👑Soul👑
Tanpa bibir yang harus berucap pun, hati tahu kemana ia harus singgah.
👑
Devin menyeka keringat di dahinya setelah peluit panjang tanda permainan telah usai dibunyikan. Hari ini jadwal kelasnya berolahraga dengan materi tentang basket, banyak siswi SMA Gerbang yang menonton
pertandingan kelasnya, tentu saja ia menjadi sorotan, tak hanya karena kemampuannya yang lebih menonjol dari teman-temannya yang lain, tetapi faktor wajahnya juga bisa membuat siapapun meleleh karenanya.
"Kok rame banget sih?" Tanya Jizca pada Bella yang kini sudah mengganti baju olahraga dan bersiap menuju lapang,
"Gak tau, atau emang disini gini kali ya? Tiap ada yang pelajaran olahraga bakal di tontonin?" Bella balik bertanya,
Jizca hanya mengedikkan bahunya,
"Ahh.. Ini ini, gue dapet foto cogan yang daritadi cetak poin itu!" Seorang cewek yang barusan berbicara itu terlihat histeris memamerkan foto yang didapatnya.
"Duhh namanya siapa sih?" Tanya yang satunya lagi.
"Yang jelas kan dia kelas sepuluh IPA 1 itu!"
Cewek-cewek itu tertawa, terlihat gembira.
"Cewek di sekolah ini emang pada kehausan cowok gitu? Keliatannya lebay banget," komentar Jizca.
Bella hanya terkekeh mendengarnya, dan ketika mereka menuruni tangga, mereka berpapasan dengan Devin dan juga teman-temannya.
"Hai Vin!" Sapa Bella dengan senyum di bibirnya, sementara Devin hanya mengangkat kedua alisnya dan teman-temannya Devin yang heboh bercuit.
Mau yang kiri apa yang kanan?
Yang kiri cantik
Yang kanan imut kebangetan.
Ya kira-kira seperti itu cuitan dari teman-temannya Devin, Jizca menautkan kedua alisnya mendengar ocehan cowok-cowok tersebut, hanya satu detik tatapannya bertemu dengan mata tajam milik Devin, dan entah kenapa Jizca merasa salah tingkah kini.
***
"Woaahhh! Keren! Lo keren Bell! Lo jago banget! Jadi tim kita menang deh!" Ucap Jizca setelah pertandingan usai, kini mereka berada di kantin, karena tepat setelah olahraga selesai, bel istirahat berbunyi.
"Iya, lo mesti bangga punya temen berbakat kaya gue Ca," Bella terkekeh kemudian memasukan cilok kedalam mulutnya.
"Pantes aja lo tinggi, gue kira lo nyemil tiang listrik," Jizca tertawa,
"Jangan tiang listrik, kasian tuh tiang listrik pernah di tabrak, masa gue cemil juga." Mereka tertawa bersama, dan kini mata Jizca tertuju pada sosok tinggi nan tampan tak jauh dari depannya yang sedang memilih minuman dingin lalu memberikan selembar uang berwarna ungu pada salah satu ibu kantin.
"Bang Evan!" Teriak Jizca cukup keras, suasana kantin yang ramai membuat suara Jizca teredam, akhirnya cewek itu menghampiri Revan yang mulai menjauh dari tempatnya berdiri, dan Bella masih duduk di tempatnya.
"Bang!" Ucap Jizca setelah ia menghadang jalan abangnya itu,
"Kenapa?" Tanya Revan kebingungan,
"Hari ini Jey mau kumpul teater, tungguin ya?"
"Hmm,"
"Ish lo jutek amat,"
"Bukannya Natashanya sakit?" Tanya Revan pada adiknya itu,
"Oh masih sakit ya? Yah.. Berarti gak jadi," Jizca mengerucutkan bibirnya,
"Lo dilabrak kakak kelas?" Tanya Revan penasaran, karena kelasnya menggosipkan hal tersebut.
"Iya, rese banget tuh cewek, Abang jangan mau sama dia!"
"Terus lo lawan?"
"Iyalah, masa gue diemin gitu aja, pasti dia lagi malu sekarang,"
Revan terkekeh, "good job my darling!" Ucap Revan kemudian mengacak rambut adiknya itu,
"Nih buat lo," Revan memberikan minuman dingin yang tadi ia beli,
"Terus abang gak minum?"
"Gue puasa," Revan terkekeh lagi, "Abang duluan ya,"
Jizca mengangguk, abangnya itu berjalan melewati koridor menuju gedung kelas 12, dan Jizca kembali ke tempat duduknya di kantin.
"Pacar?" Tanya Bella menaikan sebelah alisnya,
"Abang, emang cocok ya jadi pacar?" Jizca tersenyum samar,
"Enggak, kegantengan di dianya," Bella kini terkekeh dan Jizca mengerucutkan bibirnya,
"Devin ganteng ya Bell," Jizca berucap setengah menggumam,
"Ha? Apa? Gak salah denger gue?" Ucap Bella antusias,
"Gue salah udah ngomong ke lo," Jizca bangkit dari duduknya kini,
"Haha iya, dia ganteng, lo liat aja, sodaranya juga cantik gini," Bella tertawa dan ikut bangkit, mereka berjalan beriringan menuju kelas,
"Semerdeka lo aja Bell," ucap Jizca datar,
"Yahh, jangan ngambek dong, baperan dasar lo," Bella merangkul Jizca dan mereka mulai menaiki anak tangga,
"Nah tuh Devin!" Ucap Bella semakin antusias, dan lagi-lagi, Jizca merasa salah tingkah.
"Senjaaa!" Teriak Bella penuh minat, sang empu yang punya nama kini menoleh, Bella melambaikan tangannya agar Devin menghampiri,
"Lo apa-apaan sih?" Jizca setengah panik, entah karena apa, firasatnya tidak enak, dan kini Devin hanya berjarak beberapa meter dari mereka,
"Bell jangan panggil gue Senja disini, Devin aja udah," ucap Devin setelah berada di depan mereka,
"Ups iya sorry," Bella tersenyum,
"Ada apa?" Tanya Devin memerhatikan keduanya,
Jantung Jizca dag dig dug tak karuan, takut-takut Bella mengatakan ucapannya tadi, dan kini ia siap lari.
"Emm anu," Bella melirik Jizca dengan tatapan menggoda dan Jizca menatap dengan tatapan ingin mencekik gadis itu,
"Lo pulangnya latihan basket?" Tanya Bella menahan tawa karena wajah Jizca yang sudah pucat,
Jizca lega mendengar ucapan Bella, ia tidak mengucapkan apa yang sebelumnya mereka bicarakan, Jizca sudah lega, namun yang ia heran, mengapa jantungnya masih berdegup tidak karuan.
"Engga, gue mau nganter Natasha ke dokter, mau ikut lo?" Tanya Devin pada Bella.
"Enggak, gue mau basket soalnya," Bella menggelengkan kepalanya,
"Get well soon ya buat kak Natasha," tambah Bella.
Devin menganggukan kepalanya,
"Eh iya Vin, KATA JIZCA LO GANTENG," Bella tertawa dan melihat kesampingnya, namun Jizca tidak ada disana, ia berlari menuju kelasnya dengan wajah yang sangat merah, sementara Bella tertawa sangat puas di depan Devin.
Devin terkekeh, "Bilangin ke Jizca, dia juga cantik." Devin berbalik setelah berucap demikian, dan kini Bella mematung di tempatnya.
"Heh monyet! Lo gak boleh baperin tuh cewe, dia baperan!" Teriak Bella pada Devin yang mulai menjauh sementara cowok itu tidak menggubrisnya,
Bella menggelengkan kepalanya pelan, lalu menuju kelas, disana Jizca sedang duduk dengan kepala yang ia tenggelamkan di atas meja.
"Bella lo jahat banget," ucapnya masih dengan posisi yang sama.
Bella terkekeh, "emang, kan gue udah bilang sewaktu-waktu gue bakal jahat."
"Sialan!" Kini Jizca mengangkat kepalanya dan melipat tangannya di bawah dada.
"Kata Devin, lo juga cantik."
Jizca membulatkan matanya, "serius looooo?" Tanyanya antusias, Sementara Bella mengedikkan bahunya lalu kini sibuk dengan ponsel yang ia genggam.
"Jangan terlalu dibawa serius, kadang dia suka bercanda," ucap Bella tanpa melihat gadis itu,
"Ohh, becanda ya?" Jizca menganggukan kepalanya dan terlihat lesu,
Devin suka becanda ya? Haha becanda doang ternyata.
👑
TBC..
Hai gaiss queen balik lagi, maaf kemaren gak update bicoz queen lelah sekali.
Queen seneng banget kalo liat comment comment kalian, jadi bikin queen seneng banget lagi gak apa apakan?
Ayo comment yang banyak, jujur aja liat comment kalian tuh kek obat penawar lelahnya queen *eak.
Follow ig queen sekalian : bellaanjni
Bellaanjni
Bandung, 13 maret 2018
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro