3. Pengakuan
Helo, aku update lagi, nih!
Jangan lupa pencet bintang di pojok kiri dan ramein komentar, ya~
Selamat membaca ^^
Koreksi kalau typo, ya :)
***
Beberapa orang membuat pengakuan bahwa mereka baik-baik saja, padahal tidak demikian adanya.
*****
Azalea mendengkus sebal saat melihat Bintang terus berlarian sembari men-dribble bola berwarna oranye. Jadi, makna dari kata 'mojok' yang diutarakan Bintang adalah pergi ke ruangan paling pojok di dekat koridor kantin tadi, yakni ruang basket indoor. Ia menangis saat dalam perjalanan menuju kemari, tapi begitu sampai di dalam ruangan, Bintang justru mengatai kalau Azalea cengeng hingga saat ini membuat gadis itu menyerapahi cowok yang sudah duduk di sebelahnya kini.
"Balik."
Azalea melongo. "Apa? Apanya yang dibalik? Baju Ka Bin kebalik? Apa gimana?" Ia kehilangan kepandaiannya bila habis dilanda kegalauan.
Bintang mengernyit mendengar panggilan Azalea untuknya. Ka Bin, terasa aneh. Selain itu, gadis yang katanya menjadi bahan contekan di kelas itu ternyata juga lemot. "Balik kelas."
"Oh ... balik ke kelas?" beo Azalea. Meskipun baru dua kata, otaknya sudah mulai bisa mencerna kata-kata Bintang. Saat cowok di sebelahnya mengangguk sebagai jawaban, Azalea pun bangkit.
"Lupain dia."
Langkah Azalea terhenti. Ia menoleh dengan alis yang terangkat sebelah. "Siapa?"
"Bayu."
***
Baju olahraga berwarna putih dengan kombinasi merah maroon telah melekat di tubuh Azalea. Gadis yang rambutnya telah terikat seperti ekor kuda itu tengah duduk di pinggir lapangan yang biasa digunakan untuk upacara atau agenda olahraga outdoor.
"Cepet banget ganti bajunya, Za."
Azalea menoleh ke samping kiri dan mendapati Lily yang tengah memasukkan seragam pramuka ke tas. Cewek berkaca mata itu lantas menatap Azalea dengan bibir menyungging.
"Tadi gue ganti baju di kamar mandi mushola, nggak ngantri di kamar mandi biasa," terang Azalea kemudian dibalas 'oh' panjang oleh Lily.
"Za, gue mau ngomong sesuatu."
Ada nada serius dan gugup bercampur dalam perkataan Lily, Azalea tahu itu. Ia segera memfokuskan pandangan ke arah temannya.
"Lo suka sama Dewa, nggak?" Lily menggigiti bibir bagian dalam untuk meredam kegugupan. Padahal latihan paskib belum mulai, tapi peluh sudah muncul di pelipisnya.
Azalea tahu pembicaraan ini. Ia bukan orang buta yang tidak bisa melihat tindak tanduk Lily saat berada di dekat Dewa, sahabatnya sejak SD sama seperti Luna. "Astaga, lo tenang aja. Gue nggak suka sama Dewa, kok. Gue, Dewa, sama Luna itu udah temenan dari SD dan nggak bakal suka-sukaan gitu."
Azalea memegang kedua bahu Lily. Matanya menatap dalam dan menunjukkan keseriusan. "Gue nggak akan nikung temen sendiri, Li," ujarnya dengan senyum tipis.
Lily tersenyum kikuk saat mendengar kata 'nikung' sebab tahu permasalahan yang terjadi di antara dua temannya. Namun, dia tidak bisa menjauhi Mita sebab mereka sudah lebih dulu berteman sejak SMP. "Makasih, ya, Za."
***
Matahari berangsur ke barat kala barisan anak paskib baru dibubarkan. Setelah sejak tadi latihan, mulai dari baris berbaris hingga mental yang terus dikuatkan, mereka kini sudah bisa pulang untuk istirahat.
"Aza!"
Cewek yang tengah duduk di pinggir lapangan sembari mengipasi dirinya bermaksud mengenyahkan gerah itu mengalihkan pandangan ke arah datangnya suara. Beberapa siswa yang masih di sana juga memperhatikan Dewa karena cowok tersebut memanggil dengan suara cukup keras.
"Za, gue nggak bisa tahan ini lagi," kata Dewa yang masih berada di jarak satu meter dari Aza.
"Maksud lo apa?" Azalea memilih mendekat ke arah Dewa.
Dewa mengembuskan napas pelan. Tangannya meraih tangan Azalea. Melalui mata, terpancarkan keseriusan, perhatian, kasih sayang dan pelbagai hal yang ingin cowok itu ungkapkan. "Maaf ngelanggar peraturan dalam persahabatan kita, Za. Lo tau sendiri kalo perasaan nggak bisa dikendaliin dan gue nggak bisa tahan."
Azalea menatap ke sekeliling. Matanya berhenti pada Lily yang menatap penuh kecewa. "Maksud lo apaan, sih, Wa?" tanya Azalea dengan volume pelan, tapi penuh penekanan.
"Gue suka sama lo."
Bagai tersambar petir di siang hari, tubuh Azalea menegang. Ini fakta yang tidak pernah ingin ia dengar. Memang persahabatan antara cowok dan cewek itu pasti sulit jika tidak melibatkan perasaan, Azalea tahu itu.
Ingatannya memutar saat Lily menanyakan perasaan Azalea pada Dewa. Tahu rasanya dikecewakan oleh seorang teman, kadang membuat diri sendiri tidak ingin membuat teman lain merasakan seperti apa itu dikecewakan. "Gue nggak bisa, Wa."
"Kenapa? Karena perjanjian kita? Lupain itu, kalo emang lo suka sama gue." Genggaman Dewa semakin menguat dengan tatapan penuh harap.
"Gue ...." Azalea menggantungkan ucapannya sambil mengedarkan pandangan ke sekitar. Lalu matanya berhenti pada Bintang. "Gue udah punya cowok lain."
"Siapa?"
"Kak Bintang."
Semua yang mendengar hal tadi langsung menahan napas. Adegan dua orang itu menarik perhatian siswa-siswa yang ada di sana sehingga kebanyakan mempertajam fungsi indera pendengarannya.
Cowok yang berdiri di dekat tiang dengan tangan kanan yang dimasukkan ke saku itu tak menunjukkan reaksi apa-apa meski semua orang kini memusatkan perhatian padanya. Ia berjalan dengan pandangan lurus tanpa memedulikan keadaan sekitar.
Azalea jadi menahan napas saat Bintang tiba di sebelahnya. Kekhawatirannya muncul karena takut jika Bintang membongkar kebohongannya. Namun, yang terjadi sesudahnya justru membuat Azalea terlonjak kaget. Bintang menggenggam tangan kanannya kemudian berkata, "Yuk, balik!"
Keduanya berjalan diiringi tatapan tak percaya oleh semua orang di sana. Bintang yang mirip kutub es, cuek, dan jutek, sekarang sudah sold out alias punya pacar! Para siswi yang ada di sana hanya bisa meratapi hati mereka yang patah sebab mengetahui sang pujaan hati, telah dimiliki orang lain.
Motor sport hijau dengan padunan hitam menjadi pemberhentian Azalea dan Bintang. Sang cowok menaiki motor, tapi si cewek masih berdiri di tempatnya. "Ayo!"
Azalea terkejut. Sejak tadi ia hanya memikirkan kenapa Bintang bisa sebaik ini, padahal mereka sebelumnya belum pernah dekat. Kakak kelasnya itu juga sulit akrab dengan perempuan, begitu yang ia dengar dari gosip yang beredar, tapi kenapa sekarang mau menolongnya?
"Ka Bin, makasih udah nolongin gue. Maaf gue terpaksa ngaku kalo Ka Bin pacar gue soalnya kalo nggak gitu, Dewa pasti masih ngejar-ngejar. Gue nggak mau Lily jadi kecewa, soalnya dia suka sama Dewa," ungkap Azalea.
Bintang memandang Azalea dengan tatapan yang sulit diartikan. Akan tetapi, sunggingan bibir kanan cowok itu membuat Azalea menyadari bahwa ia keliru mengaku sebagai pacar cowok ini.
"Bayar."
*****
Nggak ada yang gratis di dunia ini, gaes😂
Gimana part kali ini? Masih ada yang tersender? Eh, tersindir? :v
BARISAN RELA NYAKITIN DIRI SENDIRI DEMI TEMEN MANA SUARANYA 😂👇
Gapapa, kita gapapa, kok😌
Semoga kita diberi kekuatan untuk menghadapi betapa peliknya hubungan pertemanan😌 (halah :v)
Jangan lupa pesenku di atas, ya👆👆
Selamat menunggu part selanjutnya
Terima kasih❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro