THIS IS WHO I AM
Tepat pukul dua siang kegiatan MOS pun berakhir, semua siswa MOS juga di pulangkan.
"Tugasnya jangan lupa ya dek" kata Nita sesaat sebelum pulang.
"Iya kak" jawab seluruh kelas serempak tak sabar untuk keluar dari kelas itu termasuk Citra yang teriak dengan kencangnya.
Setelah dipersilahkan pulang, seluruh kelas pun berhamburan untuk keluar kelas yang sayangnya langsung disambut oleh Dera yang sedang bersender di dinding sebrang pintu kelas dengan tas punggungnya dan earphone yang mengalungi lehernya lalu menyilangkan tangan didepan dada. Kalau yang awalnya tadi mereka dorong-dorongan untuk segera keluar dari kelas, setelah melihat Dera pun mereka jadi dorong-dorongan karena takut untuk keluar kelas. Mereka segera menundukan kepala dan keluar dengan membungkukkan badannya dan tak lupa mereka berkata "misi kak" atau "siang kak".
Kalau bukan karena akting panmosnya yang mengharuskan dia ditakuti oleh seluruh adik kelasnya maka dia pasti sudah tertawa terbahak-bahak sekarang melihat kelakuan adik kelasnya ini, "duh kaliaaaannn lucu banget, gokil deh" batinnya.
Citra pun keluar terakhiran karena sempat mengobrol sebentar dengan Nita tadi juga kaget melihat Dera yang terlihat sedang menunggu seseorang. Citra pun keluar kelas dan berhenti di depan Dera lalu menoleh kearah kanan dan kiri, "nunggu siapa kak?" tanyanya santai.
Dera pun menaikkan satu alisnya, heran dengan kelakuan Citra yang sepertinya tidak punya takut dengannya. Dera pun memalingkan wajahnya karena Citra terus menatap wajahnya menanti jawaban, "bukan urusan elu" jawabnya kemudian. Citra pun memanyunkan bibirnya setelah mendengar jawaban Dera lalu segera pergi dari hadapan Dera. "hey princess" panggil Dera, Citra pun berhenti dan dengan ragu menoleh kebelakang. "take care" lanjutnya lalu masuk kedalam kelas. Citra hanya mengerutkan keningnya lalu pergi ke loby depan.
"itaaaa" sapa Dera lalu memeluk Nita dari belakang. Nita yang sudah biasa dengan kelakuan Dera hanya membiarkannya dan masih sibuk menata buku-buku kepribadian adik kelasnya.
"Hai kaka PD, aktingnya keren banget tadi" kata Nita kemudian.
"Elu juga kan, oh ya tadi temen lu? Keliatannya akrab" jawab Dera lalu melepas pelukannya dan beringsut ke depan Nita.
"Iya adek kelas gue waktu SMP, nih.." kata Nita seraya menyerahkan salah satu buku kepribadian anak mosnya, Citra, refleks Dera menaikkan satu alisnya lalu menatap Nita.
"Gue liat tadi elu mandang dia beda" jawabnya santai.
"Sok tau banget" sambar Dera ketus. Tapi tak urung tanganya membuka buku tersebut dan membaca biodata Citra.
"Emang tau" kata Nita pelan lalu tersenyum.
Citra Ramona, punya kakak cewe cantik banget macam Raisa, hobi nyanyi dan main alat musik, kurang bisa nangkep pembicaraan yaa kata orang-orang si lola (loading lambat), suka makan, nggak suka olahraga, bla bla bla....
Nita hanya memperhatikan setiap ekspresi Dera saat membaca bukunya Citra, kadang tersenyum, kadang membulatkan bibirnya dengan menganggukkan kepalanya, kadang menaikkan satu alisnya, bahkan Dera tadi sempat tertawa membaca buku itu.
Anita Lorena atau biasanya dipanggil Nita adalah sahabat baik Dera sejak duduk di kelas 1 SMA. Dari sekian banyaknya teman yang Dera punya, hanya Nita yang sangat mengerti dia. Masalah orientasi seksnya bukan hanya Nita yang tau, tapi seluruh penduduk disekolahnya juga mengetahuinya. Seringkali Dera bergonta ganti pasangan yang kebanyakan adalah kakak kelas dan tak jarang pula pamer kemesraan. Tapi itu semua bukan Dera yang mengejar, mereka sendiri lah yang mendekatinya. Dera yang tak mau membuang kesempatan itu akhirnya di cap sebagai player, padahal tidak ada kata pacaran dalam semua hubungan itu Dera pun menikmatinya dan hanya Nita yang mengetahuinya.
Merupakan hal yang wajar dan lazim kita lihat kalau sesama perempuan lagi jalan bareng terus pegangan tangan, ngerangkul pundak, dan hal-hal lain yang biasanya dilakukan sebagai "teman" perempuan tapi itu tidak berlaku jika Dera lah yang melakukannya. Kalau Dera terlihat sedang berpegangan tangan dengan seorang perempuan maka tak sampai 10 menit berita itu sudah menyebar kemana-mana. Jadi imbasnya juga kepada siapa yang sedang dekat dengan Deranya pasti jadi terkenaljuga. Hal itu masih berlaku sampai sekarang kecuali untuk Nita. Dan sampai sekarang perasaan Nita hanya sebatas menjadi kakak untuk Dera, begitupun sebaliknya tak ada perasaan yang lebih.
Dengan pesonanya yang kadang bisa sangat girly atau tomboy maksimal, kepiawaiannya dalam bermain gitar, suaranya yang enak didengar, permainan basketnya yang cukup handal, ditambah kemarin dia memenangkan olimpiade matematika se-provinsi. Itu semua hanya memberikan nilai plus untuk seorang Dera, hanya Nita yang tau Dera yang mudah akrab dengan orang-orang, ramah, tegas dan serius dalam berbicara sebenarnya adalah orang yang paling manja yang dia tau dan gengsi tingkat tinggi sama orang yang dia sayang.
Pup puk puk. Dera menepuk pipi Nita pelan yang seketika membuyarkan lamunannya lalu melihat kearah Dera. "ayo pulang, mikirin gue mulu deh" kata Dera lalu menarik Nita keluar kelas menuju loby depan lalu ke parkiran motornya. Tepat di loby depan mereka melihat Citra yang tengah duduk sendiri menunggu jemputan. Nita pun melepaskan genggaman Dera dan segera menghampiri Citra, sedangkan Dera masih mematung ditempatnya berdiri. Bingung antara mau datangin mereka atau nggak, akhirnya kakinya melangkah juga mendekati mereka.
"Citraa, nunggu kak Chika?" sapa Nita langsung duduk disamping Citra.
"Eh yampun ngagetin nah" jawabnya sambil mengelus dada.
"Iya nih, kak Chika tumben lam.. eh panjang umur, bentar ya kak, halo.."
Citra yang sedang menjawab panggilan Chika tak sadar kalau Dera sudah berdiri disamping Nita.
"Kenapa Cit?" tanya Nita setelah Citra menutup telponnya dengan wajah yang cemberut.
"Kak Chika nggak bisa jemput kaaaakk, ahhhh...." jawab Citra masih cemberut.
"Uhh ciannyaaa, bareng kaka PD1 mau?" tanya Nita lalu mendongak ke Dera dengan mengedipkan matanya dan tersenyum jahil.
Dera pun melotot memandang Nita, "kampret lu taaaaaa" teriaknya dalam hati.
Citra mendongak menatap Dera, memandangnya, lalu tatapan mereka bertemu, lama. Dera segera memalingkan wajahnya dan menyilangkan tangannya depan dada "ogah deh" jawabnya kemudian. Citra hanya memanyunkan bibirnya mendengar jawaban Dera.
Nita yang berada ditengah-tengah kedua orang ini hanya bisa tertawa kecil yang ditutup dengan punggung tangannya. Kemudian dia berdehem sebentar lalu menelpon seseorang.
"Elu dimana? Udah pulang belom?"
"..."
"Sendiri kan? Si Citra barengin yah"
"..."
"Cepet ke loby, anaknya disini"
"..."
Kemudian Nita menutup telponnya dan mendapati Citra yang sedang menatapnya penuh tanya. Nita pun tersenyum kecil, "Veni" jawabnya singkat.
"Veni?" tanyanya lalu berpikir sebentar. "Oh kak Veni yaaaa?? Oiya ya gue lupa dia kan sekolah disini juga kak" jawabnya dengan sedikit berteriak. Nita hanya tersenyum dan mengganggukkan kepalanya sedangkan Dera hanya menaikkan satu alisnya lalu tersenyum tipis "lola ih" batinnya.
"Nah tuh si Veni kesini" tunjuk Nita yang di respon lambaian tangan dari Veni.
"Problem solved. Ayo pulang" perintah Dera dan menggenggam tangan Nita lalu menariknya menuju parkiran.
"Eh kita duluan ya" teriak Nita.
"Hati-hati kak" teriak Citra.
"Yuk ah pulang juga" ajak Veni
Setelah menuruni tangga loby mau kearah parkiran, Dera dan Nita melewati mereka. Dengan motor sf dan helm hitamnya, Dera membonceng Nita dengan tas yang diubah posisinya jadi menutupi bagian tubuh depannya dan tak lupa tangan kanan Nita yang menyender manis di paha Dera sedangkan tangan kirinya sibuk melambai kearah Citra dan Veni.
~
Okeh maapin gue baru bisa update sekarang, soalnya gue masih sibuk berkutat sama sampel darah terus lanjut malamnya gue juga ada kerjaan lain *hahaaayy curcol abis.
Semoga ceritanya nggak ngecewain yah, secepatnya gue update lagi.
Vote dan komennya gue tunggu pake banget loh. Thanks.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro