17. Diakhiri atau Dimulai?
Halooo
Apa kabar sayang-sayangnya emak??? Adakah yang rindu Mas Bin?
Maaf banget baru bisa update, tapi kalian keren bangeeet bisa sampe 1k views sekarang. Horeiii. Makasih respons baiknyaaa❤
Nggak banyak bicara, deh. Selamat membaca
Koreksi kalau typo, ya :)
*****
Kita terlalu nyaman untuk diakhiri, tapi terlalu asing untuk dimulai karena sejak awal kita hanya dua orang yang tak sengaja bermain sandiwara hati.
***
Bisik-bisik para siswi di sepanjang koridor membuat Azalea yang tengah berjalan menuju kelas terganggu. Tidak terlalu jelas terdengar, tapi ia tahu kalau semua nada merendahkan itu ditujukan padanya.
Matanya mengedar mencari keberadaan sahabatnya yang dengan kurang ajar tidak menjemputnya. Ya, walaupun Luna bukan ojek, sih, tapi itu semacam kebiasaan, berangkat bersama.
"Lun, lo kok nggak jemput gue sih?" tanyanya begitu menemukan Luna baru akan menaiki tangga. Ia bisa melihat raut terkejut di wajah sahabatnya tersebut.
"Eh anjir lo ngapain masuk?" tanya Luna balik dengan nada geregetan.
"Karena nggak liburlah."
"Duh ... nggak gitu, Za. Gue nggak jemput lo tuh supaya lo nggak masuk."
"Gue masuk sekolah bukan berdasarkan dijemput sama lo atau nggak, Lun."
"Astaga serah deh."
"Lo kenapa, sih?" Azalea menggaruk pelipisnya melihat Luna yang sangat frustrasi, padahal kalau diambil kesimpulan, semua ini bermasalah dengan dirinya, tapi malah Luna yang kelabakan.
"Masih nanya kenapa!? Lo nggak buka hp, ya?" Wajah Luna yang putih mulai sedikit memerah karena Aza menjawab dengan gelengan sehingga membuat ia makin kesal. "Lo nggak tau orang-orang lagi ngomongin lo?"
"Gue nggak dengerin omongan orang-orang, yang gue rasa cuma mereka natap gue kayak ngerendahin dan gue nggak peduli."
"Ya ampun gue punya temen kok bodo amatan banget gini, ya," decak Luna sambil mengacak rambutnya.
"Kenapa, sih?"
"Udah, mending lo ikut gue ketemu anak-anak Galaren."
"Ngapain?"
"Nggak usah banyak tanya!" Luna segera menggenggam tangan kanan Azalea dan menarik gadis yang tengah kebingungan itu menuju rooftop.
Sesampainya di rooftop, tempat pertama kali Azalea merasakan gelenyar aneh ketika di sisi Bintang, anggota inti Galaren berkumpul. Ilham, Arya, Malik, Satriya duduk berjajar, dan Bintang duduk di depan keempat temannya seolah cowok itu sedang disidang. Kelima cowok tersebut segera menoleh ke arah Luna dan Azalea. Sama seperti Luna, ada mereka juga kelihatan terkejut melihat Azalea.
"Tolong kepada abang-abang semua nggak usah nanya kenapa Aza masuk. Jawabannya karena nggak libur," ujar Luna sebelum ditanya hal macam-macam.
"Tapi, Beb--"
"Udah, intinya dia nggak tau ada masalah apa hari ini." Luna memotong ucapan Malik. Ia mengambil tempat di sebelah kekasihnya kemudian menyuruh Azalea duduk di sebelah Bintang. Sekarang benar-benar terlihat seolah Bintang dan Azalea adalah tersangka sebuah kasus yang sedang diinterogasi.
"Ada apa, sih? Gue beneran nggak tau apa-apa," kata Azalea menatap satu per satu orang di sana meminta penjelasan. Namun, yang ia dapat justru sodoran ponsel dari Bintang yang menayangkan sebuah video.
Tangan Azalea menutup mulutnya sendiri, terlampau kaget dengan apa yang barusan ia lihat. "Kok?"
"Gue udah bilang sejak awal, kan, Za kalo hubungan yang kalian jalanin pasti nimbulin masalah di kemudian hari. Waktu itu gue cuma mikir kalo lo bakal jadi budaknya Bang Bintang." Luna menjeda ucapannya sejenak, meringis karena tatapan Bintang padanya menajam. "Gue nggak sampe mikir kalo anak-anak tahu dan jadi gosip begini. Lo dikatain manfaatin Bang Bintang, ngebet jadi pacarnya Bang Bintang, dan macem-macem."
Azalea hanya menghela napas berat. Ia menoleh ke samping untuk menatap Bintang. Cowok itu tetap berekspresi datar seolah tidak ada hal yang terjadi. Memang, sih, ini masalah Azalea sendiri, tapi masa Bintang enggak peduli sama sekali? "Biarin ajalah. Gue nggak peduli omongan mereka."
"Lo mungkin nggak peduli omongan mereka, Za, tapi kita peduli. Kita, anak Galaren peduli sama lo dan Bbt. Lo berdua emang orangnya bodo amatan sama masalah kayak gini, cuma liat ke depannya bakal gimana. Mungkin aja bakal lebih parah. Lo sama Bbt bakal kena hujat. Yang suka Bbt banyak, yang suka lo juga. Kalian bakal punya musuh kalau nggak dicari jalan keluarnya sekarang juga." Satriya sebagai yang paling tua mulai mengambil alih pembicaraan. Sejak tadi, para anggota inti Galaren sibuk memikirkan jalan keluar supaya Azalea dan Bintang bebas dari hujatan. Ya, minimal hujatan itu berkurang.
Azalea tersentuh mendengar ucapan Satriya. Berada di antara anggota Galaren, ia merasa sangat dipedulikan, padahal baru beberapa waktu kenal. "Terus gue sama Bang Bintang harus gimana?"
"Mulai atau akhiri," kata Satriya mantap.
"Maksudnya?"
"Mulai pacaran atau kalian akhiri semua di depan orang-orang. Kita buat sandiwara, lo pura-pura mutusin Bbt. Jadi, keliatan kalo kemarin kalian jadian beneran." Sekarang ganti Ilham yang menyuarakan keputusan. Dari hasil diskusi tadi, para anggota inti Galaren hanya mendapat solusi ini.
Azalea meremas ujung roknya. Pilihannya tidak ada yang mudah. Ia tidak ingin mengakhiri, tapi seumpama dimulai, ia khawatir hanya ia yang merasakan perasaan aneh ini. "Ka-kalo gue pilih yang kedua?" Nada pertanyaannya mengambang antara bertanya dan menyatakan. Namun, yang ada di sana menganggap itu pertanyaan.
"Ya, lo pura-pura putusin Bintang. Kita cari tempat yang lumayan rame supaya banyak yang tau, jadi berita lo pacaran pura-pura itu ketutup sama lo mutusin Bintang. Kalopun dibahas, nggak separah sekarang," jawab Ilham.
"Itu bukannya malu-maluin Bang Bintang, ya?" Azalea menatap ke arah Bintang lagi, tapi tidak ada perubahan sedikitpun di raut wajah cowok tersebut.
"Bintang udah setuju. Dia ngaku salah karena kemarin dia nahan-nahan lo waktu lo minta akhirin hubungan kalian. Jadi, gimana?" Satriya menanyakan sekali lagi keputusan Azalea sebab terlihat sekali gadis itu ragu, bahkan tidak yakin dengan keputusannya. Ia tahu, dua manusia di depannya ini sebenarnya saling menyimpan rasa, tapi terkalahkan ego saja.
"Eum ...."
"Duh, ribet amat Neng Aza! Daripada yang ribet, mending pilih yang pertama aja!" tukas Arya sambil mencoba mencairkan suasana.
"Gue setuju sama si babi, sih," timpal Malik yang diangguki oleh yang lainnya, kecuali Bintang.
"Woi, lo semua ngangguk setuju sama ucapan gue apa sama ucapan Malik yang ngatain gue babi?" protes Arya.
"Dua-duanya," jawab mereka--kecuali Azalea dan Bintang--serempak. Arya hanya bisa mendengus mendengar jawaban para sahabatnya yang terlalu jujur.
"Gimana, Za?" tanya Satriya lagi, mengembalikan momen serius yang tadi dirusak Arya.
"Gue ...." Azalea menggantungkan ucapannya karena bingung sekali mengambil keputusan yang mana.
"Yang pertama aja."
Perkataan Bintang sukses membuat bola mata Azalea membulat. Cowok di sebelahnya itu sejak tadi tidak bicara, tapi sekalinya bicara bikin Azalea tak percaya.
"Ma-maksud lo gi-gimana, Bang?" tanya Azalea dengan tergagap.
Bintang menoleh pada gadis di sebelahnya. Menatap tepat di bola mata kecokelatan milik Azalea. "Kita pacaran," ucapnya, "beneran."
*****
WHOAAA SIAPA YANG GEMESSS???
Mas Bin mau pacaran sama Aza! Kira-kira gimana, ya, keputusan Aza?
Penasaran? Tunggu part selanjutnya besok, ya.
Iya, besok bakal update lagi sebagai bonus dari aku karena kalian mau baca cerita ini sampe udah 1k views. Love you so much, guys😍
Jangan lupa pencet bintang di pojok kiri
Terima kasih❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro