16. Rasa yang Tak Diketahui Namanya
Halooo
Apa kabar kalian?
Akhirnya aku bisa update lagi, nih setelah kira-kira satu bulan nggak update *terharu sambil ngelap air mata
Semoga kalian suka yaa
Omong-omong, gimana rasanya nungguin cerita ini update? Komen sini, yaa
Selamat membaca
Koreksi typo ya :)
*****
Bukan tidak mencinta, hanya takut mengakuinya.
***
"Za, kira-kira Bang Bintang bakal nanyain kenapa kemarin lo nggak jadi ke rumahnya Bang Ilham nggak?"
Pertanyaan Luna dibiarkan tanpa jawaban oleh Azalea. Gadis itu benar-benar kacau. Dewa sudah tahu perihal hubungan pura-pura yang dijalani Azalea dan Bintang. Lalu, apa Azalea harus menyudahi hubungan ini? Namun, hatinya tidak rela.
Gadis yang rambutnya tergerai hingga menutupi sebagian wajah saat ia menunduk itu hanya mendesah. Persahabatannya dengan Dewa jadi benar-benar berantakan karena ia yang sembarangan ambil keputusan saat keadaan mendesak. Lebih tepatnya karena sifat tidak enakan yang dimilikinya. Andai saja waktu itu ia mengatakan kalau memang tidak menyukai Dewa dan tidak menganggap cowok itu lebih dari sahabatnya, mungkin keadaan tidak akan serumit ini.
"Astaga Azalea Auristela! Lo dengerin gue nggak, sih!?" Luna bertolak pinggang sambil menatap Azalea garang. Beberapa murid yang sudah ada di koridor pagi ini menatap tak mengerti ke arah Luna.
Seketika itu Azalea tersadar dari pikirannya. "Sori, Lun. Gue masuk kelas dulu," pamitnya begitu melihat ia sudah di dekat tangga sebelah BK yang berarti sebentar lagi sampai kelasnya, sementara Luna harus ke lantai dua karena kelas sahabatnya di sana.
"Fik, lo duduk di sini?" tanya Azalea begitu mendapati gadis berambut ikal sepunggung menduduki bangku yang biasanya ditempati Dewa.
Gadis ber-name tag Fika Diandara P. itu hanya mengangguk, kemudian menjawab, "Dewa minta tukeran. Tuh, dia sama Yoga."
Hati Azalea mencelus mendengar penuturan Fika. Padahal Fika terkenal tidak mau jauh-jauh dari Yoga, pacarnya, tapi sekarang terlihat biasa saja berada di bangku sebelah Azalea. Pasti karena Dewa.
"Persahabatan gue hancur karena cinta," gumam Azalea kemudian menempelkan pipinya pada meja sementara matanya menatap Dewa dari jauh. Sejenak, ia lantas menjadikan tangannya sebagai tumpuan lalu menutup mata.
***
Langkah Azalea terhenti ketika akan keluar toilet. Jelena dan Rila berdiri dengan tangan yang berada di depan dada juga tatapan meremehkan. Kedua orang itu berjalan pelan, tapi tegas hingga membuat Azalea merasa terintimidasi dan mundur selangkah demi selangkah.
"Jadi, sampe kapan lo mau pacaran sama Bintang?" tanya Lena. Sudut kanan bibirnya terangkat.
"Bukan urusan lo." Azalea berhenti mundur karena sudah berbentur dengan tembok. Tidak ada pilihan lain, ia harus meladeni dua kakak kelasnya yang hobir cari gara-gara.
Rila mencela, "Lo itu nggak sadar, ya, kalo jadi omongan semua orang gara-gara deket sama Bintang yang jelas nggak selevel sama lo!"
"Gue nggak peduli omongan orang," timpal Azalea. Ia berusaha lewat di sela Lena dan Rila, sudah muak menanggapi orang-orang yang iri.
"Jelaslah nggak peduli. Lo kan, serasa hidup sendiri. Bayu aja lo rebut dari temen lo, tapi masih juga deketin Bintang. Bener-bener egois, ya, lo," kecam Lena. Setelah mengatakan hal itu, ia mendorong Azalea hingga adik kelasnya tersungkur. Ia dan Rila lantas meninggalkan toilet dengan tawa menggema.
Azalea bangkit dengan emosi yang memberontak ingin disalurkan. Ia berjalan cepat mencari keberadaan Bintang. Semua ini harus disudahi. Karena hubungan sialan ini, ia dijauhi sahabatnya, dikecam sana-sini. Ia ingin hidupnya normal seperti dulu, sebelum mengenal Bintang, sebelum ia kenal dengan jatuh cinta yang membuat kecewa dan menghadirkan luka.
***
"Eh, Neng Aza, nyari siapa?"
Pertanyaan dengan nada gurauan itu menyambut Azalea ketika sampai di meja kantin yang diduduki anggota-anggota Galaren. "Bang Bintang," jawabnya singkat.
"Kenapa nggak nya--"
"Dia di lapangan basket pojok, Za. Lo ke sana aja," potong Luna hingga ia mendapat pelototan dari Arya sebab tidak membiarkan cowok itu menggoda Azalea. Namun, hal itu ia lakukan karena tahu perasaan sahabatnya tengah tidak baik, menggoda adalah pilihan yang sangat salah.
"Makasih." Azalea tersenyum singkat kemudian menggangguk dan meninggalkan kantin, menuju tempat keberadaan Bintang. Meski hatinya tak rela dengan keputusan yang ia ambil, tapi keadaan memaksa.
Begitu sampai di lapangan basket indoor, Azalea langsung menemukan Bintang yang tengah men-dribble bola basket menuju ring. Sejenak ia menatap kagum ke arah Bintang yang rambutnya menjuntai menutupi dahi dan bergerak ke sana-sini seiring pergerakan cowok tersebut.
"Bang Bintang," panggil Azalea. Ka sudah berdiri tepat di tengah lapangan, mengadang Bintang yang akan berlari menuju ring.
Kening Bintang berkerut. Ia memegang bola oranye, yang tadi ia mainkan, di sisi kanan tubuhnya. "Apa?"
"Gue mau ngobrol. Penting," balas Azalea dengan sedikit penekanan dalam setiap kata. Melihat respons Bintang yang hanya menaikkan kedua alis, Azalea mencetuskan maksudnya, "Gue mau berhehtiin hubungan pura-pura ini."
Belum ada tanggapan dari Bintang. Cowok itu masih setia menatap Azalea, meneliti tiap lekuk wajah gadis di hadapannya. "Inget kata gue kemarin."
Setelah mengatakan hal itu, Bintang berbalik dan mulai bermain basket lagi. Sementara Azalea mematung di tempatnya, mengingat perlakuan Bintang kemarin di rooftop.
"Gue nggak peduli! Gue pengen berhenti!" teriak Azalea meluapkan keinginannya. Pundaknya naik turun diiring deru napas yang mulai memburu.
Karena Bintang tak menjawab, ia berlari ke arah cowok itu berdiri tepat di hadapan Bintang. "Dewa udah tau kalo kita cuma pacaran pura-pura. Nggak ada gunanya ini diterusin. Pokoknya gue mau semua berhenti. Gue udah capek digangguin Kak Lena sama Kak Rila," terang Azalea frustrasi.
Tangan kanan Bintang yang tiba-tiba melingkar di pinggang Azalea membuat gadis tersebut tersentak, tapi tak bergerak. Bintang memangkas jarak hingga ujung sepatunya dan milik Azalea bertemu. "Gue bakal jagain lo."
Seusai mengatakan hal tadi, Bintang melepaskan tangannya, memberi ruang untuk Azalea bernapas karena adik kelasnya itu kelihatan sekali menahan napas ketika adegan tadi. "Pulang bareng," kata Bintang kemudian mengambil air mineral yang ada di pinggir lapangan untuk diminum, meninggalkan Azalea yang masih mematung.
Jantung Azalea terus berpacu. Ia menatap kosong ke depan, mengingat semua perlakuan Bintang. Rasa ini, tidak asing lagi di hatinya, tapi ia benar-benar kelu untuk menyebut apa namanya.
Sementara itu, tanpa disadari, sejak tadi sebuah ponsel tengah merekam semua yang terjadi. Pemiliknya tersenyum penuh kemenangan mendapatkan apa yang ia perlukan. Dengan segera, ia pergi dari sana. Besok, semua akan berubah.
*****
Huaaa gimana part kali iniiii?
Gemes ga si sama Mas Bin?😢
Jangan lupa pencet bintang di pojok kiri dan tunggu part selanjutnya ya
Terima kasih❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro