Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7. Gara-Gara Seblak

Halo~
Gimana kabar kalian?
Maaf update-nya ngaret sehari, ya. Aku usahakan hari sabtu nanti tepat waktu kok (:
Sudah siap membaca?
Semoga suka, ya
Koreksi kalau ada typo, ya ^^

***

Jangan terlalu dipikirkan omongan orang. Selain tidak semua berisi kebaikan, juga kebanyakan bertujuan mengekang.

*****

"Mau ke mana lo, Kak?"

Azalea berhenti ketika akan membuka pintu rumah. Seorang cowok yang berusia dua tahun di bawahnya duduk di sofa ruang tamu, kedua kaki yang berada di atas meja membuat Azalea melemparkan pelototan. Seakan paham dengan isyarat itu, sang cowok menurunkan kakinya.

"Beli seblak," jawab Azalea singkat.

"Nitip, dong!" pinta cowok yang kini memasang tampang melas.

"Ogah!" Azalea pergi tanpa meladeni Virgo, adiknya.

"LO PASTI MAU KENCAN SAMA KAK BINTANG, KAN?" Virgo sudah berdiri di ambang pintu dengan tatapan jahil. Siku kanannya bertumpu pada pintu, sementara telapaknya berada di kepala untuk menyugar rambut.

Azalea segera mendekati cowok yang lebih tinggi darinya itu. Memang, ya, cowok itu lebih cepat tinggi, sedangkan cewek lebih cepat tumbuh ke samping. "Maksud lo apa, heh?!"

Virgo mengendikkan bahu. "Gosip itu udah beredar ke seluruh yayasan kalik. Temen-temen gue aja pada gosipin."

Azalea mendengkus. Ia melupakan kalau sekolah Virgo dengan sekolahnya berada dalam satu yayasan. Letak sekolahnya pun satu lokasi. Jadi,  jelas kabar seperti itu pasti cepat beredar, apalagi kabar tentang most wanted. Kali ini Azalea benar-benar menyesal melibatkan Bintang dalam hidupnya. "Dasar tukang gosip!" ketus Azalea setelah berpikir lama.

"Bukan tukang gosip, gue nggak sengaja denger aja. Terus kayaknya asik, apalagi yang dibicarain kakak gue, makin semangat gue dengerin," elak Virgo. Raut wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah.

"Cowok lambe turah!" Tanpa mendengar balasan Virgo, Azalea memilih berangkat membeli seblak. Makanan pedas selalu bisa mengembalikan mood-nya.

***

Sebuah kedai di pinggir jalan yang menggunakan gerobak untuk memasak dan meletakkan bahan dagangan menjadi tempat tujuan Azalea. Ada tiga orang menunggu di kursi-kursi plastik yang disediakam oleh sang penjual. Setelah mengatakan pesanannya, satu seblak level paling pedas dibungkus, Azalea duduk.

"Lo Aza, kan, pacarnya Bintang?"

Azalea mengangkat kepala saat sebuah suara terdengar dari sebelahnya. Ia menoleh kemudian balik bertanya, "Siapa, ya?"

Gadis yang mengenakan jumpsuit berwarna hitam kombinasi putih sehingga membuat wajahnya kian tampak bersih membuat Azalea mengingat-ingat siapa orang ini. Karena tidak berhasil mengingat, Azalea hanya membalas senyum yang terukir di bibir tipis gadis di sebelahnya. "Gue Jelena, lo bisa panggil Lena. Gue senior lo di paskib juga, masa nggak kenal?"

Azalea jadi serba salah. Mau bilang kenal, tapi faktanya tidak. Mau bilang tidak, kok, kelihatannya nggak etis kalau junior enggak kenal sama senior. Berhubung kata ayah kejujuran itu utama, jadi Azalea menjawab seadanya, meski bisa saja masalah ini terbawa saat latihan nanti, "Maaf, Kak, saya belum terlalu banyak kenal sama senior."

"Oh gitu, padahal harusnya lo kenal semua senior, kan, kalo di organisasi? Apalagi cowok lo wakil di organisasi itu," balas Lena, "tapi nggak masalah juga, sih. Emang kadang cewek nggak mau peduli urusan cowok, maunya dipeduliin aja. Gue juga gitu soalnya haha." Lena tertawa, tapi bagi Azalea suara itu terdengar menyebalkan.

Azalea memilih tak menganggapi ucapan Lena. Ia tahu, Lena ini pasti setipe dengan Rila, suka menghujat. Azalea akui Lena memiliki wajah yang cantik, tetapi dari mata kakak kelasnya itu jelas tampak meremehkan.

"Eh, kok, nggak dianter Bintang, sih?"

Astaga banyak tanya banget ini orang, umpat Azalea dalam hati. Ia memaksakan garis lengkung di bibirnya. "Saya bukan cewek manja yang ke mana-mana harus dianter pacar, Kak."

"Dianter itu, kan, bukan masalah manja atau enggak. Emang kalo punya pacar mah gitu gunanya, bisa anter ke mana-mana."

"Lah, itu pacar apa tukang ojek, Kak?" Azalea terkekeh geli ketika Lena memasang raut sebal. Tidak peduli jika ini seniornya, ia tetap to the point dan nyelekit. Salah sendiri cari gara-gara, batin Azalea.

"Denger-denger lo pacaran sama Bintang pura-pura doang, ya?"

Azalea mengembuskan napas kasar. "Jangan suka telan informasi dari yang terdengar aja, belum tentu kebenarannya."

Lena memasang senyum yang justru membuat Azalea muak. Kalau bukan karena menunggu seblak, Azalea tidak akan mau menanggapi obrolan tidak penting ini.

"Makanya itu gue tanya ke lo pastinya gimana. Soalnya setau gue, Bintang orangnya pendiem banget. Dulu pas gue deket sama dia aja, tuh, suka gue yang berisik. Dia iya-iyain aja."

"Oh."

"Kok cuma 'oh'?"

"Ya kalo dia gitu ke lo, ke gue juga gitu. Dasarnya dia pendiem, kan?" Azalea sudah tidak memakai 'saya-kakak' dalam pembicaraan ini. Bodo amat kalau dianggap tidak sopan, lebih tidak sopan seseorang yang berusaha menggali privasi orang.

"Terus gimana lo bisa deket sama Bintang? Gue dulu aja perlu waktu bertahun-tahun biar bisa bikin dia luluh. Gue sahabatan dari SD, sih, jadi gitu, nyaman kalo sama dia soalnya walau pendiem, dia perhatian banget dengan sikapnya."

Batin Azalea terus mengumpat Lena yang menceritakan kenangan bersama Bintang. Bukan karena cemburu, tapi sebab muak. Tampangnya memang kalem, tapi mulutnya tidak bisa direm. "Ya gitu," jawab Azalea singkat dengan nada ogah-ogahan. Ia memilih melihat penjual seblak, daripada Lena.

"Gitu gimana? Cerita, dong, biar gue bisa ledekin si Bintang gitu hahaha."

"Lo pikir hubungan gue sama dia bahan bercandaan?"

"Bukan bahan bercandaan. Maksud gue, kan, godain dia gitu, mau liat responsnya gimana. Apa nanti dia bakal malu-malu gitu atau tetep datar, ya?" Lena tertawa tanpa merasa kalau Azalea sejak tadi geram mendengar omongan gadis itu. "Lo punya nomor Bintang?" tanya Lena setelah meredakan tawanya.

Azalea bergeming. Sampai saat ini ia tidak memiliki kontak cowok yang berstatus pacar pura-puranya itu.

"Kok, diem? Lo nggak punya nomornya? Idih, lo pacarnya apa bukan, sih, sampe nomor pacar sendiri aja nggak punya?"

Azalea menoleh dengan tatapan tajam. Ia sudah siap meledakkan emosinya, tetapi terhenti karena suara yang menyerukan namannya. Ia segera memutar kepala untuk menghadap ke arah asal suara tadi. "Dewa?"

"Lo udah lama di sini?" tanya Dewa. Ia seolah tak menyadari kehadiran Lena. Cowok berkaus hitam dengan jeans selutut itu fokus menatap ke Azalea.

"Iya lama banget. Capek gue." Azalea mengusap-usap telinga kanannya bermaksud menunjukkan kepada Dewa kalau yang capek adalah telinganya.

Dewa hanya tertawa singkat. "Makanya jangan nurutin nafsu, jadi capek, kan?"

Kalimat yang diucapkan Dewa membuat Azalea mematung. Makna tersirat dari kalimat itu adalah: jangan turuti kemauan pacaran dengan Bintang, ujung-ujungnya lelah menghadapi semua cewek yang naksir ke cowok itu juga. Ya, itulah maksud kalimat Dewa sebenarnya, Azalea tahu itu. Ia sudah mengenal Dewa sejak lama, hal seperti ini adalah hal biasa yang dilakukan sahabatnya itu.

"Bodo amatlah, Wa!" Azalea beranjak karena seblaknya sudah siap. Ia kesal bukan main. Sudah ketemu kakak kelas nggak jelas, ditambah Dewa main sindir-sindiran. Hanya gara-gara seblak, ia ditimpa kekesalan yang berlipat ganda. Setelah membayar, ia menoleh ke arah Dewa untuk mengucapkan sesuatu, "jadi Dewa yang gue kenal, ya."

*****

Yaelah, siapa lagi si Jele itu. Eh, Jelena maksudnya😌
Gimana part kali ini? Yuk, ramein komentar
Jangan lupa pancet bintang di pojok kiri dan tunggu part selanjutnya
Terima kasih❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro