Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#00. Ancaman

Tampan adalah cobaan.

Ah, serasa sering sekali aku mendengar ungkapan itu. Menurutku, hal tersebut tidaklah salah, tetapi tidak sepenuhnya pula benar. Karena aku adalah satu dari sekian banyak orang yang mendapatkan anugerah tersebut.

Pagi hari, saat masuk sekolah, sambutan hangat dari para cewek memenuhi indra pendengaranku. Mereka berucap selamat pagi dengan nada centil, berusaha untuk membuat kesan cantik dan manis di hadapanku. Apalagi saat aku menunjukkan skill olahragaku. Basket? Sepak bola? Voli? Sangat mudah bagiku yang bertalenta ini. Para cewek akan bersorak kyaaa~ atau kereeen~ atau makan aku~, bahkan berebut memberikan sebotol air minum kepadaku sehabis berolahraga.

Kalian iri? Belum selesai.

Debut akademikku pun sangat gemilang. Selalu peringkat satu di dalam kelas. Dan terus menduduki salah satu dari tiga besar juara paralel sekolah. Perlombaan cerdas cermat juga lumayan sering aku ikuti, dan tentunya menangi. Namun untuk berkecimpung di bidang OSIS, aku tidak melakukannya. Karena aku malas jika terlalu sibuk di masa SMA.

Kalian iri? Belum selesai.

Entah sudah berapa kali aku berpacaran dengan cewek cantik. Cabe? Sudah pernah. Putri sekolah? Ah, tak terhitung berapa jumlahnya. Dan sekarang, aku berstatus sebagai jomblo. Menjadi heartbreaker berkali-kali tidaklah menyurutkan persepsi dari para cewek di sekitarku untuk tetap mencintai diriku. Oleh sebab itulah aku dijuluki....

Prince of Love.

Ah! Amazing! Para cowok pun akan terkesima dengan kharismaku! Makanya aku tidak memiliki musuh sampai sekarang!

Seperti namaku, Bintang Prasetyo! Aku akan selalu bersinar layaknya bintang di angkasa!

Dunia remaja telah aku kuasai!

Nyahahahaahah--

Ha, akan aku lanjutkan tertawanya setelah ancaman ini berakhir.

Ya. Sebuah ancaman.

Kalian penasaran tentang ancamannya? Kepo?

Semua berawal di saat jam pelajaran olahraga baru saja usai. Aku telah berganti pakaian dan menuju ke kelasku, XI IPS 2. Di sana sepi. Hanya ada satu orang pemuda yang entah datang dari mana. Dan orang tersebut tidak aku kenal sama sekali. Kala itu, aku berpikir kalau dia adalah penggemar rahasiaku yang susah payah memberanikan diri untuk mengobrol denganku.

Tapi ... aku salah besar.

Saat kami berbincang, dia selalu saja tersenyum licik, membuatku sangat risih, bahkan sempat meneteskan keringat dingin di saat menghadapi kata demi kata yang ia lontarkan. Apalagi ketika ia memperlihatkan sebuah video pada layar ponselnya. Sebuah video yang membuat jantungku mendadak berpacu.

Video dengan rentetan aksi yang sangat memalukan.

Entah bagaimana, dia bisa memilikinya.

"Aku tidak akan menyebarkan video ini, tetapi dengan satu syarat."

Dia menahan ucapannya. Tentu aku sempat protes, bahkan merebut ponsel itu sebelumnya. Namun kemampuan atletik dan hindarannya seolah-olah berada jauh di atasku.

Tidak! Aku tidak mau jika sampai ada orang lain yang melihat video itu! Bisa hancur kehidupan masa mudaku!

"Kau harus berpacaran dengan Erina, lalu ber-ikeh-ikeh dengannya. Tenang, tidak perlu di video. Cukup berfoto selfie dengannya saat kalian mengumbar kemesraan, dan perlihatkan padaku. Aku beri jangka waktu tiga bulan. Jika tidak berhasil, akan aku sebarkan video ini."

Dia tersenyum iblis. Sedangkan aku, hanya bisa tertegun sembari menelan ludah sekuat-kuatnya. Aku bertanya, bagaimana aku bisa mempercayai ucapannya? Bisa jadi, dia hanya mempermainkanku. Semacam jaminan?

"Jaminan? Kau cukup percaya denganku. Aku pasti akan menepati janjiku."

Orang itu berlalu. Melangkah santai melewatiku yang masih mematung. Namun sebelum dia keluar dari kelas, aku bertanya siapa namanya dan apa motifnya untuk membuatku melakukan hal aneh semacam tadi?

"Hanya ingin bersenang-senang. Dan namaku adalah Tian. Ingat itu baik-baik, Kak Bintang."

Setelah itu, aku bisa merasakan langkah kakinya yang semakin pelan, hingga lenyap dari pendengaran.

Haruskah aku mengabaikannya? Tapi, bagaimana jika dia serius?

Tch! Terjebak dalam paradoks pikiran ini membuatku merasa gila!

Daripada mengambil resiko, lebih baik aku melakukan apa yang dia suruh. Lagipula, hanya satu syaratnya. Dan syarat itu sangatlah mudah untuk aku lakukan.

Heh, apa dia meremehkanku?

Tiga bulan? Terlalu lama. Aku hanya perlu satu hari.

Dengan gaya keren sembari memasukkan kedua telapak ke kantung celana, aku berjalan menyusuri koridor sekolah. Beberapa cewek yang aku lewati memberikan tatapan terpana dan heran secara bersamaan. Ah, mereka pasti bertanya-tanya mengapa aku berkeliaran di area kelas X ini.

Di mana pun kau berada, pesonamu tak akan pudar, Bintang. Nyahahahah!!

Sekarang waktunya istirahat kedua. Baru saja dimulai, jadi aku harap si cewek yang bernama Erina itu masih belum keluar kelas. Menurut informasi, dia anak kelas X-5. Adik kelas, ya. Ukh, sudah kesekian kali aku mendapat sinyal notice me senpai, apalagi semenjak aku bermain basket saat acara MOS.

Tak butuh waktu lama untuk aku menemukan kelas yang dituju, lalu masuk ke sana. Aku sudah melihat fotonya di daftar murid angkatan baru, jadi sangat mudah bagiku untuk memastikan bahwa cewek yang sedang duduk di pojokan seorang diri itu adalah dirinya.

Cewek itu memiliki rambut hitam panjang yang dibiarkan terurai. Iris hitamnya terus saja berfokus pada sebuah buku bacaan. Kesan pertamaku tentangnya adalah anak yang pintar dan kutu buku. Kalau culun? Entahlah. Tidak terlihat begitu. Dan tak bisa kupungkiri, bahwa aku sempat terpana dengan kecantikan yang terpancar dari parasnya.

Berdiri di dekat pintu masuk saja aku sudah mendapatkan bisik-bisik komentar dari cewek dan cowok yang berada di sana. Dan di saat aku mendekati Erina yang tengah duduk seorang diri, bisikan itu terdengar semakin ramai.

"Permisi. Namamu ... Erina, kan?"

Tanyaku dengan gaya semaskulin mungkin. Dia menoleh ke arahku. Lalu dengan cepat mengangguk, setelahnya kembali menatap buku bacaan.

Oi oi, sebegitu tak sanggupnya kah kau melihat ketampananku?

"Ada yang mau aku bicarakan. Ini penting. Bisa kau ikut bersamaku sebentar?"

Rupanya perkataanku tadi tidak cukup pelan untuk tak terdengar oleh orang sekitar. Buktinya, suara serupa whooo ditambah bisikan yang kian detik kian deras dan keras.

Erina menutup bukunya, kemudian berdiri seraya bergumam sekilas. Aku pahami itu sebagai persetujuan. Setelahnya, kami berjalan beriringan. Tujuanku adalah area belakang sekolah yang tidaklah jauh dari sini. Kau tinggal berbelok setelah melewati kelas X-4, lalu menuruni tangga, menempuh sedikit rute, dan sampai.

Meski waktu istirahat masih berlangsung, tempat ini masih saja sepi. Ya, sepi. Menjadikannya tempat yang sangat cocok untuk menyatakan cinta kepada seorang gadis. Dan itulah yang akan aku lakukan.

"Anu ... aku ... sudah lama memperhatikanmu."

Ucapku dengan nada (sok) malu-malu. Tak jarang rambut hitamku aku belai dengan gaya serupa foto model guna menambah pesona.

Masih berpose, namun aku tak kunjung mendengar respon dari Erina. Ah, wajar sih, dia pasti gugup karena tiba-tiba ada cowok tampan, bertalenta, dan terkenal sepertiku yang memberikan sinyal ajakan berpacaran.

"E-Erina ... mau kah ... kau ... menjadi ... pa ...."

Aku sengaja melambatkan dan menahan pernyataanku. Para gadis pastinya akan luluh dan semakin deg-degan dengan jurusku ini. Aku menatapnya dengan tajam. Berusaha menambah daya tarik, serta mengkode hati kecil perempuan yang haus akan cinta kasih.

Tetapi yang aku dapati, dia terus saja memasang tampang datar. Ternyata ada juga gadis yang lihai menyembunyikan perasaan gugupnya.

"Bolehkah aku menanyakan sesuatu?"

Aku bergumam sebagai isyarat persetujuan.

"Kamu ... siapa, ya?"

....

WHAAATT!? Dia bercanda, kan!? Mana mungkin ada cewek di sekolah ini yang tidak mengenalku!? Ah, aku mengerti! Dia hanya gugup! Ya, hanya gugup!

"J-jangan bercanda. Ahahahah. Ini a-aku loh, ak— "

"Maaf ya. Aku tidak punya waktu untuk bermain-main. Ada sesuatu yang mau aku lakukan di perpustakaan. Permisi."

Dia berlalu. Masih setia dengan tampang datar yang aneh itu.

Sementara aku, hanya tertegun. Berdiri mematung dengan mulut terbuka.

Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah ada cewek yang menolakku mentah-mentah.

Tch!

Tch!

Dengan gaya kaku, aku berbalik, menyaksikan punggungnya yang telah menghilang dari jarak pandang.

Sialan!

Aku tidak terima dengan penghinaan ini!

Lihat saja, aku pasti akan membuatmu tergila-gila padaku! Dan kau yang duluan akan menyatakan cinta kepadaku!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro