Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

:: 1 ::

Keramaian menghentikan gerakan kaki Shin Wonho, aroma darah segera tertangkap penciumannya setelah itu. Wonho menajamkan penglihatannya, dan mendapati seorang korban kecelakaan yg sedang dikelilingi banyak orang berada tak jauh dari tempatnya mematung. Sepertinya kecelakaan itu cukup serius, karena darah korban nampak mengenangi tubuhnya yang terbaring lemah. Namun tak ada yang coba mendekati sang korban, yang terbaring diatas aspal.

"Apa tidak sebaiknya darah sebanyak itu kita tampung untuk persediaan" sebuah suara mengalihkan atensi Wonho

Nampak olehnya sosok Junhui, yg terlihat mengarahkan pandangan pada sosok yang beberapa saat lalu jadi fokusnya.

"Andai saja aku punya kekuatan pengendali waktu, aku sudah menggunakannya untuk menyeruput darah itu" Junhui menjilat bibir bawahnya

Pukulan ringan diarahkan Wonho ditengkuk Junhui, membuat namja itu menoleh.

"Jangan bicara yang tidak-tidak, orang-orang bisa mendengarmu" Wonho mengucapkan itu nyaris bersamaan dengan ringisan yang keluar dari bibir Junhui karena pukulannya

"Mereka sibuk dengan urusan masing-masing hyung, tak ada yang mendengarku" Junhui berucap seraya mengusap tengkuknya yang dipukul Wonho

Wonho tersenyum tipis nelihat Junhui yang sudah menunjukkan wajah kesalnya.

"Kajja...sebelum kau mendadak lapar, sebaiknya pergi dari sini" Wonho mengayun langkahnya

"Aku baru saja makan hyung" dengan kaki yg mengejar langkah Wonho, Junhui berujar

"Seseorang masih bisa menyantap puding bila itu disajikan didepannya, walaupun dia sudah makan. Jadi...kupikir kau bisa melakukan hal yang sama jika tetap disana" disela langkahnya Wonho mengingatkan

Junhui tak membalas, kata-kata Wonho yang cukup masuk akal membungkamnya. Namun kebungkaman itu hanya berlangsung sesaat. Karena memang Junhui bukan sosok yang bisa diam, maka disepanjang jalan dia terus mengurai cerita yang bahkan tak sepenuhnya Wonho dengar.

"Hyung.....mwoya???" Satu kalimat protes terdengar dari Junhui saat tubuhnya menabrak tubuh Wonho yang berhenti tiba-tiba

Wonho yang memfokuskan matanya pada hal lain, mengabaikan protes itu. Membuat Junhui segera memasang ekspresi kesal.

"Chaerin" gumam Wonho nyaris berbisik membuat Junhui yang akan kembali protes mengurungkan niatnya tersebut

Namja itupun nampak mengedarkan pandangannya, mencari sosok yang digumamkan Wonho.

"Dimana hyung?" tak menemukan sosok itu, Junhui bertanya

Wonho mengayun langkah hendak menyeberangi jalan untuk menemui sosok yg dilihatnya, guna memastikan hal tersebut. Namun gerakannya cepat ditahan Junhui, saat dari arah kiri sebuah sepeda motor melaju cukup kencang.

"Hyung!!!" Pekikan nyaring Junhui terdengar bersama suara klakson dan juga deru kencang sepeda motor tersebut

Wonho tersentak karena kegaduhan itu, sebelum kemudian menatap Junhui yang sudah memperlihatkan wajah khawatir.

"Berhati-hatilah hyung...kau akan mencelakai orang itu jika membiarkan dia menabrakmu" Junhui mengingatkan

Sebagian yang mendengar ucapan Junhui, mungkin menganggap itu sebuah candaan. Tapi tidak bagi klan mereka. Tubuh mereka yang memang kuat pasti akan mampu merusak benda apapun yang menabrak mereka. Seperti halnya telur yang membentur batu diatas permukaan tanah.

"Mian" setelah bisa mengendalikan perasaannya Wonho berujar.

Setelah mengucapkan itu, Wonho nampak mengedarkan pandangannya. Netranya berusaha mendapati sosok yg dipanggilnya Chaerin, namun pada akhirnya dia nampak tercenung saat tak melihat lagi sosok itu.

"Apa benar dia?" Gelengan pelan Wonho membalas pertanyaan Junhui yg mendapati Wonho termenung

"Mungkin hanya mirip" kata2 itu terdengar seperti sebuah hiburan bagi Junhui. Bukan untuk dirinya, melainkan sosok yg mengucapkan hal itu.

"Kajja" Wonho kembali mengayun langkahnya, berlalu dari tempat itu.

Masih diikuti Junhui, sosok tersebut terus menjauh. Membiarkan tempat yang ditinggalkannya diisi oleh seorang yeoja yang nampak menunggu seseorang.

"Chaerin-aaaa" baru saja akan membuat panggilan, sebuah suara menyapa pendengaran yeoja bernama Chaerin itu

Chaerin menoleh, dan melambai pada sosok yang memanggilnya

"Yuto-chaaaan" sahutnya yang segera mendapatkan tatapan tak suka dari sang pemanggil

"Berhenti memanggilku seperti itu" dorongan pelan dikeningnya, Chaerin dapati sebagai bentuk protes dari Yuto

"Sirro...itu lucu, dan aku suka" Chaerin melingkarkan tangan dilengan Yuto

Yuto tertawa pelan mendengar balasan yang diberikan oleh yeoja disisinya.

"Jadi...kau ingin kemana hari ini" Yuto mengusap lembut puncak kepala Chaerin

"Makan daging sapi terbaik" dengan wajah berbinar Chaerin berujar

"Kau pintar menghabiskan uangku ya" Yuto terkekeh

"Tentu saja" senyum Chaerin terkembang

"Tapi jangan seperti ini saat kita sudah menikah ya" seraya menarik langkahnya Yuto berujar

"Whae?" Chaerin mengembungkan pipinya

"Aku akan bangkrut" canda Yuto

"Ciih...bagaimana bisa seekor kitsune bangkrut" cibir Chaerin

"Ya!" Yuto memandang sekitarnya, memastikan tak ada yg mendengar itu

"Kau masih selalu khawatir ya" Chaerin tertawa pelan

"Aku bukannya khawatir, aku hanya waspada" ralat Yuto

"Ara...ara...tuan yang selalu waspada" Chaerin semakin melingkarkan erat tangannya dilengan Yuto

Wajah Yuto yang semula khawatir, dihiasi senyuman kini karena ucapan Chaerin. Terlebih karena hal-hal ceria yang terus diurainya disepanjang jalan. Seolah tak pernah letih, dia terus bercerita pada Yuto. Membuat hari cerah namja itu sempurna karena keceriaan yang selalu diperlihatkannya.

*

Purnama memancarkan sinar lembutnya, hingga menerpa wajah pucat seorang Shin Wonho. Mata namja itu terpejam, menikmati senyap yang menari disekitar tubuhnya. Hingga desau angin pelan memaksa Wonho membuka mata pelan.

"Aku mencarimu sejak tadi, ternyata kau disini hyung" sebuah suara menyapa pendengaran Wonho

Wonho menoleh dan mendapati Junhui, sudah ada didekatnya

"Memikirkanya lagi?" Tebak Junhui saat Wonho kembali membuang pandangan lurus

"Isi kepalaku bukan milikku lagi sejak dia pergi" dengan suara nyaris mendesah Wonho membalas

"Jadi selain memikirkannya, tak ada yg bisa kulakukan" namja itu tertunduk kini

"Hyung...itu sudah ratusan tahun yang lalu, tak bisakah kau melupakannya" Junhui memandang lemah Wonho

"Kalau saja bisa, aku sudah melakukannya Junhui-ya. Tapi aku tak bisa melakukan itu. Bahkan untuk sedetik saja, pikiranku tak mau menjauh dari bayangannya" tak ada yang berubah dari nada bicara Wonho

Junhui mengulurkan tangannya, mengusap bahu bidang Wonho. Sosok kekar itu nampak lemah dimata Junhui kini. Bahkan otot yang menghias tubuhnya bagai tak berarti melihat ketidak berdayaan yang ditunjukkannya.

"Apa ini karena kau merasa seperti melihatnya siang tadi?" Anggukan lemah Wonho menjawab pertanyaan yang Junhui urai padanya

"Tapi bukankah kau bilang, dia hanya seseorang yang mirip dengannya" suara Junhui merendah

Kali ini tak ada balasan dari Wonho, namja itu memilih membuang pandangan lurus. Senyap menghiasi kebersamaan keduanya karena kebungkaman Wonho. Sebelum akhirnya dering ponsel Junhui berbunyi. Dengan menjauhkan tubuhnya, Junhui menjawab panggilan tersebut. Dan kembali mendekati Wonho saat panggilan berakhir.

"Hyung...ayo pulang, Hana meminta kita kembali" ajak Junhui

Wonho menoleh malas pada Junhui, sebelum kemudian bangkit dan beranjak dengan gerakan kilat bersama Junhui tanpa berujar apapun.

Diantara gelap, keduanya terus melesat cepat. Menembus udara malam yang terasa dingin bagi para manusia.

*

Tawa ringan terdengar diruang tengah sebuah rumah dengan gaya tradisional namun masih terlihat modern. Beberapa furniture kekinian menghiasi beberapa sudut kediaman itu. Mengimbangi barang-barang kuno yg mempertahankan kesan tradisional dari rumah tersebut.

"Seharusnya kau bisa menjaga diri Chaerin-a...jika kau makan dengan rakus, orang-orang justru akan mudah mencurigaimu" Dengan tawa yang dipaksa berhenti, Jisoo ketua dari kelompok Gumiho yang hanya beranggotakan Chaerin juga Yuto berujar

"Tidak akan ada yg curiga eonnie, karena sekarang ini istilah Mukbang sedang terkenal" Chaerin berujar

"Dan noona tahu...saat seseorang salah mengenali Chaerin dan mengira kalau dia salah satu Vloger yang menampilkan tentang Mukbang, dia justru mengakui itu. Bahkan dia memberi tanda tangannya pada orang itu" kembali ujaran Yuto disambut tawa Jisoo dan Chaerin

"Tak akan berguna menyangkal, karena dia akan tetap mengatakan aku orang yang dia maksud. Lagipula itu hanya caranya untuk dekat denganku. Karena namja itu terpesona dengan kecantikanku" Chaerin menyelipkan rambutnya kebelakang telinga

"Kau itu terlalu percaya diri ya" cibir Yuto

"Itu benar...dia memang terpesona padaku. Karena sejak awal dia tak berhenti menatapku" balas Chaerin

"Terserah padamu saja agassi" Yuto bangkit dari duduknya

"Odieya?" Dengan kepala yang mengadah menatap Yuto, Chaerin bertanya

"Mengisi kekuatan" jawab Yuto kemudian berlalu

"Kau tidak melakukannya?" Pertanyaan itu membuat Chaerin mengarahkan pandangannya pada Jisoo

"Besok saja" jawab Chaerin sambil tersenyum

"Sebaiknya lakukan sekarang, karena bisa jadi besok hujan" Jisoo bangkit dari duduknya

"Apa itu sebuah ramalan?" Mata Chaerin mengikuti gerakan tubuh Jisoo

"Hanya firasat" sambut Jisoo yg tak dibalas oleh Chaerin

Pandangan Chaerin masih sibuk mengikuti pergerakan Jisoo yang berjalan menuju ruangan yang sebelumnya dimasuki Yuto.

"Besok saja" monolog Chaerin sebelum kemudian bangkit dan melangkah menuju kamar

Langkahnya mengarah menuju jendela kini. Dan menggeser jendela kamarnya untuk melihat bulan yang bersinar dilangit.

"Shin Hoseok" gumam Chaerin untuk sosok yg dirindukannya

Tak ada lagi tawa ataupun senyum yg sejak tadi menghias wajah Chaerin. Ekspresinya berubah muram kini layaknya langit mendung. Bahkan cahaya bulan yg menerpa wajahnya tak bisa mengusir mendung itu. Karena rindu yg menenggelamkan Chaerin sudah lebih dulu mengacaukan hatinya.

*
TBC

Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement

🌻Haebaragi🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro