Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Someone else (?)

Malam semakin larut dan disalah satu club yang ramai, terlihat dua wanita cantik yang duduk disalah satu sofa sedang menikmati musik yang berdentum nyaring.

"Der, ayo kesana"

"Duluan aja ri, nanti gue nyusul" jawab Dera kemudian.

Ia mendekatkan wajahnya tepat disamping telinga Dera "jangan lama-lama ya cantik" katanya lalu melenggang menuju lantai dansa yang sudah dipenuhi orang-orang yang menari mengikuti alunan musik Dj.

Dera menenggak habis minum digelas kaca yang dipegangnya, pikirannya menerawang kembali ke dua jam yang lalu di kafe dengan Citra.

Flashback

Cup! "Halo darling"

"Eh ri!! Kapan balik? Kok nggak ngabarin sih?" tanya Dera antusias.

"Kemarin sayang, aku kemarin juga kerumah kamu tauuuuu nungguin dirumah kamu sehariaaaann eh kamunya engga pulang" jawabnya manja dengan menyender di pinggiran meja makan yang otomatis membelakangi Citra.

Citra yang masih setengah sadar dengan apa yang baru saja terjadi dihadapannya ini mencoba menghilangkan keterkejutannya dengan memalingkan wajahnya, meskipun hati dan pikirannya kompak saling sahut menyahut.

Dengan santai ia tetap melanjutkan aktivitas makannya walaupun belum dipersilahkan Dera, sengaja. Citra memang sengaja untuk melakukan sesuatu untuk menghilangkan kegugupannya agar bisa terlihat biasa saja dengan pemandangan didepannya ini. Sekaligus untuk menyadarkan Dera bahwa ia masih disana, duduk tepat dihadapannya.

"Mikir apa lu?" tanya Dera yang memang sejak awal Ari datang ia selalu mencuri pandang ke Citra.

Citra hanya memandang Dera sekilas lalu meneruskan kembali fokusnya pada hp yang dari tadi memang dipegangnya.

Ia seperti mengenal Ari saat ia melihatnya, dan benar saja saat Citra membuka Instagram milik Dera memang ada beberapa foto Dera bersama Ari dengan pose model pakaian casual dan juga ada foto candid mereka berdua yang sedang santai diruang make up sambil bercanda. "yah merekaaaaaa serasi" batinnya.

"Hei, maap yaa ganggu acara dinner lo sama dia, by the way gue Ari Claudisty, panggil Ari aja"

"Ah eh itu kan anu.......... Citra Ramona, Citra" jawab Citra tergagap sambil menyalami tangan Ari.

"Yah gagu, biasa ajaaah Citraa. Temen sekolahnya Dera?" tanyanya lagi dan kini mengambil kursi tepat disamping Citra.

Citra mangut-mangut menjawab pertanyaan Ari, tak sampai 5 menit mereka sudah akrab satu sama lain.

"Duh elo manis banget siiihhh, gue baru sadar waktu ngeliat lo sedekat ini" kata Ari lagi yang memang saat ini wajahnya dengan Citra hanya terpaut satu jengkal saja.

Refleks Citra menjauhkan sedikit wajahnya dengan menunduk malu, ya ia tersipu dengan pujian asal yang diberikan Ari padanya.

Ari mengerlingkan mata ke Dera, tanda bahwa ia memang sengaja menggoda Citranya. Dera mengerti itu, ia sangat tau sekali bagaimana sifat temannya satu itu.

"Abis ini kalian mau kemana?" tanya Ari sambil memandang Dera dan Citra bergantian.

"Pulang" jawab Dera yang terdengar seperti sebuah perintah.

"Gue traktir minum deh di clu--"

"Dia belum cukup umur Ari sayang" potong Dera cepat masih dengan memainkan hpnya.

"Maksud lo KITA belum cukup umur!" koreksi Citra dalam hati dengan wajah yang sedikit kesal mendengar Dera menyebut Ari dengan embel-embel sayang.

"Ayolah der, kamu harus ganti waktu aku yang terbuang percuma buat nungguin kamu seharian kemarin" kata Ari lagi dengan sedikit memohon.

Dera masih tak merespon permohonan Ari, ia lebih memfokuskan matanya pada hp yang dipegangnya. Ari memindah posisi bangkunya menjadi lebih dekat dengan Dera, kemudian memainkan tangannya dengan menutupi layar hp Dera.

"Temenin aku ya? Ya ya ya?" kata Ari memohon.

"mmmm" kata Dera masih memainkan hpnya.

"Oh gue bisa kok dijemput disini aja" kata Citra lalu mengambil hp nya untuk menelpon salah satu bawahan papahnya. Ia masih berharap Dera akan berpaling melihatnya lalu menghentikannya dan akan mengantarkannya pulang, namun Dera masih diam saja berkutat dengan hp nya.

"hhhhhh ngebetein! Mending gue tidur aja tadi dirumah!" rutuknya dalam hati.

***

Ari yang sejak tadi memperhatikan Dera hanya tersenyum simpul mendapati Dera yang melamun dengan tangan masih memegang gelas kaca yang sudah kosong. Ia tau Deranya sedang memikirkan Citra, ia pun tau jika dirinyalah yang menyebabkan Dera menjadi serba salah menghadapi Citra.

Dengan langkah pelan dan masih mengikuti iringan musik, ia menghampiri Dera yang duduk membelakanginya.

Ia melingkarkan tangannya dengan manis di leher Dera dan berhasil membawa Dera kembali ke dunia nyata saat merasakan gerakan refleks Dera yang tersentak. Ia membungkuk agar bisa mencium pipinya dalam dan lama.

Ia menelusuri leher dan pundak Dera dengan hidungnya menyesapi aroma tubuh Dera kemudian kembali lagi ke leher dan menenggelamkan wajahnya diantara tangannya yang memeluk Dera dari belakang itu.

"Lu belum mabok kan?" tanya Dera yang dijawab dengan gelengan pelan yang mengusik lehernya.

"Kenapa ri? Sini" tanya Dera dengan menepuk sofa disampingnya.

Ari bergeming, ia malah mempererat pelukannya. Menumpahkan seluruh rindunya yang memuncak pada sosok wanita dalam dekapannya ini.

Ya, ia sangat merindukan sosok wanita yang terpaut 6 tahun dibawahnya ini dan sosok wanita yang lebih pendek 5 senti darinya. Sosok wanita yang selalu menebarkan pesonanya dan sama sekali tak menyadari itu. Sosok wanita yang selalu menggetarkan hatinya dan yang selalu membuatnya kecanduan untuk mendapatkan tatapan itu.

Saat pertama kali mengenal Dera yaitu saat acara Fashion Show yang diadakan oleh Victoria Donita Madison yang tak lain adalah ibu dari Dera sendiri 6 bulan yang lalu. Sejak saat itu ia selalu tertarik pada Dera, ia bahkan mengetahui bahwa Dera lebih tertarik dengan wanita dibandingkan pria dan ia selalu mencuri sedikit waktunya yang padat untuk bisa bertemu dengan Dera.

Puncaknya adalah dari sebulan yang lalu, ia benar-benar tak bisa mencuri waktu barang sebentar saja untuk menemui Dera. Disaat bisa menemui Dera ia malah harus berurusan dengan Citra.

"riiii gue nggak bisa nafas" kata Dera membuyarkan lamunan Ari.

Ari tersenyum dibalik wajahnya yang masih mendekap Dera, gerakan bibir itu disadari oleh Dera dan refleks ia pun ikut tersenyum. Ari melonggarkan pelukannya lalu mengecup sekilas leher Dera.

"temenin aku yuk" kata Ari yang langsung menarik Dera. Tidak ada perlawanan dari Dera, Ia mengalungkan tangan Dera dipinggangnya dan tangannya merangkul pundak Dera, ia mengajak Dera turun ke lantai dansa yang penuh dengan orang-orang yang menari mengikuti hentakan musik.

"rii gue ke kamar mandi dulu ya" kata Dera setelah hampir setengah jam mereka menari melompat-lompat mengikuti musik dari Dj yang sedari tadi mencuri pandang kearah Dera dan tatapan itu berulang kali tertangkap oleh Ari.

Ari mengangguk lalu mencium sekilas pipi Dera, "cepet balik" bisiknya tepat ditelinga Dera sambil menyeringai ke Dj yang sedang menatapnya dengan pandangan tidak suka. Dera membalasnya dengan ciuman di pipi Ari lalu meninggalkannya menuju kamar mandi. Ia kembali menyeringai lebar "not this time baby" batinnya.

Dera kembali menuju sofanya setelah memberitahu Ari, ia memesan beberapa minuman sambil masih memerhatikan Ari dengan teman-temannya yang berada di meja bar.

"Hei Dera"

"Nico! Hei"

"Tumben lu kesini, bareng siapa der? Citra?" kata Nico lalu duduk dihadapan Dera mengambil botol yang dipegang Dera lalu meminumnya.

Ari yang duduk di meja bar masih terus memperhatikan Dera yang mengobrol dengan Nico, ia menenggak habis minumannya. Ia mengangguk saat pelayan bar menawarkan lagi untuk dituangkan minuman ke gelasnya.

Ia hampir saja melempar gelas yang dipegangnya saat melihat Nico memperkenalkan teman wanitanya ke Dera, wanita yang tidak lain adalah Dj yang tadi memainkan musik di club ini. Dengan cepat ia menoleh kearah panggung tempat Dj tadi, ternyata tempat wanita itu sudah digantikan oleh pria yang memakai earphone dan memainkan musik.

Ari kembali menenangkan dirinya sendiri, namun gagal saat Nico meninggalkan Dera dengan Dj itu lalu dengan sengaja ia menarik tangan Dera dan mencium pipinya. Ari meremas gelas yang dipegangnya lalu menenggak habis minumnya lagi dan dengan kasar membanting gelas tersebut diatas meja bar.

Dera tersentak saat mendapati Ari yang sudah berada disampingnya tersenyum dengan rambut acak-acakan, tangan yang menenteng heels nya dan melipat sempurna didepan dada.

"Ri... please jangan bilang lo mabuk" kata Dera yang langsung berdiri mendekati Ari.

"Siapa lo?" tanya Ari tak mempedulikan Dera yang ada didepannya.

"Ri itu temen gue"

"Temen apaan! Dia itu ngincer kamu tau nggak! Dia daritadi emang mau deketin kamu!"

"Sori ca, lo balik dulu ya, dia lagi mabuk" kata Dera lagi.

"Okay, lo tau tempat gue dimana" katanya dengan mengerlingkan matanya lalu beranjak pergi.

Ari meletakkan sepatunya diatas meja lalu duduk menyender dengan menyilangkan kakinya sambil tersenyum memandang Dera.

Dera mengambil hp nya dan menelpon rumah untuk minta dibawakan mobil, karena jelas tak mungkin membawa seseorang yang sedang mabuk dengan motornya. Apalagi seseorang itu Ari, ia sangat tau sekali bagaimana sikap Ari bila sedang mabuk.

Selesai menelpon ia berbalik melihat Ari yang menepuk-nepuk sofa menyuruhnya duduk. Ia hanya menuruti dan duduk disampingnya. Ari beranjak dari kursinya lalu duduk dipangkuan Dera dan mengalungkan tangannya dileher Dera.

"Apa lagi?" tanya Dera.

Lagi-lagi Ari hanya tersenyum menatap Dera.

"Lo jangan senyum-senyum gitu napah, gue disangka ngobrol sama orang mabuk yang gila"

"Orang mabuk emang gila kan sayang?" jawabnya lalu memeluk Dera dan meletakkan dagunya dipundak Dera.

"Jantung kamu berdetak cuma sama aku kan?" tanyanya lagi dibelakang Dera memainkan dagunya diatas pundak Dera.

"Kalo jantung gue nggak berdetak berarti gue nggak hidup dong, gue bukan vampir ariii" jawab Dera gemas mencubit hidung Ari.

"Aku nggak apa-apa kok kalo daranhnya kamu isep"

"Dih ari, gue yang nggak mau. Darah lo rasanya alkohol. Yuk ah gue anter pulang" kata Dera setelah mendapatkan pesan kalau mobilnya sudah diluar.

Dengan sigap Dera memapah Ari dengan tangan kanannya dan tangan kirinya membawa sepatu Ari keluar club menuju mobilnya lalu mengantarkannya menuju hotel tempatnya menginap. Jalanan saat ini sangat sepi karena jam yang masih menunjukkan pukul 3 dini hari.

Setelah sampai dihotel, ia memapah Ari yang masih berceloteh asal khas orang mabuk menuju lift dan menolak bantuan pelayan yang menawarkan bantuan untuk membawanya ke kamar. Ia merogoh tas kecil Ari untuk mencari kunci kamarnya, setelah pintu kamar terbuka Dera menaruh sepatu Ari disembarang tempat kemudian membawa Ari ke kasur.

Ari menarik tangan Dera agar mengikuti arah wajahnya yang duduk di tepi kasur. Ia mendekatkan lagi wajahnya, menatap mata, hidung lalu berakhir dibibirnya. Ia mengecup bibir itu lama, dan tidak ada balasan dari Dera. Ia kembali melumat pelan bibir itu dan berhasil, Dera mulai terpancing dan membalas lumatan Ari. Tangan Ari sudah berpindah di pinggang Dera, meremasnya sedikit dan menariknya agar mendekat. Dera menaikan lututnya diantara kaki Ari lalu mendorong tubuh Ari agar tidur dikasur. Dengan cepat tangan Ari membuka pengait jeans yang dikenakan Dera lalu menarik bajunya agar dilepaskan. Dera melepaskan pagutannya untuk sekedar mengambil nafas dan melepas bajunya, Ari tersenyum mengamati tubuh eksotis yang dimiliki wanita didepannya ini. Ia kembali menarik punggung Dera menyatukan kembali pagutan yang sangat dinikmatinya. Dera menggeser lututnya sampai menyentuh bagian bawah perut Ari, ia mengerang pelan membuat Dera gencar melanjutkan aksinya. Ia mulai menciumi leher Ari dengan satu tangan meremas dadanya, membuat Ari semakin mengerang dan menekan tangannya yang berada dipunggung Dera.

"Please ri jangan pancing gue, lo mabuk" kata Dera setelah sadar dan menghentikan aksinya.

Ari hanya tertawa pelan mendengar perkataan Dera. Dera mencium sekilas bibir Ari lalu kembali mencium keningnya dalam dan lama.

"Maafin gue ri. Lo tidur gih, gue balik ya" katanya sambil mengusap pelan leher Ari lalu berdiri mengaitkan jeans nya dan mengambil bajunya yang dilempar kesembarang arah tadi. Ia segera memakai bajunya lalu keluar dari kamar itu.

Setelah Dera pergi, Ari tersenyum membayangkan lagi kejadian yang baru saja dialaminya dengan Dera, ia berjalan ke jendela besar di kamarnya memandang kearah kota yang berkelipkan lampu-lampu. "I want you Dera Madison" bisiknya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro