Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#03. Sama Kamvret-nya

Alat tranportasi lalu lalang. Menghasilkan zat buangan yang menghalangi terciumnya udara bersih. Akan tetapi, pohon-pohon kecil yang tersusun di pinggiran jalan bisa dikatakan sukses untuk meminimalisir kuantitas dari karbon monoksida yang terhirup. Membuat udara masih terasa segar untuk dinikmati.

Aku menyusuri trotoar. Berbaur dengan beberapa pejalan kaki yang untungnya tidak terlalu banyak, sehingga jalur yang aku tempuh terasa lapang. Di sebelahku, ada Erina yang sedari tadi menggiring sepeda ontelnya, berusaha menyesuaikan tempo perpindahan denganku yang hanya berjalan kaki. Tak jarang kami mengobrol bersama. Menikmati pemandangan dari taman kota yang sempat terlewati. Senyuman tipis sempat terlukis di paras ayunya itu.

Segalanya hampir terlihat sempurna. Ya, masih ada kata hampir karena ....

KENAPA JOHAR MESTI IKUT SIH!? APA-APAAN DENGAN POSISI INI!? SEKARANG ERINA BERADA DI ANTARA AKU DENGAN JOHAR!? KEBETULAN, KAH!? AKU MALAH MELIHAT INI SEMACAM PERSAINGAN CINTA!?

Ah, maaf, aku lagi-lagi terbawa emosi. Suasana geregetan macam ini membuatku benar-benar kesal. Biar aku ceritakan dari awal. Setelah Erina mengajakku untuk mampir ke rumahnya, kami pun berjalan berdampingan. Ya, kami. Aku, Erina, dan Johar. Ternyata, Erina dan Johar itu adalah ... tetangga? Tetangga beda komplek? Ya pokoknya begitulah. Karena jarak antara rumah mereka dengan sekolah tidak terlalu jauh, jadi mereka sering berjalan kaki, atau paling tidak mengendarai sepeda.

Sedangkan aku? Sebenarnya sih aku memakai kendaraan C*R sebagai transportasi. Tapi aneh 'kan jadinya jika aku menggunakannya sekarang, apalagi saat mengetahui bahwa Erina memakai sepeda. Nah, supaya terlihat keren dan rajin, aku bilang saja jalan kaki. Lagipula rumahku searah dengan rumah Erina. Nanti sehabis pulang dari rumahnya, aku tinggal minta jemput sama sopir lamborghini-ku. Kendaraanku yang tadi? Biarlah terparkir di sekolah sampai besok. Kalau hilang? Ya tinggal beli lagi. Apa susahnya.

Dan, voila. Jadilah aku yang berada dalam situasi sekarang. Belum tepat sih kalau dikatakan jarak yang kami tempuh sudah jauh. Eh, benar juga. Mengingat alamat rumah Erina, membuatku baru menyadari bahwa ini baru permulaan! Ya. Setidaknya, aku mesti memanfaatkan peristiwa ini untuk mencengkram hatinya.

Ah, ada satu hal yang membuatku penasaran. Apa Johar itu ... memiliki hubungan kekeluargaan dengan Erina? Atau mungkin dia kakaknya? Hmm, bisa jadi. Akan aku tanyakan secara tersirat.

"Anu, Erina. Apa kau memiliki saudara kandung? Kakak atau adik misalkan?"

Sebelum menjawab Erina menatapku sekilas. "Tidak ada."

....

Hee.

Asli, kamvret. Jawabannya cuma itu? Oi oi, cobalah respon dengan kalimat yang lebih panjang. Aku melirik Johar yang sedari tadi menatap liar ke arah lain. Hmm, berarti dugaan bahwa Johar adalah kakaknya Erina terbantahkan. Satu spekulasi hilang, menyisakan spekulasi lain yang belum terbukti kebenarannya.

"Ah, apa Erina punya sepupu atau semacamnya yang lagi sekolah di sekolah kita? Eheheheh, maaf. Aku penasaran."

"Tidak ada."

....

Nah, kan kamvret! Kenapa sih!? Apa pertanyaanku tidak menarik baginya!? Atau aku terlalu sok mewawancarai!? Tch. Tenang Bintang, tenang. Coba pikirkan kembali. Evaluasi. Nadaku kah yang bermasalah? Tidak, tidak. Aku sudah yakin menggunakan lantunan akrab ala peluluh hati wanita.

"Oi, Erina, lihat. Nenek itu membawa jamur Kimochi," Johar berkata agak malas-malasan sembari menunjuk sosok di seberang jalan.

"Eh? Mana? Huh. Itu bukan jamur Kimochi. Tapi jamur Cokocip milik tetangga sebelah."

"Hee. Berarti aku salah lihat, ya."

"Ahahahah ...."

....

DIA KETAWA!? KAMVRET! KAMVRET! KAMVRET! JADI AKU KALAH, GITU!? IYA, AKU KALAH!? SEORANG BINTANG PRASETYO KALAH!? TIDAK BISA DITERIMA!?

Tenang Bintang, tenang. Baca situasinya. Si Johar pasti memang niat untuk melucu. Karena dia tetanggaan, jelas kesempatannya untuk mengetahui seluk beluk tentang Erina semakin besar. Jadi, apa hal yang dianggap Erina lucu? Berpikir Bintang, berpikir.

"Ah, lihat itu. Ada anak kecil yang lagi makan jamur Kimochi. Wah, mereka menikmati sekali, ya. Senyuman mereka manis banget. Semanis Erina. Ahahahahh ...."

Tunjukku ke sekumpulan anak di dekat taman kecil pada seberang jalan. Erina dan Johar menoleh ke sana secara bersamaan. Cuma sebentar, lalu mereka kembali fokus ke arah depan.

"Ahahahah ...."

HA!? KENAPA JADI JOHAR YANG KETAWA, SIH!? AKU TIDAK BUTUH RESPON DARIMU, KAMVRET!?

Oi, Erina. Tolong katakan sesuatu. Ayolah, jangan buat aku semakin awkward di sini. Dengan penuh pengharapan, mataku beralih ke sudut, melirik Erina yang rupanya sudah mulai membuka mulutnya.

"Iya. Baguslah."

....

CUMA ITU!? COBA KATAKAN SESUATU YANG LEBIH WAH ATAU LEBIH GWAH, GITU!? ATAU LEBIH PANJANG SEDIKIT, GITU!?

Dan lagi, itu bukan jamur Kimochi, tapi jamur Cokocip! Kenapa di saat aku yang melawak, dia malah melupakan produk jualannya sendiri! Iya kan! Aku benar, kan! Itu jamur Cokocip! Dengan tatapan serupa elang, aku menilik ke arah anak-anak yang aku tunjuk tadi. Berkonsentrasi lebih terhadap nama jamur yang ... mereka ... makan ....

ITU TERNYATA BENERAN JAMUR KIMOCHI! AKH! AKU PERLU AQ*A!

"Anu, Kak Bintang. Aku lupa untuk bilang satu hal."

Di tengah ke-kamvret-an yang aku rasakan, Erina tiba-tiba bersuara. Aku memasukkan tanganku ke saku celana, lalu memiringkan sedikit kepala. "Hn? Apa?"

"Ibu mau bertemu dengan Kakak."

....

Ibu!? Ibu Erina, kah!! Woah! Tidak kusangka ternyata dia mengajak mampir karena mau mempertemukanku dengan ibunya! Berarti satu jalur telah terbuka. Kali ini akan aku rebut hati orang tuanya. Setelah itu, peluang untuk mengklepek-klepekan Erina akan menjadi lebih besar. Nyahahahahahah!

"Hee, begitu. Aku juga mau bertemu dengan beliau. Pasti beliau sama cantiknya dengan Erina. Ahahahahah ...."

"...."

....

DIA TIDAK MENANGGAPINYA!!

Ah, sudahlah. Aku benar-benar kehabisan tenaga untuk naik darah. Pokoknya sekarang, mari biarkan semuanya mengalir, berharap ketampananku menggapai hati kecilnya.

Kami memasuki sebuah gang. Menyusurinya sejenak dan kembali menemui jalan raya. Rumah-rumah tersusun berjejer. Terdapat beberapa orang yang melakukan aktifitas berbeda seperti orang tua yang membaca koran itu misalkan, atau anak-anak yang bermain kartu dengan cara mengambungnya tinggi-tinggi.

Oiya, kira-kira kediaman Erina seperti apa, ya? Untuk pengusaha jamur kecil-kecilan, aku tidak ber-ekspektasi lebih. Tapi bisa jadi kan ayah Erina adalah seorang ... pengusaha besar mungkin. Atau ibunya punya usaha lain di luaran. Melihat Erina yang berpenampilan (jujur) anggun dan cantik, tentu menimbulkan kesan bahwa ia anak dari keluarga berpunya.

Tak bisa dipungkiri, dari segi fisik, Erina adalah perempuan yang ideal. Iris hitamnya entah bagaimana terlihat begitu menawan. Bulu matanya lentik, dengan rambut hitam legam sepinggang. Wajahnya oriental, bak model iklan kosmetik di televisi. Pipi chubby yang ia miliki menambah kesan imut. Sungguh menggemaskan. Dengan sikap kamvret yang biasa ia lakukan membuatku ingin menarik kedua pipinya itu sampai copot.

"Kita sudah sampai."

Sontak aku berhenti di depan sebuah rumah. Dindingnya dominan berwarna hijau muda. Dengan desain yang minimalis, kesan pertama yang didapat adalah sederhana serta unik. Garasi berdiri tepat di samping kiri rumah tersebut. Pekarangannya ditumbuhi rumput hijau, dengan semen yang membentuk rute jalan menuju pintu masuk.

Aku mengiringi Erina menuju pintu masuk. Begitu pula dengan Johar yang memposisikan diri di belakangku. Bel pun ditekan, menghasilkan bunyi-bunyian yang menguasai ke bagian dalam rumah. Cukup lama kami menunggu, menyebabkan bel kembali ditekan. Dan membuahkan hasil pada tekanan ke sekian dengan mulai terbukanya pintu.

Mataku menangkap sesosok perempuan dengan gaun biru memanjang hingga melebihi lututnya. Rambutnya hitam pendek. Wajahnya terlihat serupa dengan siswi SMA pada umumnya. Posisi saat ia berdiri begitu anggun.

Kira-kira, siapa dia? Kakaknya Erina? Tapi tadi Erina bilang dia tidak punya kakak. Berarti ... sepupunya, kah?

"Rina sudah datang rupanya. Ah, ada Johar juga. Ayo masuk," ujarnya disertainya senyum hangat. Ah, rupa-rupanya tidak ada ruginya aku ke sini. Bisa bertemu dengan cewek secantik dia. Saatnya tebar pesona.

"Iya, Ibu."

....

Eh? Dia bilang apa? Ibu? Perempuan ini? Beneran!? Gila!? Muda banget!? Kecantikan kakakku saja hampir sebanding dengan beliau! Nyahahaha, enak ya punya ibu kyak gini. Nikmat, bisa dipelototin tiap hari. Tapi ... tunggu dulu. Ada apa dengan logat beliau tadi? Orang luar negeri, kah? Cina? Jepang? Korea?

Ah, aku baru sadar Johar dan Erina sudah memasuki rumah. Segera aku membuat gerakan melepas sepatu dengan gaya keren. Namun gelagatku sontak kutahan di saat Ibu Erina mendekat.

"Kamu ... hmm ... rasa-rasanya kita pernah bertemu ...."

Eh? Pernah bertemu? Kapan? Di mana? Sungguh, aku yakin baru kali ini berjumpa dengan beliau. Apa aku melupakan sesuatu?

"Dia orangnya, Bu. Sales jamur Kimochi."

Ibu Erina menilikku. Beliau bergumam panjang sebelum tawa kecil datang.

"Ah, kamu si salesboy rupanya. Maaf, maaf. Aku kira kamu tukang tambal ban di pasar minggu waktu itu. Habisnya mirip sih. Ahahahahah ...."

....

WHAT!? AKU, SI TAMPAN DAN BERTALENTA INI DISANGKA TUKANG TAMBAL BAN!? APA-APAAN ITU!? ATAU MUNGKIN ORANG YANG DIMAKSUD TADI ADALAH MODEL YANG MENYAMAR JADI TUKANG TAMBAL BAL KARENA SEDANG SYUTING ACARA REALITY SHOW!? KAN KAMVRET!

"Tante bisa saja ... ahahahahah ...."

Huh. Terpaksa aku tersenyum dan tertawa kecil. Sopan santun tetap harus dijunjung tinggi di hadapan orang tua. Bisa saja dengan melakukannya dapat menambah nilaiku di mata Erina.

"Aku serius. Sangat mirip. Ahahahah. Mari masuk, Bi ... ma."

"Iya, Tante. Ah, nama saya Bintang, Tante. Bukan Bima."

"Oh. Oke, oke. Ayo masuk, Bintar."

....

INI ORANG SAMA KAMVRET-NYA DENGAN ANAKNYA!!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro