Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. Tikungan Tajam

Helo, aku update lagi, nih!
Jangan lupa pencet bintang di pojok kiri dan ramein komentar, ya~
Selamat membaca ^^
Koreksi kalau typo, ya :)

***

Kamu sudah berjuang, tapi yang diajak jadian malah teman. Jadi, sebenarnya dia melakukan pendekatan denganmu hanya untuk batu loncatan.

*****

Buluk. Satu kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi Azalea pagi ini. Wajah kusut bak baju tak pernah disetrika, kantung mata menghitam, dan hidung memerah merupakan hasil menangis semalam. Ia bahkan baru bisa tidur saat pukul tiga dini hari.

"ASTAGA MONSTER!"

Bola matanya melirik malas kala sapaan di depan gerbang rumahnya itu semakin membuat mood-nya memburuk.

"Za, lo abis kenapa, anjir!"

"Berisik!"

Azalea segera menaiki motor milik Luna, sahabat karibnya sejak Sekolah Dasar. Sayangnya, mereka tidak sekelas saat di SMA ini. Azalea justru dipertemukan dengan orang-orang bertopeng yang bernama teman.

"Buruan jalan!" perintahnya yang langsung dijalankan Luna, meski diiringi dumelan.

Motor matic itu melaju dengan kecepatan standar sehingga Azalea dapat mendengarkan Luna berisik sekali mempertanyakan apa yang terjadi padanya. Sahabatnya itu terus menuntut agar Azalea mau menceritakan yang sebenarnya, tapi tentu saja yang disuruh tak akan mau.

"Woi, Za! Turun! Lo mau di motor mulu?" omel Luna, "lo tuh kenapa, sih? Gue tau lo biasanya galak kayak ibu tiri, tapi kali ini lo lebih mirip mbak kunti, suer!"

Azalea melemparkan pelototan tajam. "Bodo amat!" Ia segera berjalan mendahului Luna.

"Eh, serius, deh. Lo kenapa, sih, anjir? Diputusin Kak Bayu? Apa gimana?"

Begitu satu nama yang amat Azalea anggap keramat terucap, langkah kakinya terhenti. Kepalanya mendongkak menahan air mata di pelupuk mata agar tidak menetes.

Luna yang melihat hal itu segera berteriak heboh, "Astaga lo nangis? Ya ampun serius lo diputusin Kak Bayu? Loh, lo, kan belum jadian, masa udah diputusin? Duh, yaudah jangan nangis, ntar gue cariin cowok lain yang lebih keren. Anak Galaren banyak yang jomlo, tuh!"

"Lun." Azalea segera menubruk tubuh Luna. Bahunya naik turun seiring isak yang semakin keras. Luna bahkan bisa merasakan kepedihan yang amat besar dalam tangis Azalea kali ini.

Setelah merasa cukup menumpahkan segala sakitnya, Azalea melerai pelukan itu. Ia menoleh ke kanan-kiri untuk memperhatikan keadaan sekitar. Beberapa murid baru mulai berdatangan. Ia kembali menatap Luna kemudian berucap, "Gue dikelilingi sama orang-orang palsu, Lun."

***

Baru kali ini Azalea melewatkan pelajaran dengan melamun. Ia bahkan mendapat teguran dari guru pengampu karena terpergok tidak memperhatikan pelajaran.

"Lo kenapa, sih, Za? Nggak fokus mulu pas pelajaran."

Pertanyaan dari teman sebangkunya langsung menyambut begitu bel istirahat berbunyi.

"Nggak papa, Wa."

"Jangan boong! Lo nggak akan pernah bisa boongin gue."

Azalea mengembuskan napas kasar. "Dewa, gue nggak papa," tegasnya.

Baru saja Dewa akan memprotes, kehadiran dua cewek di dekat bangku mereka membuat ia mengurungkan niatnya. Ia memilih pergi sebab tahu jika sahabat sejak kecilnya tidak akan suka bila Dewa mendengarkan obrolan cewek.

"Za, gue mau ngomong sama lo."

Azalea tahu apa yang akan diucapkan temannya yang bernama Mita itu. "Ngomong aja, Mit."

Mita bergerak gelisah, sedangkan Lily,  teman Mita dan Azalea juga, tersenyum kikuk ke arah Azalea.

"Kalo gue deketin Kak Bayu, boleh?"

Kerongkongan Azalea terasa mengering. Berulang kali ia meneguk ludah untuk membasahi kerongkongan. "Yaelah, ngapain izin ke gue? Itu, kan, hak lo," jawabnya diiringi tawa seolah ia baik-baik saja.

"Eum, soalnya lo juga lagi deketin Kak Bayu. Gue nggak enak."

Kalo nggak enak ngapain dilakuin, batin Azalea jengkel. Namun, jelas hal itu tidak ia ucapkan. "Kalo nggak enak, kasih ke kucing!" kelakarnya.

Mita memajukan bibirnya, bentuk kekesalan pada ucapan Azalea. "Gue serius, Za."

Azalea tertawa sejenak. "Astaga iya-iya gue bolehin. Udah, ah, rempong amat lo. Gue mau ke kantin, ada janji sama Luna."

Tanpa menunggu jawaban, Azalea segera beranjak dari tempatnya. Rasanya ia ingin menangis sekencang-kencangnya, tapi keadaan tidak meungkinkan apalagi dirinya akan ke kantin. Bisa dibayangkan kalau dirinya menangis di tempat itu, berapa banyak orang yang menatapnya aneh. Ah, dia tak akan melakukan hal konyol itu.

"Aza!" Luna berteriak sambil melambai ke arah Azalea membuat gadis tersebut berjalan ke arah meja yang diisi oleh tiga cowok dan dua cewek itu.

Azalea tersenyum kikuk begitu sampai pada tempat yang terdiri dari dua  meja yang digabungkan dengan bangku-bangku disusun di sekelilingnya.

"Duduk, Za," pinta Luna. Ia bergeser sedikit agar sahabatnya dapat duduk di sebelahnya.

Rasa sedih Azalea seakan terbang dibawa angin, digantikan gugup yang luar biasa.  Di meja ini ada anggota-anggota geng Galaren alias Galak-Galak Keren. Ilham, sang ketua, yang memberi nama tersebut. Benar-benar mencerminkan kalau cowok itu narsis tingkat dewa.

"Duh, temen cewek lo cakep banget, Lik."

"Jangan ngarep dia suka sama lo. Bisa gila kalo dia bareng lo."

"Malika! Kamu jahat sama Abang!"

Cowok yang dipanggil Malika itu bergidik ngeri. "Arya, jijik banget. Jangan deket-deket gue. Najis!"

Arya, cowok berambut ikal yang duduk di sebelah Malik itu justru menggelayuti lengan Malik. Yang diperlakukan seperti itu terus bergeser ke arah Luna, pacarnya, sembari meminta pertolongan. Akan tetapi, bukannya menolong, Luna malah tertawa kencang.

Karena kelakuan Arya yang membuat Malik terus bergeser dan otomatis Luna juga bergeser, Azalea merasa posisinya sudah di ujung bangku, sebentar lagi akan jatuh.

"Eh, Dek, pindah sini aja. Ntar lo jatuh kalo di situ gegara kelakuan Arya," ajak seorang cewek yang Azalea kenal sebagai kakak kelasnya yang bernama Syahla. Cewek itu duduk di sebelah kiri Ilham. Bangku itu tampak lebih nyaman untuk ditempati karena longgar.

Akhirnya Azalea pun menurut. Saat ia akan duduk di sebelah Syahla, cowok berambut hitam dengan beberapa helai menutupi dahi menyerobot tempat itu. Kontan saja Azalea melongo.

"Tang, itu tempat temennya Luna. Sana lo pindah di sebelahnya Bang Sat."

"Heh Syalan! Jangan sembarangan manggil nama gue begitu. Kasian, tuh, anak kelas sepuluh telinganya ternoda." Bang Sat adalah panggilan akrab bagi Satriya, anggota Galaren yang sudah memasuki masa akhir putih abu.  Ia paling tua di sini, tapi sama sekali tak jadi masalah sebab bersahabat tidak mengenal umur.

Syahla tampak geram mengusir Bintang karena tak mendapat respons. Alhasil, Azalea memilih duduk di sebelah Satriya saja.

Berada di antara kaum famous membuat Azalea merasa kecil. Galaren merupakan sebuah geng yang terdiri dari cowok-cowok berprestasi, baik bidang akademik maupun non akademik. Anggotanya bukan hanya kelima cowok tadi, masih ada banyak lagi, hanya saja kelimanya yang paling akrab sehingga sudah seperti keluarga. Meski sering dicap sebagai murid bandel karena sering memalak, bolos, telat, dan sebagainya, anggota-anggota Galaren berhasil membuktikan bahwa mereka murid-murid berkualitas, terbukti saat ada lomba selalu membawa pulang piala.

"Neng temennya Luna, namanya siapa? Kenalan sama Abang, yuk." Arya kini sudah duduk di sebelah Azalea sehingga membuat posisi gadis itu berada di antara dua cowok.

Satriya segera menepis tangan adik kelasnya yang dengan kurang aja menjabat tangan Azalea. "Semua cewek lo godain, mau jadi apa lo?"

"Mau jadi imam yang punya banyak makmum," canda Arya.

"Gaya lo jadi imam, solat subuh aja bangunnya jam tujuh!" ejek Ilham sambil meleparkan kulit kacang pada Arya.

"Sialan lo!"

Tawa orang-orang di meja itu menggema. Banyak pasang mata melihat ke arah mereka. Sebagian adalah para siswi yang iri pada tiga gadis yang bisa berada di antara cogan-cogan. Karena itu pula Azalea yakin, setelah ini ia akan memiliki hatters.

Azalea tak ikut dalam obrolan Ilham, Arya, dan lainnya. Ia justru menatap Bintang yang tengah menyantap seporsi mie goreng.  Tubuhnya mendadak menegang kala cowok yang ia perhatikan itu melihat ke arahnya.

"Eh, itu Bayu, kan? Sama ceweknya, tuh?"

Azalea segera mengalihkan fokusnya  menuju arah yang ditunjuk Ilham, pintu masuk kantin. Benar saja, Bayu  sedang berdiri di sana bersama Mita di sisi kanan cowok itu dan Lily di belakang keduanya. Kesedihan yang  tadi mulai dilupa, kembali lagi hanya karena bertatap muka. Azalea mengalihkan  wajahnya ke arah bakso yang sejak tadi belum ia sentuh.

"Za," panggil Luna, "lo baik-baik aja?"

Azalea belum merespons. Ia dapat merasakan semua pandangan orang di meja itu terarah padanya. Saat sesorang mencekal pergelangan tangan kanannya, ia segera mendongak. Bintang berdiri dengan raut tak bisa ditebak. Cowok itu memaksa Azalea berdiri.

"Mau ke mana lo, Tang?" seru Ilham pada temannya yang sudah beberapa meter menjauhi meja sampai membuat beberapa penghuni kantin menatap ke arahnya dan juga Bintang

"Mojok!"

*****

Wadow, Bintang mau mojok! Kalian mau ikutan nggak?😂
Gimana part kali ini? Ada yang  tersender, eh, tersindir? Mari kita berpelukan :v
Ajak teman-teman kalian buat baca cerita ini  juga, ya, biar makin rame
Terima kasih
Salam sayang,
Pina

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro