpa mau membuka mata Jisoo membalas

"Jangan bersuara lagi, karena aku butuh istirahat" ucapan itu segera menahan Seokmin, yang semula akan kembali berujar

Namja itupun membisu kini. Membiarkan angin memainkan api dihadapannya. Membentuk suara yang menarik lelap menyapa kedua matanya.

*

Aroma cokelat panas membangunkan Minju yang terpejam. Dengan gerakan pelan dia membuka mata. Sosok Yan an yang berdiri didepannya adalah hal pertama yg tertangkap mata Minju. Sebelum kemudian yeoja itu menarik tubuhnya bangkit.

"Sudah menemukan sesuatu?" Suara serak Minju menyapa telinga Yan an

"Ajik" Yan an menjawab seraya menyerahkan cokelat panas ditangannya pada Minju.

Jemari Minju meraih itu. Sebelum kemudian dia menghela nafas berat.

"Dia masih hidup, bahkan setelah peluru berisi darahmu bersarang ditubuhnya" Yan an berujar seraya duduk di sofa yang semula Minju tempati untuk tidur

"Ne?" Minju nampak terkejut

"Tak lama setelah kau tidur, dia menggeram dan juga bergerak. Kurasa...peluru itu menahan gerakannya, tapi tidak membunuhnya seperti itu membunuh vampire pada umumnya" urai Yan an

Minju mengenggam erat gelas cokelat ditangannya. Seraya menatap kosong kedepan. Seketika yeoja itu merasa tak mampu berpikir. Karena apa yang baru Yan an ucapkan padanya.

"Dan...ada sebuah kabar buruk lagi" Minju menoleh pada Yan an dengan gerakan pelan

"Kurasa dia tak sendiri" ucapan tersebut sukses membuat mata Minju membulat

*

Mingi mengeser kursinya kedekat Wonho, membuat namja itu menoleh malas padanya.

"Apa?" Tanya Wonho dengan tatapan dingin

"Tanganku sakit" Mingi mengangkat tangannya yg diperban

"Lalu?" Alis Wonho berkerut

"Aku bukan yeoja kidal" balas Mingi

"Jangan berbelit-belit, katakan saja apa mau mu" Wonho berujar kesal

Mingi mengeser nampan makanan yang tersimpan diatas meja kehadapan Wonho. Membuat namja itu melirik sesaat pada sajian tesebut sebelum kembali menatap Mingi.

"Suapi aku" tukas yeoja itu saat tatapan mereka bertemu

"Jangan manja, lakukan sendiri" tolak Wonho seraya bangkit

Mingi menunduk memasang wajah sedih, seraya menatap tangannya yg terluka.

"Baiklah...sepertinya aku akan melewatkan sarapanku saja" dengan suara rendah Mingi berujar

Wonho menoleh pada Mingi, yang mengusap perban yg membalut tangannya. Namja itupun mendegus kesal melihat hal tersebut. Sementara Mingi yang mendengar helaan nafas berat namja itu coba menahan senyum diwajahnya.

"Kau ini merepotkan sekali ya" Wonho kembali terduduk dan meraih nampan makanan diatas meja

Mingi mengangkat wajahnya, lalu membuka mulut lebar dengan senyum yang merekah.

"Uhmm...mashita" ujarnya seraya mengunyah makanan yg disuapkan Wonho kemulutnya

Wonho menatap tajam Mingi yg masih merekahkan senyum lebar dibibirnya.

"Apa dia tahu siapa dirimu?" disela makannya, tiba-tiba Mingi berujar

"Apa maksudmu?" Wonho yg semula akan kembali menyuapi Mingi, menarik tangannya menjauh

"Dia...maksudku yeoja yg mirip dengannya dimasa lalu...apa dia tahu kau adalah Vampire?" Mingi balas bertanya

Wonho tak menjawab, dia masih menatap lekat Mingi.

"Tidak tahu ya" sambut Mingi mengartikan raut wajah Wonho

"Kalau begitu...bukankah kedekatan kalian puluhan...ani...ratusan, atau bahkan ribuan tahun yg lalu bukanlah sebuah hubungan serius bukan. Karena masih ada rahasia diantara kalian" urai Mingi dengan wajah yg berubah serius

"Bagaimana kau tahu kalau aku memiliki seseorang dimasa lalu yang mirip dengannya?" Kembali Wonho bertanya

"Dari tatapanmu yang terlihat begitu terluka saat mendapatinya berciuman" sambut Mingi mudah

Mingi tersenyum penuh arti, seraya menyandarkan tubuhnya dikursi

"Aku chinayang, kalau kau lupa" sambut Mingi

Wonho menatap tak yakin, membuat Mingi kembali menarik senyum lebar dibibirnya.

"Whae? Meragukan kemampuanku sebagai chinayang?" Mingi melipat tangannya didada

Tak ada balasan dari Wonho. Namja itu masih mengarahkan tatapan yg sama pada Mingi.

"Kau memandangnya dengan tatapan sedih dan rindu dalam waktu bersamaan. Karena itu aku tahu kalau mungkin...yeoja itu berhubungan denganmu dimasa lalu" urai Mingi pada akhirnya karena tatapan tersebut

Wonho memalingkan wajahnya dari Mingi yg masih setia dengan senyum diwajahnya.

"Dan kupikir...dia masih yeoja yg sama" lanjut yeoja itu dalam hati

Wonho yg tak mendengar itu masih diam. Membuat Mingi menatap lekat padanya.

"Hubungan tanpa kejujuran, tidak bisa dikatakan sebagai sebuah hubungan bukan" Wonho mengarahkan kembali tatapannya pada Mingi

"Hubungan diatas kebohongan, apa bisa disebut sebuah hubungan?" Lanjut Mingi menanggapi bungkam yg dipilih Wonho

Wonho meletakkan nampan makanannya diatas meja. Kemudian bangkit dari duduknya.

"Lanjutkan makanmu" dengan cepat namja itu berlalu, meninggalkan Mingi yg menatap kepergiannya.

"Kalian memulai semuanya dengan kebohongan tuan Vampire" bisik Mingi rendah sebelum kemudian ikut berlalu meninggalkan sarapannya

*

Hwitaek menatap sebuah ruangan dimana Hyuna berada dengan tatapan tajam. Membuat Hyojong yg memperhatikan namja itu sejak beberapa waktu yg lalu segera menghampirinya.

"Dia tak mengatakan apapun padamu?" Tanpa menoleh pada Hyojong, Hwitaek segera mengajukan pertanyaan

"Mengatakan apa?" Hwitaek menoleh karena pertanyaan itu

"Tentang rencananya, dan juga...tentang apa yg dilakukananya didalam ruangan itu" gelengan pelan membalas pertanyaan tersebut, membuat Hwitaek menggeram kesa

"Terlalu banyak rahasia darinya" Hwitaek beranjak dari sana

Hyojong menatap kepergian Hwitaek sesaat. Sebelum kemudian menatap pintu yg sesaat lalu menjadi fokus Hwitaek.

"Kenapa dia begitu penasaran?" Hyojong mengendikan bahunya ringan, merasa heran dengan sikap Hwitaek

Pelan dia kembali kekursinya. Mengabaikan sosok Hwitaek yg tak lagi ada disana. Serta Hyuna yg sibuk membuat sesuatu didalam kamar pribadinya.

"Kehancuran akan kumulai, dan kalian...tak akan mampu mencegah kehancuran itu" seringai mengerikan terkembang dari bibir Hyuna. Diujung kalimat yg diucapkannya.

*
TBC

Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement

🌻HAEBARAGI🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro