Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

An Angel's Body

Disinilah Citra didepan salah satu istana yang super megah diantara istana-istana lain yang berjejer apik di kawasan ini. Ini adalah perumahan elit khusus dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa tinggal disini.

Bukan tanpa alasan Citra berada disini sekarang, ia hanya bermodalkan dua bodyguard dari papanya dan alamat dihpnya yang menuntunnya kesini.

"Bangdon, beneran yang ini rumahnya?" tanya Citra yang masih duduk di jok belakang. Bangdon adalah panggilan dari abang Doni salah satu orang yang disewa papanya.

"Yaiya neng, ya ini rumahnya. Saya turun dulu ya neng"

"Ehhh nggak usah! Citra aja bangdon, nanti kalo Citra kesusahan Citra bakalan teriak-teriak deh ya" katanya asal lalu turun mendekati pagar yang menjulang tinggi membatasi istana didalamnya.

"Ada perlu apa?" tanya seorang laki-laki yang berpakaian serba hitam dan diikuti beberapa temannya berdiri dibelakang pagar.

"Mmm anu sa-"

"Citra? Citra Ramona?" potong laki-laki itu cepat.

Citra menganggukan kepalanya, kemudian mereka membukakan pagar dan mempersilahkan Citra masuk.

"Non Citra langsung ke lantai dua ya, abis itu ke kanan pintu pertama pokoknya" kata seorang ibu yang bisa Citra asumsikan itu pembantu rumah tangganya. Citra hanya tersenyum dan langsung menuju ke lantai dua"

Citra berkali-kali menelan ludah dan berdecak kagum dengan desain rumah yang sangat memukau dan juga barang-barang didalamnya yang memberikan kesan yang mewah dan berkelas.

"Wajar ajalah kan emaknya model" batinya sambil mengedarkan pandangannya.

Citra mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu, karena pintunya tidak ditutup rapat. Tanpa pikir panjang, ia masuk kedalam dan melihat seorang malaikat yang tertidur diatas bed cover king size. Setidaknya itulah yang pertama kali terbesit dipikirannya, karena ia memakai kemeja putih transparan dan posisi tidurnya membelakangi Citra, jadi terlihat jelas punggungnya yang dipenuhi oleh tato sayap.

Selimutnya yang hanya menutupi sampai pinggul membuat lekukan tubuhnya terlihat jelas dan memberikan kesan seksi yang sangat berkelas.

Sekali lagi Citra menelan ludah, tenggorokannya benar-benar butuh pelumasan sekarang hanya karena melihat makhluk didepannya ini. Dan entah kenapa aksi menelan ludah itu malah membangkitkan reaksi jantungnya untuk berdetak lebih kuat dan cepat seakan ingin keluar dari tubuhnya.

Citra merutuki dirinya sendiri karena tidak bisa mengontrol tubuhnya yang selalu kumat jika berada didekat orang satu ini.

"Sini" katanya sambil menepuk-nepuk kasur disampingnya, membuyarkan lamunan Citra.

"Hah?" kata Citra yang belum sepenuhnya sadar.

Dengan gerakan yang sama ia menepuk nepuk kasur disampingnya, menyuruh Citra duduk disampingnya.

Citra masih melongo menatap punggung itu, kemolekan lekukan tubuhnya yang mampu membuat nafasnya naik turun.

"OMG tattonyaaaaaaaaa, pen gigit" batinnya yang menjerit-jerit.

Ia menggeleng-gelengkan kepalanya cepat, lalu berjalan dengan pelan. Tetapi detak jantungnya ikut berdetak semakin cepat diikuti setiap langkahnya mendekati kasur itu. Perutnya mual, kakinya gemetaran mendapati dia yang sedang memejamkan matanya dengan rambut yang berantakan menutupi sebagian wajah cantiknya.

DEG! Jantungnya bekerja makin tak karuan. Ruangan ini ber-AC namun kedua tangannya terasa dingin sekali dan peluh-peluh yang sejak tadi berkumpul didahinya pun berjatuhan satu per satu. Citra mengacak rambutnya lalu menghempaskan badannya di atas sofa yang ada didepan kasur itu dan mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajahnya.

"Bisa kena serangan jantung mendadak gue kalo lama-lama disini" batinnya.

Dera melirik Citra yang sedang sibuk mengipasi wajahnya dengan tangan, ia tersenyum melihat kelakuan Citra yang terkena jahilannya.

"Gue nggak mau ngabisin waktu gue buat nungguin elu tidur" kata Citra setelah bisa menguasai dirinya.

"Aaaarrgghh bo'ong banget!!! Gue mau nungguin elu tidur kok beneran deh" jeritnya dalam hati tak terima dengan apa yang barusan dia katakan.

Dera hanya mengedipkan matanya genit ke Citra sambil tersenyum, dan kelakuannya itu sukses membuat Citra gelagapan. Lagi. Dera terkekeh pelan sambil bangun dari tidurnya ke posisi duduk lalu membungkus badannya dengan selimut.

"Ada apaan sih?" tanya Citra lagi mengacak rambutnya pelan.

"Aaaakkk sumpah elu cantik banget" batinnya melihat Dera yang masih merem melek dengan rambut yang belum diaturnya.

"Elu kok lama sih? Perasaan gue sms sejam yang lalu kenapa elu baru nongol sekarang?"

"Ya suka-suka gue lah, gue juga punya banyak urusan kali"

"Terus kenapa lu dateng?"

Sekali lagi Citra mengacak rambutnya lalu berdiri dari kursinya.

"DUDUK!!" perintah Dera dengan nada yang tegas, membuat Citra kembali duduk dengan senang hati.

Dera bergeser ketepi ranjang menata rambutnya sebentar lalu menoleh ke Citra lagi sambil tersenyum jahil. Ia berdiri dan disaat itulah Citra tercekat melihat Dera yang ternyata dari tadi hanya mengenakan bra dan celana dalam yang dibalut kemeja putih transparan.

Saat ini Citra seperti berada di efek slow motion. Dimana Dera berjalan menuju pintu kamar dengan kaki jenjangnya yang putih mulus dan memperlihatkan celana dalamnya yang berwarna hitam, tangannya yang bergoyang mengikuti arah jalannya bahkan terlihat sempurna dimata Citra. Kemudian tangannya meraih daun pintu dan mendorongnya perlahan menutup sempurna, ia juga memutar kunci dan menaruhnya diatas meja.

Kemudian dia berbalik menatap Citra, menyenderkan badannya pada pintu dan melipat kedua tangannya. Citra berusaha untuk tetap ingat bernafas karena selama beberapa detik tadi ia sempat menahan nafasnya melihat kelakuan Dera. Kelakuan Dera atau karena Citra yang terbawa suasana? Ia hanya menggeleng pelan, namun jantungnya mulai keterlaluan, hawa yang ada disekitarnya mendadak menjadi panas, darahnya mengalir lebih cepat, tubuhnya mulai tak terkontrol! Bahkan paru-parunya juga mulai ketularan karena berhenti bekerja, Citra merasa seperti kehabisan oksigen untuk dihirupnya,

Dera mulai berjalan menuju Citra yang masih duduk memperhatikan gerak-geriknya tanpa kedip. Dari sekian banyaknya kancing dikemejanya Dera hanya mengaitkan kancing yang berada ditengah, yang otomatis bagian atas dan bawah tubuhnya terbuka dan terlihat dengan jelas lekukan tubuhnya yaaaaannnngggg...aduhai.

Citra berulang kali meremas rambutnya dan berusaha mengalihkan matanya dari Dera yang makin mendekat kearahnya, ia tak tahan menatap kemolekan tubuh makhluk didepannya ini. Lekukannya tubuhnya yang sangat mempesona dan siapapun pasti rela membayar super mahal untuk memandangnya sedekat ini, dan Citra? Dia merasa beruntung? Iyalah. Bingung, resah gelisah? Ya pasti lah, dia belum pernah merasakan ini sebelumnya ditambah lagi dengan wanita didepannya ini yang dengan sengaja menggodanya.

Oke matanya tak mau kerjasama dengan pikirannya yang menyuruh mengalihkannya dari Dera. Sekali saja matanya berkedip, hatinya selalu menjerit-jerit tak terima karena telah melewatkan kesempatan yang tak datang dua kali ini. Entah kenapa ia menikmati pemandangan eksotis yang ada didepannya ini, semakin dekat, dan sekarang Dera sudah berdiri didepannya, berdiri tepat dihadapannya.

Posisi Citra yang duduk di atas sofa sekarang berhadapan persis dengan perut Dera yang terlihaaaaaatttt menggiurkan, repeat menggiurkan. Sedikit saja matanya melirik keatas ia dapat melihat dengan jelas dua benda mungil yang cantik dibalut bra hitam yang terlihat sangat pas dengan tubuhnya yang sem-pur-na.

Dera tersenyum geli melihat wajah Citra yang terlihat sangat lucu dengan bibirnya yang sedikit terbuka, membuatnya semakin gencar menggoda Citra. Tangannya menyentuh pipi Citra lembut lalu turun perlahan ke bibirnya.

"Ntar kemasukan kecoa raaa" katanya sambil menutup mulut Citra dengan menaikkan bibir bawah Citra dengan memainkan jari-jari tangannya.

Citra masih bergeming lalu membuang pandangannya kearah jendela besar berada disampingnya. Dera terkekeh pelan lalu duduk disamping Citra yang membelakanginya dengan posisi menyender di lengan sofa dan menyilangkan kakinya didepan Citra.

"Kenapa si ra? Lu butuh apa dari gue?" tanya Citra yang mencoba bersikap cuek namun gagal karena sempat mencuri pandang ke Dera.

"Lu masih pake tanya gue butuh apa?" tanyanya sambil menaikkan satu alisnya..

"Apasih? Jangan bikin gue nyesel datang jauh-jauh kerumah lu deh" katanya yang kali ini menoleh ke Dera.

"Terus kalo gue bilang gue nggak butuh apa-apa dari lu gimana? Lu kan udah disini juga, yakin nyesel datang kesini?" tanyanya menggoda dengan mengedipkan matanya.

"Enggak raaaaa, gue nggak akan nyeseeeellll!!!" batinnya menjerit namun ia hanya membuang mukanya ke jendela.

"raaaaaaaaa..." panggil Dera yang masih cemberut dicuekin Citra.

"hmm?" jawabnya tanpa melihat kearah Dera.

"Gue hamil!!" teriak Dera asal yang langsung mendapatkan satu jitakan keras plus pelototan ekstrem dari Citra tak sampai disitu Citra langsung melemparkan bantal kecil yang menjadi sandarannya kepangkuan Dera. Ia bisa hilang akal melihat Dera yang hampir tak berbusana itu berada disampingnya.

Dera meringis pelan sambil mengelus kepalanya lalu melemparkan bantal kecil tadi ke Citra dan merubah duduknya menjadi bersila. Kali ini Citra benar-benar tak bisa fokus hanya memandang wajah Dera saja, otot-otot matanya selalu menarik bola matanya agar digerakan kebawah. Dan benar saja, lirikannya yang tak disengaja itu berkali-kali tertangkap oleh si empunya tubuh. Dera terkekeh pelan lalu menarik bantal yang tadi dilemparnya dan ditaruhnya dengan manis dipangkuannya.

"Elu butuh apa sih dari gue? Gue bukan bapaknya" kata Citra yang kali ini membuang mukanya lagi ke jendela sambil pelan-pelan menghembuskan nafas lega karena penderitaannya selesai juga.

"Citra! Gue becanda aja kali. Ya butuh penjelasan elu lah, maksud lu apa tadi ngerjain gue di sekolah hah? Mau bikin gue mati? Walaupun tadi hampir mau mati sih" katanya dengan emosi namun dikalimat terakhir ia menurunkan intonasinya.

Citra tertawa terbahak-bahak mengingat kejadian tadi siang, mengingat bagaimana wajah Dera yang ketakutan setengah mati karena ulah teman-temannya, eh ulahnya Citra sendiri.

"Jahat banget" kata Dera sambil melempar bantal kecil yang ada dipangkuannya tadi membuat Citra meredam tawa menggunakan punggung tangannya dengan berdehem.

"Iyaiya maaf, lagian elu resek banget kalo akting"

Dera mendengus kesal lalu melipat kedua tangannya yang otomatis gerakan itu membuat bajunya tertarik keatas dan memperlihatkan bagian bawah perutnya. Sekali lagi Citra menelan ludah dan melempar pelan bantal kecil itu ke pangkuan Dera lagi.

"Terus elu maunya apa deh?" tanya Citra yang syukurnya kali ini bisa bertahan untuk melihat hanya wajah Deranya saja.

Dera menggeser tubuhnya mendekati Citra, menempel disampingnya. Tidak ada perlawanan dari Citra namun jantungnya berulah lagi! Bahkan semakin nyaring saat Dera mendekatkan wajahnya depan Citra. Aroma tubuh Dera perlahan menyeruak kedalam penciumannya, membangkitkan memori saat pertama kali bertemu dengannya. Dera mencium pipi bawah Citra tepat disamping bibirnya, nyaris sekali mengenai bibirnya. Dera menciumnya lama dan dalam lalu menggeser bibirnya perlahan menelusuri wajahnya ke telinga Citra dan gerakan itu membuat darah Citra berdesir dan urat-uratnya yang menegang secara tiba-tiba.

"Next time kita jalan bareng yah" bisiknya pelan.

wdyt? :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro