Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Wisuda



Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu Shasa. Yap! Hari ini adalah hari wisudanya setelah empat tahun ia belajar di universitas. Akhirnya hari ini ia wisuda dan lulus sebagai Sarjana Pendidikan.

“Selamat ya, Sayang. Ayah bangga padamu,” ucap sang ayah sembari mengusap lembut punggung anaknya.

“Semoga ilmumu bermanfaat dan apa yang kamu cita citakan terwujud, Sayang,” lanjut ibunya yang sedari tadi tersenyum menatapnya.

“Terima kasih, Ayah, Bunda. Shasa sayang banget sama Ayah, Bunda,” balas Shasa sambil menggenggam tangan ayah dan bundanya.

“Selamat adik kecilku,” ucap Shabil yang berhambur memeluk adiknya.

“Aaah Kakak, Shasa sayang kakak. Terima kasih ya kak,” seru Shasa membalas pelukan erat sang kakak.

Acara wisuda pun selesai dengan diakhiri dengan sebuah sesi foto bersama keluarga dan teman temannya. Hari ini begitu indah dan tak terlupakan untuk Shasa bisa wisuda tepat waktu bersama dengan teman temannya. Sungguh ini adalah impiannya bersama dengan teman seperjuangannya dulu ketika awal kuliah dan yaah Alhamdulillah kesampaian.

"Alhamdulillah," ucapnya lirih dan tak hentinya tersenyum kecil.

Setiba dirumah shasa langsung bergegas masuk kamar membersihkan diri sholat dan kemudian beristirahat sejenak sembari melihat lihat hasil foto wisudanya. Dan tak lupa ia memajang sebagian hasil foto wisudanya di dinding kamarnya.

Tok tok tok

“Sha, makan dulu yuk nak? Ayah sudah nunggu tuh,” panggil Bunda dari balik pintu.

“Ya Bun. Sebentar,” sahutnya seraya berjalan kearah pintu.

Di meja makan nampak semua telah siap Ayah Bunda kak Shabil dan Kak Arka yang baru sebulan lalu menjadi kakak iparku.

“Sha, nanti habis makan Ayah mau ngomong bentar ya?” kata ayah sambil menyodorkan piring kearah bunda.

“Iya yah, siap,” jawab Shasa sambil mengacungkan jempol.

Setelah selesai makan semua berkumpul diruang keluarga sesuai permintaan Ayah yang ingin menyampaikan sesuatu hal pada Shasa.

“Sha, kamu kan sudah lulus setelah ini kamu pengen kerja atau lanjut kuliah lagi?”

“Hm, Insyaallah kerja dulu yah. Kebetulan sekolah tempat Shasa magang dulu butuh guru. Lumayanlah buat cari pengalaman disana Yah. Itung-itung sambil nunggu cari beasiswa lagi Yah untuk lanjut,” jawab Shasa semangat sambil tersenyum kepada sang Ayah.

“Hm, gitu. Bagus itu Ayah dukung.”

“Ayah sama Bunda mendoakan yang terbaik buatmu Sha.”

“Tapi ...” Sang ayah menjeda ucapannya sejenak.

“Tapi apa, Yah?” potong Shasa penasaran.

“Seminggu yang lalu ada yang datang kepada ayah meminta ijin untuk melamarmu tapi ya Ayah bilang menunggu kamu wisuda dulu baru Ayah memberi jawabannya.”

“Dia anak teman Ayah. Anaknya insyaallah baik, Nak. Tapi, semua terserah kamu, Ayah tidak memaksa,” jelas sang Ayah sembari mengelus punggung tangan anaknya.

“Melamar yah??? siapa sih, Yah?? Shasa jadi penasaran,”cerocos Shasa sambil menebak nebak anak teman ayah yang mana.

“Ya kalau kamu mau tau kenalan aja dulu, tapi ingat ya pesan dari Ayah?” ucap ayah.

“Iya, iya Shasa ingat. Gak boleh pacaran 'kan, Yah?” saut Shasa.

“Sha kalau menurut Bunda kamu bakal kesengsem deh sama dia. Anaknya tampan dan dia tipe kamu banget deh pokoknya,” goda bunda sambil tersenyum jail.

“Ih, Bunda bikin Shasa jadi penasaran deh," tutur Shasa yang mengundang gelak tawa seluruh keluarga.

"Ciee yang udah gede. Cie cie yang sebentar lagi nyusul kakak," goda Shabil sembari terkekeh.

"Tuh kan gara-gara Bunda nih! Kakak jadi ikutan ledikin Shasa," ucapnya pura-pura kesal.

“Sudah-sudah, Kakak jangan godain adek lagi. Ya sudah pada tidur yuk udah malem,” titah sang ayah.

Keesokan harinya seperti biasa usai sholat subuh Shasa membantu ibunya memasak. Kemudian ia bergegas mandi dan siap siap karena hari ini ia akan memulai mengajar di sekolah tempat ia magang dulu.

“Bun, Ayah mana??” tanya Shasa sembari menarik kursi disebelah ibunya.

“Ayah udah berangkat, Sayang. Ada meeting pagi ini jadi buru buru,” jelas sang bunda.

“O iya tadi Ayah titip pesan nanti sore ada tamu jadi kamu jangan pulang terlalu sore ya nak?” lanjut bunda sambil menyodorkan kotak bekal untuk putrinya.

“Oke bun aku berangkat dulu ya? Assalamu’alaikum,” ucap Shasa seraya mencium punggung tangan bunda.

"Walaikum salam. Hati-hati, Nak," ucap sang bunda sembari mengelus puncak kepala sang anak.

Di Kediaman Rama

"Pagi-pagi udah heboh kenapa sih, Ma?"

"Nih liat! Anak Papa, jam segini udah rapi dan wangi. Mama kira mau kerja ternyata mau minta kawin," ucap sang mama terkekeh.

"Serius kamu, Ma?" tanya sang papa tak percaya.

"Tuh tanya aja anaknya!" jawab mama sembari menunjuk Rama dengan dagunya.

"Emang bener, Ram?" tanya sang papa menaikkan sebelah alisnya.

"Iya, Pah bener. Nanti sore Mama sama Papa bisa kan anterin Rama ke rumahnya Om Akbar?"

"Loh kamu serius ya Ram suka sama anaknya Akbar? Papa kira kamu cuma suka-suka aja loh dulu Ram."

"Papa kaya gak tau Rama aja. Dia kan tipe tipe cowok setia, Pah. Tuh buktinya rela menjomblo lama demi anaknya mas Akbar."

"Iyalah, Ma. Orang dulu dia sering ngintil Papa sampai mohon-mohon minta ikut kalau Papa ke rumah Akbar," ledek sang papa.

"Ihhh biarin! Namanya juga cinta," jawab Rama santai.

"Ma, Pa, Rama mau keluar bentar ya? Mau rapihkan rambut sama mau cari sesuatu buat Shasa nanti," ucap Rama berpamitan.

"Cieilah! Mentang-mentang mau ketemu doi," ucap mama terkekeh yang dibalas cengiran oleh Rama.

"Hati-hati, Sayang!" teriak sang mama yang dibals acungan jempol oleh Rama.

Rama melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah kemacetan kota Jakarta di jam jam kemacetan tinggi. Ia menyetel musik dan sesekali bersenandung menyanyikan lirik lagu yang tengah mengalun di mobilnya.
Butuh waktu yang cukup lama dan ke sabaran yang ekstra untuk keluar dari kemacetan ini.

"Akhirnya! Keluar dari kemacetan juga," ucapnya sembari bernafas lega.

Rama menepikan mobilnya di pelataran sebuah toko kue langganannya ia memesan beberapa kue yang ia tahu itu adalah kue kesukaan keluarga sang calon istri. Tak sulit mencari tau apa yang disukai calon mertuanya karena Rama sering melihat sang papa membelikannya ketika akan berkunjung menemui keluarga sang calon istri. Kemudian ia melanjutkan perjalanannya menuju baber shop langganannya dan terakhir pergi ke sebuah mall untuk mencari toko hijab langganan Shasa. Ya Rama hafal betul apa saja yang disukai sang calon istri karena dirinya sudah bersahabat cukup lama dengan Shasa. Lama memilih milih Rama memutuskan membeli sebuah mukenah berwarna gold berhiaskan bordiran bordiran yang cantik dan sebuah hijab segi empat berwarna biru muda.









Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro