#01. Kimochi!?
Cewek adalah makhluk yang senang dimanja. Begitu modis, tak khayal banyak gayanya. Selain itu juga manis, dengan berbagai macam sifatnya. Sang paras ayu sangat mudah untuk didapatkan. Kau hanya perlu tampan, (sok) baik hati, dan kaya raya. Betul, kan? Tetapi, begitulah setiap cewek yang aku temui.
Tidak.
Maksudku, semua cewek.
Sama saja.
Tapi ada satu cewek yang tidak aku pahami sama sekali. Atau dia sebenarnya bukan cewek? Akh! Benar-benar membingungkan!
Tiga hari telah berlalu semenjak aku diancam oleh orang aneh bernama Tian. Aku disuruh melakukan hal ... err ... ya begitulah dengan Erina. Padahal dia sama sekali tidak diuntungkan jika aku berbuat demikian, kan? Apa maunya? Bersenang-senang? Maksudnya bersenang-senang di atas kesenangan orang lain begitu?
Akh! Satu lagi cowok yang aku tidak mengerti!
Tentu setelah itu aku terus melakukan pedekate secara langsung maupun tidak langsung dengan Erina. Hampir seharian pada waktu sekolah.
Mula-mula, aku sengaja datang pagi-pagi untuk menunggu Erina di depan pintu gerbang. Tapi sampai bel pelajaran pertama berbunyi, dia tak muncul-muncul. Eh, tau-taunya dia sudah datang terlebih dahulu. Sebenarnya jam berapa dia berangkat sekolah?! Pukul 5 pagi?! Atau manjat tembok belakang sekolah?! Aku menunggunya selama satu jam lebih!!!
Saat istirahat pertama, aku bela-belain datang ke lapangan dekat area kelas X. Di sana, aku melihat Erina sedang berbincang dengan seorang siswi sambil melihat lapangan yang diisi oleh para pemain basket. Aku langsung saja ikutan bermain, lalu mempertontonkan skill ankle breaker dan meteor dunk-ku.
Semua bersorak! Eh, dianya tiba-tiba saja hilang!?
Gaib tuh anak! Padahal aku sudah capek-capek!
Lalu, di saat pulang sekolah, aku mendatanginya kelasnya untuk mengajaknya pulang bersama. Belum sempat aku berbicara dengan Erina, cewek-cewek lain di sana malah mendatangiku dan berbincang sok akrab. Alhasil, Erina pergi tanpa sedikit pun menoleh ke arahku.
Dia ras cewek macam apa sebenarnya!?
Akh!!
Sejak hari itu, aku terus melancarkan sinyal ketertarikan. Entah dia sadar atau tidak. Aku juga mengiriminya pesan singkat nan hangat antar ponsel. Tapi dia tidak pernah membalas sama sekali.
Benar-benar sulit.
Tapi yang pasti, mencoba lebih baik daripada tidak sama sekali.
Dan kini, aku terus mengawasinya dari kejauhan. Terkadang bertanya dengan teman sekelasnya. Karena salah satu cara untuk menaklukkan cewek adalah mempelajari tipenya apakah dia seorang melankolis, sanguin, koleris, atau plegmatis.
Tapi sayangnya, setiap orang memberikan kesaksian yang berbeda.
Ada yang bilang dia pemalu. Ada yang bilang dia narsis. Ada yang bilang dia kuper. Ada yang bilang dia luas pergaul ... ukh. Kenapa semuanya begitu berlawanan!?
Ya sudahlah. Aku mesti mengambil inisiatif. Kali ini, aku mendatanginya saat jam istirahat pertama. Untungnya, dia baru saja keluar kelas. Aku mendekat, lalu berujar dengan gaya akrab seraya menyunggingkan senyuman.
"Yo, Erina. Mau ke kantin, ya?"
Dia menghentikan langkahnya, kemudian beralih menatapku dengan wajah dingin seperti biasa.
"Hn. Kamu ... err ... Bintar?"
"Bintang! E-ehm ... namaku Bintang. Ingat itu baik-baik ya, Nona."
Aish.... Aku keceplosan. Tapi aku segera memperbaiki rentetan kata selanjutnya dengan nada dan struktur kata yang lebih maskulin.
"Oh iya, ada yang ingin aku tanyakan pada Kakak."
"Hn?"
"Kakak lagi suka sama cewek, ya?"
... Eh?
Hooo!! Pertanyaan yang luar biasa, Erina! Mungkin dia telah mendengar desas-desus yang belakangan ini menjangkit di kalangan kaum hawa.
Yes! Dengan begini, aku bisa memberikan sinyal yang lebih kuat lagi!
"Ya. Ada cewek yang aku suka. Anak kelas sepuluh. Meski wajahnya polos, dia terlihat sangat ... cantik."
"Oh."
Setelah memberikan jawaban super singkat itu, Erina menilikku setelah sempat mendongak sejenak. Ia memberikan tatapan serupa curiga. "Kakak selalu memperhatikanku.... Bahkan sampai mau datang ke area ini.... Jangan-jangan ... Kakak...."
Eh? Nada itu. Kalimat itu. Akhirnya dia sadar! Yeah! Perjuanganku telah membuahkan hasil!
Dengan sekuat tenaga, aku menahan cengiran agar tidak tampak di permukaan. Berusaha menampilkan ekspresi bingung nan menggairahkan.
Tak butuh waktu lama agar Erina mendesah pelan. Seperti baru menyadari. Dia memegang dagu, terlihat berpikir keras.
"Akan aku pertimbangkan untuk memberikan diskon. Ah, tapi paling banyak cuma 10%. Tapi kalau kau memakai paket ... bisa saja sih 15%."
....
....
DISKON!? PAKET!? APANYA!? Jangan-jangan ... dia ... cabe super?! Kupu-kupu malam kah?!
Mematung. Itulah hal yang sedang tubuhku lakukan. Mulut ini menganga. Tak kuasa memberikan respon melalui kata-kata. Tapi apa benar cewek dengan tampang polos seperti Erina bekerja sambilan semacam itu?!
Tidak.
Itu ... mungkin saja....
"Ah, aku ada janji dengan Adena. Kalau mau pesan, hubungi aku ya. Sampai jumpa, Kak Bima."
Di tengah aktifitasku itu, dia mendadak terperanjat, lalu berjalan cepat menjauhiku setelah berujar demikian.
Dan sudah kubilang berkali-kali ... namaku Bintang....
Azzz....
Tapi....
INI BENERAN!?
Apa si Tian sialan itu sengaja memberikan suruhan aneh karena mengetahui Erina bekerja sebagai petugas IYKWIM[1]?!
Ada apa dengan kejadian ini.... Bisa-bisa cerita ini bakalan naik rating menjadi dewasa.
Tapi ... ya sudahlah. Dengan begini, aku telah berhasil mengambil satu langkah maju. Bisa saja nanti aku menjadi penyelamatnya dari pekerjaan 'dewasa' seperti yang biasa terjadi di sinetron.
--K.I.M.O.C.H.I--
Bunyi khas bel istirahat kembali berbunyi. Sekarang saatnya jam makan siang. Dan murid-murid yang lain bergegas keluar kelas, seakan tidak betah untuk tetap berada di dalamnya. Begitu pula aku, namun tidak tergesa-gesa seperti mereka.
Dengan gaya keren ala berandalan baik hati, kaki ini melangkah, keluar dari kelas. Tepat setelah itu, ada satu hal yang membuatku agak kaget.
Cewek itu. Berdiri di dekat lorong dan melayangkan mimik menyapa, seolah sengaja menungguku.
Dia ... Erina, kan?
Eh? Erina? Waw! Akhirnya dia terpincut juga padaku! Bagus sekali, Bintang! Kau telah berhasil memasuki bagian good ending!
Erina mendekatiku, lalu berujar dengan nada penuh antusiasme.
"Kamu Kak Bintang, kan? Kak Bintang yang terkenal itu, kan?"
Sepertinya jin yang merasuki tubuh Erina baru saja keluar. Baguslah. Sekarang segalanya akan lebih mudah.
"Hn? Ya ... kalau terkenal ... mungkin begitu...."
Ujarku sembari menggaruk-garuk pipi, menampilkan sikap (sok) malu-malu yang imut. Dan pas saja, dia semakin bersemangat.
"Anu ... Kak Bintang. Ada yang mau aku bicarakan. Penting."
....
STRIKE!!! YEAH!!!
Selesai sudah! Lihat ini Tian! Jangka waktu tiga bulan itu terlaaaaalu lama! Aku hanya perlu tiga hari! Nyahahahahah!!!!
"H-hn. Baiklah. Kita bicarakan di tempat la-"
"Kita bicara di sini saja."
Dia memotong. Ah, rupanya cewek ini sungguh pemberani. Tapi di lain sisi, juga terlihat begitu Tsundere[2].
"... Silakan."
"S-sebenarnya ..."
--K.I.M.O.C.H.I--
"Kyaaa!! Kak Bintang!!"
"Aku tiga Kak!"
"Aku paket A! Rasa stroberi ya Kak!"
Hai, namaku Bintang Prasetyo. Umur 16 tahun. Tadi aku dan Erina baru saja membicarakan sesuatu hal penting.
Ya.
Hal yang penting.
PENTING SEKALI!!
KENAPA AKU BISA JADI SALES SEPERTI INI!?
Tidak! Ini sama sekali tidak sama seperti khayalanku!
Begini. Lebih jelasnya, Erina memintaku untuk menjualkan produk jamur gorengnya yang berlabelkan KIMOCHI.
Ya.
KIMOCHI!
Nama label macam apa itu!
Dan entah kenapa aku tidak bisa menolak tawarannya tadi.
Eh? Tunggu dulu. Bukankah dengan kejadian ini, berarti aku sudah semakin dekat dengan hati Erina?
Para cewek-cewek yang tadi mengerumuniku perlahan pergi di saat bel pertanda istirahat berakhir dibunyikan. Produk Erina telah terjual habis. Cewek-cewek itu memberikan ucapan selamat tinggal nan dibuat secentil mungkin, bahkan berujar untuk membeli lagi di kemudian hari.
Huft....
Akhirnya rasa pengap tadi berakhir. Sekarang, di taman ini, aku dan Erina duduk bersebelahan.
"Terima kasih, Kak Bintang. Berkat Kakak, jamurnya laku semua."
Ah, entah aku harus senang atau tidak dengan pernyataan itu.
Tch!
Kalau begini terus ... bisa-bisa ... aku....
Akh! Aku sudah tidak tahan! Sebaiknya aku segera menembaknya!
Aku menggenggam lembut kedua tangannya. Tatapan kami bertemu. Mimikku yang serius tidak menggoyahkan sedikit pun tampang datarnya yang kembali muncul.
"Aku ... menyukaimu!"
Ucapku lantang dan blak-blakan.
Dia kemudian bergumam. Lalu membalas dengan sebuah senyuman dan rentetan kata.
"Aku juga suka dengan Kak Bintang."
....
Eh?
Apa ini?
Sudah berakhir kah?
Dengan begini kami resmi....
"Nah, mulai sekarang, Kakak jadi agen penjualan jamur kimochi. Tenang, nanti dibayar kok."
....
He?
"T-tunggu dulu! Agen ... apa?"
"Agen penjualan. Sales, Kakak. Kan Kakak tadi bilang suka karena aku sudah menyuruh Kakak menjualkan produk kan."
"B-ba ... bu .. itu-"
Erina menjauhkan tangannya.
"Mohon kerjasamanya ya, Kak Bintang!"
Akh!! Ada apa dengan cewek somplak ini!!
Semuanya bertambah rumit!
Dan dari sinilah semuanya dimulai!
Di saat aku terjebak dengan yang namanya Sales Zone.
Glosarium:
[1] IYKWIM : If You Know What I Mean. Merujuk kepada suatu perbuatan dewasa.
[2] Tsundere : Biasanya tokoh bersifat tsundere ini sangat tidak mengakui perasaan sukanya ke suatu tokoh, sehingga untuk menutupinya dia akan berbuat kebalikan dari yang sebenarnya ingin dia lakukan untuk menunjukkan perasaan sukanya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro