tentang nuansa
Nuansa. Suasana. Tak Ada yang Abadi ditambah riff dangdut-ish sama sekali tidak cocok. Menurutku.
Nuansa adalah aturan. Nuansa adalah pakem.
Jujur saja, tulisan ini dibuat karena aku agak kesal dengan penampilan salah satu peserta kompetisi menyanyi. Jadi peserta ini menyanyikan lagu Tak Ada yang Abadi milik PeterPan. Sebenarnya, penampilannya amat bagus, meskipun gayanya tidak begitu sesuai dengan seleraku. Aku mengakui hal ini. Masalahku adalah aransemennya.
Silakan tonton lagu asli Tak Ada Yang Abadi. Salam penampilan peserta tersebut pun, sejak awal hingga pertengahan, nuansa dalam musiknya cukup serupa dengan yang asli. Jadi seharusnya penampilan ini terasa agak kelam dan grand, ramai dengan paduan suara dari berbagai alat musik. Namun, ada satu bagian di mana musiknya secara tiba-tiba berubah, seperti yang kusebutkan di atas, menjadi dangdut-ish (?) Pokoknya amat berbeda. Kedengarannya lebih sepi, ada semacam riff (entahlah apa namanya, pokoknya semacam ornamen dalam penampilan dengan gaya yang berbeda daripada bagian penampilan yang lain) dari backing vocal yang juga dangdut-ish. Penyanyi utama menyanyikan lirik acak dari lagunya. Dan tempo musiknya betul-betul berbeda. Yang sebelumnya agak lambat dan cenderung ballad tiba-tiba menjadi rancak.
Aku tidak masalah dengan penyambungan genre semacam ini. Hanya saja, tolonglah, yang masuk akal. Yang cocok. Banyak riff off dangdut-ish yang lebih lambat yang mungkin bisa digunakan. Tidak perlu memaksa dua nuansa yang berbeda untuk bersatu. Hasilnya hanya akan menjadi tempelan, bugan bagian dari lagu.
Saat peserta tersebut selesai bernyanyi, semua juri memberikan apresiasi tertinggi. Dan tak satu pun di antara mereka menyinggung pergantian tempelan tadi. Mungkin ini hanya bukan seleraku. Apalah aku jika dibandingkan dengan mereka. Namun, sebagai pendengar, aku betul-betul tidak terkesan dengan tempelan tersebut.
Genre adalah aturan yang bisa dibelokkan. Tapi nuansa tidak bisa. Nuansa harus ada satu.
Contoh lain adalah Bohemian Rhapsody. Di dalamnya terdapat beberapa cara bernyanyi yang berbeda. Mungkin genrenya juga berbeda. Namun, nuansanya tetap satu. Bohemian Rhapsody adalah satu kesatuan. Komponen-komponen di dalamnya memisah, tetapi ada keterkaitan satu sama lain. Ada komponen yang sama. Meskipun berbeda, komponen-komponen tersebut masih dalam satu nuansa, yaitu genre rock yang kelam.
Dalam lagu lain, coba bayangkan lagu When The Party's Over milik Billie Eilish, yang di tengah-tengahnya disisipkan lagu Roar milik Katy Perry. Genrenya bahkan sama, tapi nuansanya berbeda. Dibuat bagaimana pun, lagu Roar akan tetap terasa seperti tempelan.
Jika dalam cerita, bayangkan saja kalau ceritanya adalah The Lord of The Ring yang dipenuhi lelaki beramus, kemudian tiba-tiba muncul cowok pesisir yang memakai kemeja santai bermotif bunga warna-warni serta celana jins pendek. Tidak cocok. Memang bisa saja ada penjelasan, tapi nuansanya sudah berbeda. Apa pun penjelasannya, cowok trendi tadi hanya akan terasa seperti tempelan. Kecuali kalau dari awal sampai akhir kedatangan cowok ini memengaruhi cerita, jadi porsinya tidak bisa hanya satu bab. Itu artinya kedatangannya diperlukan.
Aku ini sebetulnya menulis apa, entahlah. Kutegaskan lagi bahwa ini adalah preferensi subjektifku. Mungkin adanpenjelasan lebih masuk akal yang tidak kutahu. Mungkin aku menulis ini hanya sebagai perlampiasan rasa kesal karena nuansa ceria dan meriah yang ditempelkan begitu saja di tengah-tegang lagu sakral milik PeterPan itu. Mungkin semata memang karena itu dan tak ada hubungannya sama sekali dengan apa yang disebut nuansa.
Afirmatif, ini cuma racauan bocah yang terjaga sampai tengah malam.
~~*~~
9 Desember 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro