Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#22. Masa Muda

Dering alarm memenuhi indra pendengaranku. Kenikmatanku di alam mimpi pun terusik. Di kala kesadaranku yang mulai kembali menyambangi dunia nyata, dengan malas, aku membuka mata. Cahaya mentari pagi menyusup dari ventilasi, menerangi ruangan istirahatku dan perlahan membuat pandanganku yang kabur menjadi lebih normal.

Suara berisik masih saja keluar dari ponselku. Alih-alih beranjak untuk mematikannya, aku malah tiarap, menggeliat malas, dan membuat sprei kasur menjadi lebih kusut. Hanya menunggu beberapa detik untuk alarm tersebut menghentikan kebisingannya.

Mataku menyipit, melirik jam besar yang tergantung pada dinding oranye. Mengetahui pukul berapa sekarang tidak menghilangkan sedikit pun kemalasan yang menguasaiku. Rasa-rasanya bergelung dalam selimut dan beristirahat sepanjang pagi adalah opsi yang mau aku lakukan.

Wajah para konsumen dari jamur yang aku jual tiba-tiba terbayang. Sejak awal, aku hanya berfokus untuk memikat hati Erina. Karena itulah baru kemarin aku bisa menikmati senyuman mereka yang membeli dan menyantap daganganku.

Yah, mungkin hal semacam itu tidak akan pernah terjadi lagi.

Entah apa yang terjadi di sekolah hari ini. Yang pasti, aku akan dihadapkan dengan situasi yang lebih menyebalkan lagi.

Tapi lari dari masalah tidak akan menyesaikan apapun, setidaknya tentang hal ini. Tentu saja aku tidak bisa bolos sekolah selamanya atau tiba-tiba pindah ke luar kota.

Benar. Menghadapinya adalah pilihan bijak.

Aku mengangkat punggungku, menurunkan kaki, dan duduk di tepi tempat tidur. Aku menyempatkan diri untuk memerhatikan jarum merah.pada jam dinding yang terus berputar. Yah, prakiraanku mengatakan, bila aku ngebut sengebut-ngebutnya, mungkin masih bisa masuk sekolah tepat waktu. Tapi kini aku tidak mood untuk melakukan hal itu.

Dengan sekali helaan napas, aku berdiri dan menuju kamar mandi.

--K.I.M.O.C.H.I--

Bisa dikatakan secercah keberuntungan sedang menyertai diriku. Satpam yang menjaga gerbang sedang tidak ada, jadi aku bisa menyelinap ke tempat parkir. Suasana sekitar yang sangat sepi mengindikasikan jam pelajaran pertama telah dimulai. Sekarang tinggal berharap pak guru di kelas tidak memberikanku hukuman yang macam-macam.

Dengan langkah kecil, aku menyusuri lorong. Menyempatkan diri untuk melirik ke dalam ruang kelas yang dilewati dan terkadang melihat bisikan aneh dari para murid yang melihat sosokku. Situasi tersebut menguatkan spekulasi bahwa video kamvret itu sudah disebarkan sesuai janji. Aku menghela napas berat, mengangkat kaki guna menaiki tangga, dan sampai di depan kelas XI IPS-2.

Lagi-lagi, sebagai persiapan, aku menghela napas sekuat-kuatnya. Setelah merasa cukup tenang, aku membuka pintu. Keheningan yang berada di dalam kelas ini kini berubah janggal ketika perhatian para murid teralih padaku. Bisik-bisik pun tercipta di antara mereka di saat aku berujar kepada pria paruh baya yang tengah duduk di dekat papan tulis (baca: guru).

"Maaf, Pak. Saya terlambat ... datang ...."

Keragu-raguan membuatku enggan untuk beralasan. Tian bilang akan menyebarkan video itu, kan. Jadi ada kemungkinan guru-guru juga telah melihatnya.

Ah, tampaknya ini akan menjadi semakin rumit.

"Cepat duduk. Pelajarannya mau dimulai."

Senyuman pahit dan anggukan kecil merupakan responsku sebelum berjalan menuju kursiku dan duduk di sana. Sekarang, jika diandai-andaikan, aku seperti sedang berada pada acara uji nyali di tempat angker; pandangan, bisik-bisik penuh rahasia, dan suasana awkward yang kurang lebih sama dengan ketakutan terhadap hantu. Yah, meskipun aku sebenarnya tidak takut dengan hal-hal gaib semacam itu.

Butuh waktu yang lumayan lama agar bisa mengabaikan perhatian teman-teman sekelas yang terus-menerus mencuri pandang ke arahku. Memusatkan konsentrasi sepenuhnya pada pelajaran atau sekadar melamun, dan tanpa terasa istirahat pertama pun tiba. Tanpa membuat kontak denganku, mayoritas murid-murid di sekitar berhambur keluar, menyisakan beberapa siswi dan aku yang masih bergeming—melamun menghadap jendela kaca.

Biasanya di jam-jam sekarang ini, Erika dan komplotannya akan menghampiriku, lalu memulai perbincangan basa-basi mengenai hal-hal yang sebenarnya tidak aku mengerti. Selain mereka, ada juga Suci yang akan nimbrung untuk memesan beberapa jamur goreng padaku. Tapi kini, mereka semua hanya menatapku jijik sembari keluar dari kelas.

Rasa sebal dan bosan seakan bercampur menjadi satu. Memperbaiki apa yang telah rusak itu tidaklah mudah. Sebanyak apapun kebaikan yang pernah dilakukan, semuanya akan tertutupi oleh sedikit keburukan yang sengaja maupun tidak sengaja kita perbuat.

Tapi entah kenapa, jauh di lubuk hati, aku tidak berharap untuk memperbaikinya. Ini adalah hukuman bagiku. Hukuman untuk masa mudaku.

Oh iya, ngomong-ngomong, Johar sedang absen hari ini. Kira-kira apa yang sedang dia lakukan?

"A-anu ... Bintang ...."

Seruan itu perlahan membuatku menoleh ke arah si empunya. Dan tereksposlah seorang cewek berkepang dengan kacamata minusnya. Namanya Rika. Rasa-rasanya baru kali ini dia berbicara denganku.

"B-biar pun begitu, aku tetap mau menjadi temanmu, Bin."

Sejenak aku tidak mengerti apa yang ia katakan. Kemudian mataku membulat sempurna ketika melihat sosok yang berada di dekat pintu masuk kelas. Sosok yang aku kira tidak akan pernah sudi lagi untuk menemuiku.

Erina ....

"Sudah dulu ya Bin. Sampai jumpa."

Rika melakukan gestur perpisahan dan setengah berlari melewati pintu kelas. Bertepatan dengan itu, Erina masuk, mendekatiku dan melipat kedua tangan di depan dada.

Sepertinya ada yang salah di sini.

"Mau apa—"

"Kak Bintang mau bolos kerja, ya?"

"... Eh?"

Nada bicaranya terkesan kesal. Ia menarik lengan bajuku, memaksaku untuk mengikuti jejaknya ke luar kelas.

"O-oi, Erina. Kau melihat video tentang aku itu kan ...."

"Hn. Tentu saja. Itu adalah kata-kata yang luar biasa, Kak Bintang," jawabnya tanpa menunjukkan sedikit pun keraguan.

"Jadi ... kenapa kau masih mau aku menjualkan ... jamurmu ...."

"Karena aku mau Kakak yang melakukannya."

Heranku kini tergantikan dengan kaget. Bukan hanya karena jawaban Erina tadi, tapi juga karena apa yang terjadi di seberangku. Siswa-siswi berkerumun. Dan yang menjadi pusat dari keramaian tersebut adalah cewek yang sudah tidak asing lagi.

Tunggu dulu. Apa yang sedang terjadi?

Setelah menyadari keberadaanku, cewek itu—Aila melambaikan tangannya, membisikkan sesuatu pada Adena—yang berada di sebelahnya—lalu datang menghampiriku.

"Yo, Bin. Mulai sekarang, aku juga jadi sales jamur Kimochi."

"... Eh!?" Aku berujar kaget dan agak terlonjak. "Kenapa bisa!?"

Sembari menyilangkan kedua tangan di depan dada, Aila menjawab dengan nada bangga. "Karena aku lagi nganggur. Selain itu, dengan begini kan kita berdua bisa bertarung dengan lebih adil."

Ah, ternyata dia masih saja memikirkan pertarungan sales itu. Oke, sekarang aku paham tentang kode yang coba dia berikan.

Tak lama kemudian, Adena bergabung dan melemparkan sebuah senyuman padaku. Ia mencondongkan kepala, membisikkan sesuatu tepat di sebelah telinga kiriku.

Ya, sesuatu yang sontak membuatku membelalak heran.

Aku pun saling bersitatap dengan Adena yang telah menarik kembali kepalanya. Sorot matanya telah meyakinkanku bahwa ia memang serius dengan ucapannya barusan.

Semuanya terasa begitu aneh.

"Oh iya, kami baru saja membuat nama khusus agen penjualan jamur Kimochi."

Aku mengangkat sebelah alis, mencoba memperlihatkan tingkat penasaran. Tak lama kemudian, Aila kembali melanjutkan ucapannya.

"Namanya adalah ... Ikeh-Ikeh Kimochi!"

"Eh!? Nama macam apa itu!?" teriakku spontan.

"Aku juga tidak tau ... ah, tapi kata Kak Aila artinya sangat bagus."

Yang menyahut adalah Adena, diiringi dengan senyuman malu-malunya seperti biasa.

Perasaan gado-gadoku sebelumnya kini mulai tertanggulangi. Itu mungkin bukan karena apa respons yang diberikan Adena dan Erina mengenai diriku. Tetapi sesuatu yang lebih dalam lagi dan sulit untuk dijabarkan dengan kata-kata.

Setiap orang, di manapun posisinya, pasti akan berhadapan dengan yang namanya masalah. Beberapanya disebabkan oleh harapan dan tindakan yang tak jarang terkesan begitu kontradiktif. Aku harus membuka mata untuk melihat dunia yang lebih besar lagi.

Erina adalah cewek yang kuat. Tingkah dan pemikirannya yang sulit ditebak memang menyebalkan. Namun diibalik tampang datarnya, ada semacam pesona tersembunyi yang terpancar. Selain itu, dengan berbagai kejadian kamvret, dialah cewek yang membantuku untuk melihat dunia yang berbeda.

Adena adalah cewek yang bisa diandalkan. Meskipun ia pemalu dan ceroboh, seiring waktu aku mampu menaruh kepercayaan pada dirinya. Lagipula kepribadiannya itulah yang membuatnya terkesan manis. Andai para cowok mau memberikan sedikit perhatian pada Adena, mungkin popularitasnya akan menanjak.

Aila adalah cewek yang baik. Dia memang selalu berakting, suka tebar pesona, dan sering mau menang sendiri. Tetapi hanya dengan dialah aku bisa bersikap sebagai diriku sendiri. Mengesampingkan ego masa lalu, sekarang aku mau menganggapnya sebagai teman baik.

Terkadang dengan kehilangan sesuatu, kita bisa mendapatkan sesuatu yang jauh lebih baik. Meski demikian, aku akan tetap mencari sesuatu yang sempat hilang dari diriku. Karena aku yakin, dengan begitu, kehangatan yang pernah aku rasakan akan didapatkan kembali.

Tindakan Tian mungkin telah memerosotkan tingkat anggapan baik orang sekitar terhadap diriku. Tapi aku sekarang yakin, walau dikelilingi oleh bisik-bisik mengesalkan, memiliki sedikit teman yang baik bukanlah masalah besar.

Kemudian mereka bertiga—Erina, Aila, Adena—mengobrol sesuatu yang tidak aku mengerti sama sekali. Dan entah kenapa, melihat mereka yang begitu akrab membuatku merasa senang.

Terutama ketika melihat wajahnya yang tampak bersinar. Mengisi relung hatiku dengan harap-harap agar bisa selalu bersama. Ingin sekali rasanya untuk membahagiakannya, meski harus mengorbankan apa yang aku punya sekarang.

Benar.

Perasaan tidak pernah bisa berbohong.

Aku pasti sedang jatuh cinta.

This is the true love, isn't it?


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro