4. Semua Kepo!
Halo, Teman-teman!
Akhirnyaaa bisa update lagi, setelah sekian lama aku sok sibuk heuheu :3
Nggak banyak omong, deh, semoga kalian suka aja.
Selamat membaca ^^
Koreksi kalau typo, ya
***
Memang begitu, semua mendadak ingin tahu bagaimana kamu melakukan hal yang membuat mereka cemburu, tanpa tahu berapa besar usaha yang kamu lakukan untuk hal itu.
*****
"Ekhem, yang baru jadian, jangan lupa pajaknya."
Azalea melirik malas kala Luna menggoda. Sahabatnya itu memang tidak pernah bisa berhenti membuat kesal. Pagi hari begini Azalea harus menghadapi wajah tengil Luna.
"Pajak apaan, sih?" gerutu Azalea sambil menaiki motor.
"Pajak jadian lo sama Kak Bintang! Lo nggak bilang-bilang, ya, kalo selama ini deket sama Kak Bintang." Luna menarik gas hingga motor itu melaju dengan kecepatan rata-rata.
Azalea mendengkus. "Siapa yang jadian?"
"Pake ngelak lagi! Video lo digandeng sama Kak Bintang udah nyebar ke akun gosip SMA kalik!"
"Bodo amat. Orang gue cuma pura-pura."
Luna menarik rem mendadak sampai Azalea terdorong ke depan, bahkan helm keduanya berbenturan. Azalea segera memukul pundak Luna karena sembarangan berhenti.
"Maksud lo pura-pura apaan, anjir!" kaget Luna. Matanya sampai membulat sempurna.
Tanpa ekspresi, Azalea menjawab, "Ya, pura-pura. Gue nggak seriusan pacaran sama dia."
"Anjir!" umpat Luna, "Bego banget! Ngapain lo ngelakuin hal kayak gitu, bodoh!"
"Itu mulu lo ngumpat mulu, heran."
"Ya maaf. Ajarannya Bang Arya," elak Luna. Ia kemudian memutar kepala agar bisa menatap ke arah Azalea. Meneliti raut wajah sahabatnya yang tampak tanpa beban sekarang ini.
Azalea menyentil dahi Luna. "Ngapain lo ngeliatin gue begitu?"
"Lo ngapain pacaran pura-pura sama Kak Bintang?"
"Dewa nembak gue. Lily suka sama Dewa." Azalea menghela napas. Pedih meratapi kisah pertemanannya yang tidak pernah mulus. Ia menggaruk hidungnya beberapa kali menunggu Luna merespons.
"Gue selalu nggak paham kenapa lo selalu ngorbanin perasaan demi temen-temen lo yang sialan itu."
"Gue nggak ngorbanin perasaan. Lagian gue emang nggak suka sama Dewa. Lo inget, kan, janji persahabatan kita?"
Luna kembali menjalankan motor saat Azalea mengode dengan mengetuk-ngetuk jam. "Gue tau masalah itu. Yang gue maksud, lo ngorbanin diri masuk ke kehidupan Kak Bintang. Lo gegabah, Za."
"Cume buat kemarin aja, Lun." Karena Luna menjalankan motor lebih cepat, Azalea mendekatkan tubuh dengan Luna supaya suaranya terdengar.
"Nggak mungkinlah! Lo bakal lanjutin permainan itu karena semua anak udah tau, kalo lo jadian sama Kak Bintang. Terus gue yakin Kak Bintang nggak cuma-cuma mau nolongin lo, pasti ada upahnya. Iya, kan?" Luna hapal betul karakter Bintang karena Malik, pacarnya, sering mengajak ia berkumpul dengan anggota-anggota Galaren. Ia mengkhawatirkan keadaan Azalea jika sampai Bintang macam-macam. Bukankah air tenang menghanyutkan? Bintang yang diam pasti bisa menjadi bumerang suatu saat.
"Terus gue harus gimana, Lun?" keluh Azalea. Yang dikatakan Luna benar. Ia jadi ingat perkataan Bintang kemarin yang menuntut bayaran. Cowok itu belum mengatakan bayaran seperti apa, tapi firasat Azalea sudah tidak enak.
Luna mengendikkan bahu. "Gue nggak bisa bantu banyak. Kalo ada apa-apa, cerita aja meskipun nantinya gue cuma bisa jadi pendengar."
Sisa perjalanan mereka hanya diisi kebisingan kendaraan yang berlalu lalang, juga semilir angin yang sudah tercemar polusi karena kondisi Jakarta saat ini. Azalea mengelanakan pikirannya kepada kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Astaga, kenapa gue bego banget masalah cinta?
***
"Za, lo jadian sama Kak Bintang? Kok, nggak cerita sama kita, sih?"
Azalea benar-benar bosan mendapat pertanyaan seperti itu. Sejak di koridor, jika ada yang mengenalnya selalu menggoda, juga menanyakan hal yang sama.
"Apa, sih, Mit? Gue mau ke kantin, laper."
"Nggak bisa, Za! Lo wajib klarifikasi semua ini. Lo nggak cerita kalo selama ini deket sama Kak Bintang. Lo anggep kita temen apa enggak, sih?"
Azalea yang hari ini tengah pms mendadak menjawab pertanyan Mita dengan kesal, "Emang lo cerita ke gue waktu lo deket sama Kak Bayu?"
Seketika hening. Mita mati kutu karena pertanyaan itu, sedangkan Lily hanya bisa diam sejak tadi. Mita yang suka ceplas-ceplos memang saangat berlawanan dengan Azalea yang ngomong sedikit, tapi nyelekit.
"AZA, DICARIIN KAK BINTANG!"
Azalea segera menoleh ke arah pintu kelas saat suara Aldi, ketua kelas, menggema. Ia segera beranjak, meninggalkan Mita dan Lily.
Saat melewati Aldi, Azalea berhenti sejenak di sebelah Aldi. "Suara lo ngalahin Abang penjual sayur," desisnya yang hanya dibalas cengiran oleh Aldi.
Begitu sampai di depan kelas, Azalea dibuat melongo sebab tak menemukan siapa-siapa. Aldi yang masih di depan pintu melihat itu pun tersadar akan sesuatu. "Eh, Kak Bintang di kantin," ucapnya.
Azaela mengernyit. "Kata lo nyariin, kok, di kantin?"
"Iya. Lo disuruh nyamperin maksudnya. Dia males jalan."
"Apa-apaan! Ogah!" Azalea akan masuk ke kelas, tapi dihalangi oleh Aldi. Tangan cowok itu merentang, memblokade pintu.
"Lo harus ke sana atau rahasia lo bakal kebongkar," bisik Aldi, "kata Kak Bintang gitu. Udah, sono!" Aldi mendorong tubuh Azalea, sementara yang diperlakukan begitu hanya mengepalkan tangannya sambil menggerutu.
Perjalanan menuju kantin diisi dengan gerutuan Azalea. Isinya tentang Bintang yang semena-mena. Kalo bukan karena bantuan dia, gue ogah, hih! dumelnya.
Sesampainya di kantin, matanya segera mengedar untuk menemukan Bintang. Cowok itu duduk di tempat yang sama saat Azalea bersama anggota-anggota Galaren. Matanya bertubrukan dengan Bintang, ia pun segera melangkah menuju cowok tersebut.
"Eh, Neng Aza! Nyariin Bang Arya, ya? Ada apa, Neng?"
Azalea tersenyum kikuk pada semua orang di meja itu. Sama seperti waktu itu, meja ini dipenuhi anak-anak Galaren. Luna juga ada di sana, menatap bingung ke arah Azalea.
"Ngapain dia nyariin lo, bego! Jelas nyariin pacarnya, si Bintang, tuh!" bantah Ilham.
"Ah, Neng Aza nggak bilang-bilang kalo deket sama Bbt. Jadinya Bang Arya patah hati." Arya mendramatisir keadaan. Cowok itu memegangi dada seolah sedang terluka parah, dilengkapi ekspresinya yang dibuat-buat.
"Bbt?" beo Azalea.
"Iya. Panggilan Bintang di Galaren. Belum tau, ya, Neng?"
Azalea hanya menggeleng untuk menjawab pertanyaan Arya. Sedetik kemudian, ia dikagetkan dengan sebuah suara yang menginterupsi.
"Ikut gue."
Bintang berjalan meninggalkan meja, lalu Azalea mengikuti. Langkah cowok yang lebar-lebar membuat cewek susah menyejajarkan. Itu yang terjadi pada Azalea. Ia sampai harus berlari kecil supaya bisa mengikuti Bintang.
Keduanya sampai di lapangan basket indoor yang pernah digunakan Bintang bermain. Cowok bertubuh jangkung dengan seragam yang dikeluarkan itu duduk di bawah ring, Azalea pun mengikuti. Jarak mereka tidak lebih dari satu meter.
Bintang merogoh saku celananya kemudian memberikan benda yang ia ambil kepada Azalea. Karena tahu bertanya pada Bintang tak akan mendapat jawaban, Azalea memilih membuka lembaran yang dilipat menjadi bentuk persegi kecil.
"Peraturan hubungan pura-pura."
*****
Emang Bintang gak ikhlas gitu, ya :(
Gimana part kali ini? Makin gemes? Makin greget? Yuk, ramein komentar!
Ajak teman kalian untuk baca cerita ini juga, ya!
Jangan lupa pencet bintang di pojok kiri dan tunggu part selanjutnya^_^
Terima kasih❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro