FIRST
Sudah hampir 2 minggu ini Citra uring-uringan sendiri, siapapun dan apapun disekelilingnya selalu saja salah menurutnya. Bagaimana tidak? Mood baiknya sudah menguap tak karuan sejak malam di kafe itu, dimana Dera dengan sadar dan santainya lebih memilih wanita itu ketimbang dirinya.
Ya, memang Dera lah yang membuat moodnya hancur sejak malam itu. Dan tentu saja wanita yang dimaksud Citra adalah Ari yang lebih dulu dekat dengan Dera sebelum dirinya.
Parahnya lagi tanpa rasa bersalah, 2 hari setelah malam di kafe itu Dera sama sekali tidak menghubunginya. Dan ketika bertemu disekolah pun ia selalu sibuk dengan kegiatan yang lain, berjalan kesana kemari tanpa memperdulikan pandangan Citra yang selalu mengikutinya.
Citra semakin geram saja dengan kelakuan Dera yang selalu tak bisa ditebaknya. Ia makin kesal jika mengingat kejadian itu, ujung-ujungnya ia pasti uring-uringan sendiri dan akhirnya menyalahkan siapapun yang ada didekatnya.
Awalnya Citra berniat untuk ikut-ikutan menghindarinya, dan ia benar-benar membuktikan saat dua kali Dera mengunjungi rumahnya seminggu yang lalu dan dengan sejuta alasan ia menolak Dera masuk, ia juga menolak untuk mendengar semua kata-kata Dera.
Namun lama kelamaan ia seperti kemakan omongan sendiri, karena Dera rupanya tetap meneruskan aksi tak perdulinya pada Citra, malah semakin menghindarinya saat berpapasan disekolah.
Karena sekolah ini mempunyai sistem belajar "Moving Class" sama seperti saat kuliah, jadi kita yang berpindah ke kelas mata pelajaran tersebut. Tentu saja bukan hal yang sulit untuk bertemu dengan kakak kelas, anak IPA maupun IPS karena setiap berpindah kita pasti selalu berpapasan dengan kelas lain bahkan bersampingan dengan kelas IPS ataupun kakak kelas.
Kemarin Citra sempat mencuri pandang dikelas Dera yang sedang kosong dan ia melihat Dera yang tidur diatas meja dengan menelungkupkan kedua tangannya lengkap dengan earphone yang menempel dikedua telinganya.
Hari ini pun jadwal kelasnya Dera ada di Bahasa Indonesia 2, tepatnya melewati kelas Citra. Saat ini memang kelas Citra sedang kosong dan hanya diberikan beberapa tugas saja, ia sengaja menunggu bel berbunyi didepan kelas dengan beberapa teman-temannya. Ia sengaja keluar hanya untuk melihat kelas XI IPA 1 itu lewat atau lebih tepatnya menunggu Dera melewatinya.
"Dera...dera...dera. Bukan bukan bukan. Loh eh!" batinnya yang masih mencari sosok Dera di antara siswa kelasnya itu.
"Duh anak itu kemana sih?!" jeritnya dalam hati saat tak menemukan Dera diantara rombongan kelasnya, ia bahkan hanya melihat Nita berjalan dengan teman-teman lainnya tapi tidak ada Dera diantaranya.
"Nggak ada Citraaaa, dia nggak ada. Udah deh lu temenin gue ke kantin yuk, gue haus nih" kata Fina setengah berteriak membuat Citra gelagapan karena rombongan kelas Dera masih diluar kelas dan sebagian menoleh kearah mereka karena omongan Fina.
Secepat mungkin ia menarik tangan Fina menuju kantin dan menghindari tatapan tanda tanya itu.
"Sumpah Fin! Lo bikin gue malu banget!!!!" kata Citra yang juga setengah berteriak saat berada didepan kantin.
"Abisnya lo serius banget nyariin dia, jelas-jelas dia yang paling menonjol dan tadi kelihatan banget kalo dia nggak ada kan" kata Fina disela-sela tawanya.
"Ya memang sih, tapi kan..... ah sumpah lo jahat banget Fin!!!!!!!!!!"
"Sorry Cit sorry, gue nggak sadar tadi. Lagian elo kalo ngeliat dia juga bawaannya marah-marah terus tapi masih dicariin juga" cibirnya yang seketika membuat Citra terdiam.
"Aaaaaaaahhh bodo! Kesel banget gue sama elu ra!!!" jeritnya dalam hati dengan menghentakkan kakinya, lalu berbalik dengan cepat.
PRAANNGG!
"Cit..." kata Fina tertahan.
Citra baru sadar setelah beberapa detik ia merasakan sakit dibagian kakinya, saat ia melihat dikakinya banyak darah kecil-kecil dan terpisah.
"Ya Tuhaannn, mbak maaf mbak. Ibu nggak sengaja, tadi ibu kaget terus piringnya jatuh, ya ampun ibu minta maaf ya mbak"
"Iya bu nggak apa-apa, saya juga yang salah tadi ngagetin ibu" kata Citra yang dibarengi senyuman meringis.
"Cit sumpah gue nggak ngerti apa-apa ngobatinnya" kata Fina dengan wajah panik. "Kita ke uks aja ya" ajaknya lagi lalu memapah Citra menuju uks. Untung saja saat ini bukan jam istirahat dan suasana diluar kelas juga tidak ramai.
Fina segera mendudukan Citra di tempat tidur yang terbuka gordennya.
"Cit lo tunggu sebentar, gue panggilin ibu Mely bentaran aja ya" katanya lagi yang tentu saja terlihat panik.
Citra menganggukkan kepalanya dengan meringis melihat kakinya yang sekarang penuh darah bercucuran.
"Ssssshhh ck" ringis Citra.
Ia terkejut saat gorden dihadapannya dibuka sedikit, dan ia lebih terkejut lagi saat mendapati siapa yang ada di tempat tidur hadapannya ini.
"DERA!!" jeritnya dalam hati.
Dera tersentak dan segera turun dari tempat tidur saat melihat darah dikaki Citra yang mengalir sampai ke telapak kakinya dan menetes di lantai. Ia segera menyiapkan kursi dan bak kecil, ia juga mengambil botol minumnya di tempat tidur yang tadi ditidurinya.
"Duduk dikursi situ dulu, gue bersihin lukanya ya" katanya lembut lalu memapah Citra ke kursi dan memasukkan kakinya di bak kecil tadi. Ia segera menuangkan air dibotolnya tadi ke kaki Citra yang penuh darah.
"Aww" teriak Citra yang refleks meremas bahu Dera yang ada didepannya.
Dera ikut meringis sambil menenangkan Citra yang kesakitan ini.
"Citra ibunya....." kata Fina tertahan saat melihat Dera yang sedang membersihkan luka Citra. Ia ikut berlutut disamping Dera yang masih serius dan cekatan membersihkan kaki Citra.
"Ambilin gue tisu dong Fin di atas meja" kata Dera. "Makasih" katanya lagi saat Fina menaruh tisu di lantai sampingnya.
Ia membersihkan kaki Citra dengan tisu, mengambil serpihan kaca yang menempel dikakinya.
Citra meremas bahu Dera lebih kuat saat tangan Dera mulai membersihkan lukanya. Dera menghentikan tangannya "dikit lagi Citra, liat tuh masih ada yang nempel kacanya" katanya lagi.
"Aww ra" teriak Citra memejamkan matanya.
"Udah kok udah nih liat udahan kok" kata Dera menenangkan lalu kembali menuangkan air sedikit di tempat serpihan kaca tadi.
Dera mengambil kain kering diatas lemari untuk dijadikan alas kaki Citra. Ia mengangkat kaki Citra lalu ditempatkan diatas kain tadi.
Ia kembali mengambil tisu dan mengeringkan kaki Citra yang tidak terkena serpihan kaca tadi.
"Eh mampus gue! Cit ada guru lain dikelas yang masuk, duh gue balik duluan nggak apa-apa ya Citra?" katanya Fina yang fokus melihat handphonenya.
"Iya lo balik duluan aja nggak apa-apa" kata Citra.
"Eh iya..... lagian kan ada kak Dera" katanya memainkan alisnya ke Citra membuat Citra membulatkan matanya. "Oh iya kak, makasih ya, gue nggak ngerti masalah kaya ginian dan gue juga panik tadi kak. Gue nitip Citra ya kak, gue balik ke kelas dulu" katanya lagi dan sebelum pergi Fina sempat mengerlingkan matanya sambil tersenyum lebar ke Citra.
Hening. Dera masih sibuk mengeringkan kakinya dan sedikit meniupnya.
"Muka lo pucat ra" kata Citra yang memang baru sekarang bisa fokus memandang wajah Dera.
"Eh dia kan emang dari tadi di uks ya? Berarti dia sakit dong" batin Citra.
"Lo sakit ra?" tanyanya lagi.
"Pusing aja kok tadi" jawab Dera lalu berdiri mengambil obat merah, plester dan perban didalam lemari.
Dengan cekatan ia meneteskan obat merah di bagian kaki Citra yang banyak terkena serpihan kaca, Citra meringis sambil memegang tangan Dera.
"Sakit ya? Tahan dong, dikit lagi nih" kata Dera sambil meniup tetesan obat merah dikaki Citra. Ia segera melilitkan perban dikaki Citra dan menempelkan beberapa plester di luka yang lain.
"Sudah nih princess" kata Dera yang sukses membuat pipi Citra bersemu merah mendapatkan panggilan itu lagi dari Dera.
Dera tersenyum melihat reaksi Citra yang masih sama. Ia segera berdiri dan membuang air didalam bak kecil tadi ke kamar mandi di dekat uks.
"Lo duduk aja Citra, biar gue yang beresin" kata Dera setelah kembali, melihat Citra yang membersihkan darah dilantai yang tadi menetes dari kakinya.
"Udah kok nih" kata Citra.
Dera segera membantu Citra duduk di tempat tidurnya lagi. Disaat Dera berbalik Citra melingkarkan tangannya dipinggang Dera, ia menggeser sedikit kakinya lalu menarik Dera kembali dan memeluknya. Ia menempelkan seluruh badannya di punggung Dera.
Deg!
"Ah detakan ini, gue sampe lupa gimana rasanya bisa berdetak kaya gini lagi pas lagi sama ini orang dan gue kangen banget sama desiran darah yang mengalir dengan ritme ini" batin Citra, ia sudah tak peduli lagi jika Dera merasakan jantungnya yang berdetak seperti ini. Ia tak mau menutupi dan selalu menghindar dari perasaan ini lagi.
"Gue kangen" lirihnya mempererat pelukannya ke Dera.
Dera tersenyum, mengelus tangan Citra yang masih berada diperutnya. Ia melepaskan pelukan Citra saat merasakan punggungnya basah, ia berbalik dan melihat Citra yang menundukkan kepalanya sambil menggigit tangannya.
"raaa kenapa nangis? hm? Jangan di gigitin dong" kata Dera melepaskan tangan Citra dari mulutnya.
Ia menghapus air mata Citra dengan ibu jarinya lalu mengangkat wajahnya agar bisa menatapnya. Pelan tapi pasti Dera memajukan wajahnya hingga dekat dengan wajah Citra, menghapus jarak diantara wajah mereka.
Citra sedikit memejamkan matanya saat wajah Dera makin mendekat kearahnya. Ia tak mau lagi terjebak dengan permainan Dera yang selalu menggodanya.
Namun ia salah, Dera sama sekali tak memundurkan wajahnya dan juga tak melewati wajahnya. Kali ini Dera sama sekali tidak menggodanya, bibirnya yang terkatup rapat sekarang sudah menempel dengan bibir Dera. Kali ini mereka benar-benar berciuman, dan orang pertama yang merebut ciuman pertama Citra adalah Dera.
Jantung Citra yang sedari tadi marathon sekarang meledak seperti kembang api. Seperti ada ratusan bahkan ribuan kembang api yang saling berebut untuk meledakkan diri didalam tubuhnya.
Dera tersenyum sekilas lalu melumat pelan bibir bawah Citra, ia merasakan lengannya di remas. Ia menghentikan lumatan lalu mengecup bibir Citra dalam dan lama.
Saat Dera melepaskan kecupannya dan menarik mundur wajahnya, Citra pun refleks ikut memajukan wajahnya kemudian membuka matanya masih dalam keadaan bibir yang dimajukan sedikit. Dera tersenyum geli melihat kelakuan Citranya, sedangkan Citra tertunduk menempelkan dahinya tepat dibawah leher Dera sambil ikut tersenyum.
Tangan Citra melingkar dengan manis di pinggang Dera, ia menarik Dera agar lebih mendekat padanya. Ia mengangkat kepalanya menatap Dera yang sedikit pucat masih tersenyum menatapnya.
Tanpa ba bi bu, Dera langsung mencium bibir Citra lagi. Dan kali ini lebih liar, ia melumat bibir Citra namun lebih kuat membuat Citra mengerang dan meremas baju Dera. Ia tak membiarkan Citra lepas darinya, ia tetap melanjutkan aksinya.
Dera langsung melepaskan ciumannya dengan kasar saat merasakan anyir di bibir dan lidahnya, membuat Citra tersentak dan membuka matanya. Citra lebih terkejut saat melihat hidung Dera yang mengeluarkan banyak darah, dan darah yang berada di atas bibirnya sudah belepotan kemana-mana.
"Lo mimisan ra" kata Citra panik "dan wajah lo pucat banget ra" katanya lagi.
Dera mengambil tisu dan melihat dirinya dipantulan kaca, wajahnya yang terlihat lebih pucat dari sebelumnya ditambah dengan darah yang menempel dimana-mana. Bukan hanya dia saja, di pipi bahkan di bibir Citra pun juga menempel darah yang berasal dari hidungnya. Ia mengambil tisu dan diberi sedikit air lalu membersihkan darah yang ada di wajah Citra.
"Udah, gue bisa sendiri. Lo tidur gih ra" kata Citra mengambil alih tisu di wajahnya.
"Pusing ra" rengek Dera sambil memegang kepalanya.
"Udah tidur gih, tangan lo dingin banget gini. Lo kedinginan nggak?"
"Iya ra, dingin" katanya pelan sambil mencoba berbaring.
Citra berpindah dari tempat tidurnya, ia duduk disamping Dera mengusap-usap tangan Dera agar hangat. Dera tersenyum memandang Citra yang sibuk sendiri dengan kegiatannya.
"ra gue minta maaf ya buat yang di kafe itu" lirih Dera dengan mata yang sudah setengah terpejam.
"Ssstt apaan sih, udah ah nggak usah dibahas, gue udah lupa" bohong Citra yang masih sibuk mengusap-usap kedua tangan Dera.
Citra masih terus mengusap-usap tangan Dera sampai Dera benar-benar terlelap. Ia memperhatikan malaikatnya yang sedang tertidur dengan menggenggam tangannya, ia tersenyum membayangkan kejadian yang baru saja dialaminya.
"Makasih malaikat cantik. Gue nggak ngerti ini apa tapi gue seneng banget dan gue sangat berharap bisa disamping lo terus, bukan hanya sesaat"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro