14. Tentang Azalea
Halo, Teman-teman
Ada yang kangen cerita ini? Atau kangen authornya barangkali😌
Maaf karena sabtu lalu nggak update karena aku ada dikit problem
Semoga part ini bisa mengobati rindu kalian.
Jangan lupa ramein komentar, yaa
Selamat membaca ^^
Koreksi kalau typo, ya :)
*****
Banyak orang yang pura-pura tegar, padahal dalamnya ambyar.
***
Azalea heran. Apa setiap ucapan Bintang itu bermakna lain, ya? Dulu pas cowok itu bilang mau mojok, ternyata mau di ruangan paling pojok. Tadi bilangnya mau antar ke kelas, tapi sekarang malah di rooftop. Karena tidak paham, Azalea menyuarakan kebingungannya, "Kok di sini? Kelas gue belum pindah, loh."
"Terus?" jawab Bintang singkat. Tangannya menyugar rambut yang menutupi dahi. Sesaat, gerakan itu membuat Azalea berdecak kagum dalam hati.
"Katanya ke kelas." Azalea memalingkan wajah karena takut Bintang memergokinya tengah menatap ke cowok di sebelahnya. Ia memilih berjalan menuju tengah rooftop.
"Buat apa?"
Mendengar pertanyaan tanpa beban itu, Azalea mengerutkan kening. "Belajarlah!"
Bintang mengambil tempat di sebelah Azalea. Kakinya diselonjorkan, sementara tangannya berada di samping tubuh dengan telapak menempel pada lantai. "Yakin temen lo nggak bakal ngelabrak lagi?"
Tangan ramping Azalea bergerak menyingkirkan anak rambut yang menutupi pandangannya. Ia mengangguk pertanda mengerti maksud Bintang membawanya ke sini untuk menghindari Mita jika mengamuk lagi.
"Kenapa lo lakuin ini, Bang?" tanya Azalea, tapi matanya fokus memandang hamparan langit. Ia harus sedikit menyipit karena matahari mulai merangkak naik.
"Cuma ngelakuin yang seharusnya." Bintang mulai merebahkan tubuhnya dengan tangan sebagai bantal.
"Yang seharusnya gimana? Lo ngomong bisa dibanyakin dikit nggak, sih? Kasian lawan bicara lo pusing harus mikir keras tau!" omel Azalea.
"Yang seharusnya gue lakuin sebagai pacar lo, ya, ngejaga lo," jawab Bintang dengan mata terpejam.
Pacar. Satu kata yang membuat jantung Azalea menggila. Padahal Bintang hanya pura-pura menjadi pacarnya, tetapi sikapnya tidak bisa dikatakan pura-pura. "Gue kan cuma pacar pura-pura lo. Nggak perlu sampe segitunya lo lindungin gue," ketus Azalea bermaksud mengenyahkan gugup yang melanda.
"Iya, emang, tapi sekarang berubah."
"Berubah apanya?" Tubuh Azalea menegak seketika saat mendengar kata 'berubah'. Namun, perlahan sarafnya mengendur sebab cowok di sebelahnya tak memberikan jawaban.
Azalea menoleh ke arah Bintang dan mendapati napas cowok itu teratur pertanda tengah tidur. Tatapan Azalea meneliti setiap lekuk wajah kakak kelasnya itu. Rambut yang tadi disugar, kini kembali menutupi dahi. Hidung bangir, bibir tipis, dan mata terpejam dengan bulu mata lentik benar-benar membuat Azalea terpana. Baru sekarang ia melihat Bintang sedetail ini. Melihat pergerakan dari mata Bintang, Azalea segera mengalihkan pandangan.
"Sori, ketiduran," ucap Bintang. Tangannya meraup wajah beberapa kali.
"Nggak papa." Azalea tersenyum singkat.
"Mau cerita?" tawar Bintang.
"Cerita apa?"
Bahu Bintang terangkat sekejap kemudian turun lagi. "Apa aja."
Azalea menghela napas. Kelopak matanya makin menyipit seolah sedang menerawang jauh. "Gue, Dewa, sama Luna itu sahabatan dari SD. Anehnya, kita nggak pernah yang namanya baper satu sama lain. Ya, sebelum kejadian hari itu, pas Dewa nembak gue. Jelas gue kaget, dong. Gue anggep dia nggak lebih dari sahabat, terus juga si Lily bilang kalo dia suka sama Dewa. Tapi kan gue nggak mau kasih tau alesan sebenernya, jadi gue waktu itu boong.
"Masalah Mita, ya, gue sebenernya udah ikhlasin kalo dia sama Kak Bayu, tapi waktu itu gue sama Kak Bayu emang nggak sengaja ketemu. Gue juga nggak paham kenapa bisa ada foto yang ngeliatin kalo gue seolah lagi mesra-mesraan sama Kak Bayu. Yaudahlah, males juga mikirin mereka." Di akhir cerita, Azalea kembali mengembuskan napas kasar.
Bintang hanya mengangguk. "Masalah keluarga?"
"Keluarga gue baik-baik aja, sih. Cuma nyokap udah nggak ada. Meninggal karena kecelakaan."
"Sori, nggak maksud." Setelah melihat Azalea mengangguk maklum, Bintang kembali berkata, "gue lebih beruntung. Keluarga utuh, sahabat nggak palsu."
"Gue juga mikir gitu, cuma masalah cinta kayaknya lo payah." Bintang terkekeh singkat membuat Azalea sadar akan sesuatu. Ia menoleh dengan kening terlipat. "Kok lo banyak omong, sih, Bang?"
"Apa masalahnya?"
"Ya, secara selama ini seorang Bintang Rajendra dikenal dingin, galak, terus mageran, sekarang malah banyak omong juga suka nyeret gue ke mana-mana."
"Tergantung keadaan aja," jawab Bintang seadanya. Ia berjalan menuju tepi rooftop untuk melihat keadaan di bawah. Dari sini ia bisa melihat bagian belakang sekolah. Hanya ada satu bangunan di sana yakni, gudang. Bintang membiarkan bagian lutut hingga telapak kaki menggantung ke bawah.
"Terus kenapa lo mau banyak omong ke gue?" tanya Azalea sambil mendekati Bintang.
"Lo pacar gue."
Kata itu lagi. Azalea benar-benar dibuat heran karena sikap Bintang yang seolah menganggap Azalea pacar asli. "Gue cuma pacar pura-pura lo."
"Tetep aja pacar."
Azalea mendengkus sambil mengibaskan tangan kanannya. "Terserah lo."
Hati dan bibir memang kadang tak sejalan. Azalea berkata seakan ia tak peduli, padahal hatinya baper setengah mati. Namun, ia seketika teringat tentang apa yang tertulis di surat perjanjian bahwa ia tidak boleh baper dengan Bintang. Masalahnya, siapa yang enggak baper kalau diperlakukan seperti ini? Bahkan kini Bintang terang-terangan membawa kepala Azalea agar bersandar di pundak kanan cowok itu.
"Lo terlanjur masuk hidup gue dan nggak akan bisa keluar gitu aja," kata Bintang yang membuat Azalea melongo karena tak paham maksudnya bagaimana.
*****
Duh, aku juga mau diajak bolos kalo kayak begitu😌
Aku kasih bonus foto, nih, buat kalian sebagai permintaan maafku.
Bintang Rajendra
Azalea Auristela
Jelena Maylinta
Virgo Praja Semesta
Jangan lupa pencet bintang di pojok kiri
Terima kasih❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro