d e l a p a n
Dalam sedetik, banyak hal dapat terjadi. Salah satunya daun yang jatuh, rintik hujan yang mencapai permukaan bumi, atau kamu yang aku jatuhi cinta.
***
Salah satu alasan kenapa hidup Kiana bisa terasa indah adalah karena mamanya tidak pernah membatasi jam tidur Kiana. Dan ternyata, kebiasaan itu menular pada Dimas.
Dimas tidak pernah tega untuk membangunkan Kiana.
Termasuk pada saat seperti ini. Saat Kiana entah bagaimana bisa tertidur di Perpustakaan Pusat Universitas. Hanya sepuluh menit yang tersisa sebelum jam buka perpustakaan habis.
Jadi, akhirnya Dimas mengambil tindakan. Di rapihkannya seluruh barang milik Kiana, sebelum meletakan cewek itu pada punggungnya.
Dimas mengambil ponsel dari saku celananya sebelum mendial nomor teman sekelasnya yang memang pengendara mobil.
"Sak, pinjem mobil lo dong?"
Setelah temannya meluluskan permintaan Dimas, ia pun beranjak menuju lapangan parkir.
Mobil Yaris hitam milik Saka sudah siap di gunakan ketika Dimas sampai di sana. Cowok itu sendiri sedang sibuk dengan ponselnya di samping pintu mobil.
"Buset, nyulik cewek dari mana lo?" Saka sedikit terlonjak ketika melihat Dimas yang meletakan Kiana di kursi tengah. Cewek itu sendiri tampak nyenyak, sama sekali tidak terganggu dengan gerakan atau suara di sekitarnya.
Dimas sampai geleng-geleng kepala. Bisa-bisa Kiana juga nggak bangun kalau ada kebakaran.
"Anterin gue nganter ini anak ke kost-annya ya? Deket kok."
Saka melemparkan kunci mobil pada Dimas, "lo yang bawa Dim, gue lagi ada perlu."
Dimas mengangguk lalu duduk di kursi pengemudi, sedangkan Saka mengisi passangger seat sampingnya.
Setelah mereka melewati lapangan parkir, barulah Saka melepas ponselnya lalu mencurahkan perhatian pada Dimas.
"Siapa tuh cewek? Cewek lo?"
"Teman."
"Oh Sebastian? Sebatas teman tanpa kepastian?" ledekan Saka membuat Dimas meringis di tempatnya.
"Oh, iya Dim, teman gue nanyain lo," ujar Saka santai seraya melonjorkan kaki.
"Siapa?"
"Anak Komunikasi 2014 sih, kenal nggak lo?"
Dimas mengerutkan dahinya, tapi ia tidak merasa punya kenalan di jurusan Komunikasi selain Kiana. Oh iya, dan Naura as Kiana's friend.
"Nggak deh kayaknya, namanya siapa emangnya?"
"Arjuna Pranaja."
Seketika rem mobil itu berdecit, tubuh Saka terlempar ke dashboard mobil, begitupula dengan Kiana yang sekarang mengaduh di belakang.
Sesaat, pikiran tentang Arjuna terbaikan karena seperti biasa, keselamatan Kiana adalah prioritas tanpa tapi.
"Ki, nggak apa-apa?" Kiana mengerjapkan matanya berusaha mengenali tempatnya berada sekarang.
"Kok gue di sini sih? Kok ada lo sih, dan siapa pula cowok ini?" Kiana bertanya pada Dimas seolah Saka tidak berada di sana.
Dimas menghela napasnya, lalu mengurut kening. Ia hampir lupa, bahwa Kiana masih dalam ngambek mode on berkat kejadian di Kantin dua hari yang lalu.
"Hg... gini, tadi lo tidur di perpus, padahal kan udah mau tutup, jadi gue mau balikin lo ke kost-an."
"Terus siapa cowok nggak jelas ini?" Kiana mengulangi pertanyaannya, menuding ke arah Saka, membuat cowok itu mengerutkan dahi.
Sebelum Dimas menjawab, Saka sudah menyahut. "Gue bukan cowok nggak jelas, nama gue Saka dan well kita ada di mobil gue kalau lo mau tau."
Kiana menaikan sebelah alisnya. "Oh, tapi gue nggak nanya sama lo sih, dan gue juga nggak mau tau."
Saka langsung menyentakan kepalanya kesal, namun gadis di hadapannya justru tampak tidak perduli.
Tanpa repot memperkenalkan diri, Kiana beralih pada Dimas, menatap cowok itu dengan tatapan menghunus.
"Lo belum termaafkan!"
Kan benar, Kiana masih ngambul.
"Gue beliin es krim deh?"
"Gue masih mampu beli."
"Lo yang pilih deh?" bujuk Dimas lagi, tapi Kiana tetap menggeleng.
"Bodo!"
"Haagen dazs," mendengar penawaran Dimas, mata Kiana langsung berbinar, tapi hanya sesaat sebelum cewek itu kembali memasang tampang jutek.
"Oke. Gue kasihan sama lo yang udah segitu usahanya sama gue."
Dan begitulah, alih-alih ke kost-an Kiana, mereka bertiga justru kembali ke kampus. Kiana dan Dimas, memilih untuk mengendarai motor, menuju Supermarket terdekat yang menjual es krim tersebut.
***
"Menurut lo mending biskuit and cookies atau belgian chocolate?" pandangan Kiana tertumbuk pada dua jar es krim 473ml di tangannya.
"Yang mana aja, tapi kalau bisa Walls aja," Kiana langsung mendelik mendengar sahutan Dimas.
"Adimas Prasetya, lo kan pelitnya setengah mampus tuh sama gue, nggak apa-apalah sesekali memanjakan gue dengan es krim mahal."
"Sesekali ya, Ki? Seingat gue dalam tiga bulan ini, lo udah ngambek sama gue enam kali, dan terakhir lo baru mau ngomong sama gue setelah gue sodorin Patchi," Kiana mengerjapkan matanya polos, lalu menatap Dimas.
"Emang ya? Haduh, gue jadi terkesan matre dah."
"Emang, baru ngeh?" sindiran Dimas tentu tidak mempan bagi Kiana, lagi-lagi ia menggunakan motto hidupnya sebagai sanggahan.
"Ya udahlah, yang penting cantik, kan lo sendiri yang dulu bilang, orang cakep mah bebas." Kiana tidak memperdulikan dengusan Dimas setelahnya, ia masih galau masalah pemilihan rasa es krim.
"Dimas, Kiana nggak boleh ambil dua ya?" tanyanya memasang tampang sok imut, yang langsung di hadiahi Dimas pelototan.
"Just for you information, Kiana Niranjana, duit yang bakal di pake buat beliin lo es krim ini adalah duit bensin gue tiga hari."
"Lah, siapa suruh beli bensin, mending beli es krim, enak bisa di makan, lo makan bensin yang ada lo mokad."
Astagfirullah, untung Dimas sayang sama Kiana. Kalau nggak, sudah Dimas lempar anak satu ini ke Samudra Hindia sana. Biar di makan hiu sekalian.
"Yaudah deh," Kiana memberikan es krim rasa Belgian Chocolate pada Dimas, lalu meletakan jar es krim lainnya dengan hati-hati.
Penuh sayang, di elusnya tubuh ember es krim tersebut, "tunggu mama ya sayang, akan mama jemput kamu di episode nyebelin Dimas yang selanjutnya."
"Lo temenan sama gue cuma mau morotin gue ya?" kalimat Dimas membuat Kiana mendelik ke arahnya.
"Maunya sih gitu, sayang aja lo itu jenis manusia pelit yang menyuruh gue memilih antara oreo dengan cokelat Belgia, sungguh manusia kejam."
Dimas meniup rambutnya hingga melayang di udara sesaat, selanjutnya di rangkulnya Kiana dengan sayang.
"Nggak apa-apa lo morotin gue, asal jangan ngambek lebih dari tiga hari, kangen sama lo bikin susah tau."
Kiana lantas memutar bola matanya, "demi kerang ajaib, lo bisa bikin gue klepek-klepek tepar dengan kata-kata yang lebih mujarab nggak?"
Dimas memajukan bibirnya bete, ia mengacak rambut Kiana, lalu membiarkan cewek itu menuntunnya, ke lorong-lorong Supermarket.
Saat sedang menyusuri section pembalut, langkah Dimas dan Kiana harus terhenti karena menemukan seorang cowok bermata gelap di sana.
Juna yang tidak menyangka akan ke-gep sedang memegang benda putih bersayap nggak bisa terbang itu lantas menggaruk tengkuknya, salting.
"Oh, gue baru tau kalo kakak HMJ yang galaknya nyaingin anjing polisi suka pake softex," ucapan Kiana yang frontal dan tanpa meringankan volume otomatis menarik perhatian pengunjung yang lain.
Juna seketika meringis saat menyadari kesialan yang sedang menimpanya. Dalam hati bersumpah, tidak akan mau lagi di suruh Mamanya membeli pembalut.
"Sini, gue bantuin pilih, lo udah siklus DP yang keberapa? Masih ngeluber nggak?" pertanyaan polos Kiana dilontarkan cewek itu seraya memilih-milih pembalut.
"Nih, kalau gue saranin nih ya, lo jangan pake yang ada parfumnya pake yang biasa aja, soalnya nanti lo kena penyakit," ujar Kiana, tangannya memilih satu dengan kemasan bergambar Hello Kitty.
"Eh, tapi ini aja deh, yang ini lucu gambarnya, gue sering mau pakai yang ini tapi nggak pernah di izinin sama Mama, padahal kan lucu ya ada Hello Kitty-nya gitu muehehehe," cengengesan Kiana tentu saja di balas delikan oleh Juna.
"Gue nggak mau yang Hello Kitty, gue perlu yang bersayap sepanjang 29cm. Jangan sok tau deh." Juna meletakan kembali kemasan pembalut yang Kiana ambil, lalu mengambil pembalut langganan Mamanya.
"Oh, punya kriteria sendiri toh, ngemeng dong jangan dokem aja, berarti udah sering ya mensnya? Sampai udah hapal gitu?" Juna menatap Kiana gemas, menakup wajah cewek itu hingga pipi Kiana terjepit oleh tangannya.
"Lo tuh ya," Juna bersedesis gemas, ia sampai tidak tahan untuk tidak menyentuh pipi empuk Kiana. Kiana yang kaget, tidak mampu mengelak, sampai akhirnya Dimas yang menghentikan adegan usel-usel gemas tersebut.
Dengan gerakan kasar, Dimas mengenyahkan tangan Juna dari pipi Kiana, sebelum menarik cewek itu ke belakang tubuhnya dengan protektif.
"Jangan sentuh Kiana sembarangan," tukas Dimas dingin. Pandangan Juna sendiri juga sudah berubah, tidak segemas dan sehangat ketika ia menatap Kiana.
"Lo bukan pacarnya dan bukan bokapnya, jadi nggak usah seposesif itu."
Kalimat Juna tentu di balas tidak kalah dingin oleh Dimas.
"Terus, memang lo pacarnya sampai bisa megang-megang Kiana begitu?"
"Not yet, but I will," kalimat Juna yang penuh penekanan, membuat Kiana melirik ke arahnya bingung.
Loh, loh, loh, memang siapa yang bakal mau jadi pacar Juna sang bocah petualang?
"Wait, wait, wait," Kiana mengangkat tangannya di udara, memutus tatap-tatapan menghunus antara Dimas dan Arjuna.
"Sebentar ya para lelaki muda, gue bingung, sejak kapan gue bersedia untuk menjadi calon pacar lo?" Kiana menggaruk pangkal hidungnya yang tidak gatal.
"Belum, tapi akan." Juna tersenyum, hingga matanya berbentuk bulan sabit. Tangannya terulur mengacak-acak rambut Kiana tanpa menghiraukan tatapan Dimas.
Kiana terpaku sesaat, sebelum akhirnya ia tersadar setelah Juna berlalu.
"Waduh, waduh salah minum Kiranti itu orang," Kiana menggelengkan kepala, sebelum memegang dadanya, "tapi anehnya kok kayak ada gempa ya di sini?"
Dimas menghela napas berat, ia tahu, bahwa Kiana bukan orang yang mudah jatuh cinta, tapi mudah dijatuhi cinta. Tentu saja, peluang bagi Juna yang merupakan orang baru jauh lebih besar dari pada dirinya yang sudah berputar di lingkaran pertemanan sejak masih taman kanak-kanak.
------
A/n: Hallo, ada yang nungguin nggak sih? Ada sih ya mudah-mudahan, aamiin wkwk
Sejujurnya gue mau pindah jadwal jadi Selasa-Jum'at tapi bcs gue sibuk bgt kemarin, jadi Rabu juga deh di publish-nya.
Yaudahlah ya, sampai ketemu hari Sabtu.
Gue pengen publish cerita baru lagi, tapi kayaknya nanti aja deh ya, tunggu ini sampai di pertengahan.
Babay ❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro