Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

👑Something Different👑

A/n; nyalain datanya buat liat mulmed dibawah, siapa tau cocok ma kalian.

Bel istirahat berdering dan terdengar merdu di telinga murid-murid, Pak Cun selaku guru fisika keluar kelas setelah mengucapkan salam. Jizca mengeluarkan kotak makannya, sementara Bella memainkan ponselnya lalu memakan roti yang dibawa Jizca.

"Lo mau masuk ekskul apa?" Tanya Bella memulai,

"Teater kayanya," Jizca masih sibuk dengan rotinya.

"Kalo lo?"

"Gue mau lanjutin basket, Devin juga masuk basket," ucap Bella

Jizca hanya menganggukan kepalanya,

"Nanti anter gue ya," Bella melirik Jizca,

"Kemana? Kapan?" Jizca terlihat antusias,

"Ke kelas Senja, mau ngasih formulir basket."

"Senja? Siapa?" Jizca menaikkan sebelah alisnya,

"Ehh, Devin masud gue, kebiasaan manggil dia Senja hehe,"

Air wajah Jizca tidak terlihat bersemangat seperti tadi, "males ah,"

"Yee kok gitu? Devin baik kok apalagi ke cewek, meskipun kadang nyebelin, gue maksa ah pokoknya,"

Akhirnya dengan ogah-ogahan Jizca ikut, dengan perjanjian dirinya menunggu di luar, namun yang terjadi adalah Bella memaksanya ikut masuk setengah diseret, dasar cewek vampire pikir Jizca, tanpangnya saja cantik, kelakuannya ganas.

Devin melirik ke arah mereka, "heh Bell, lo bawa topeng monyet dari mana?" Ucap Devin tanpa dosa setelah melirik Jizca.

"Apa lo bilang? Gue topeng monyet?!" Jizca yang berniat minta maaf kini niatnya hapus seketika,

"Ishh lo Vin! Kenalin ini Jizca, temen baru gue,"

"Emm ya, gue Devin," Devin mengulurkan tangannya, namun Jizca hanya menatapnya tajam, dan akhirnya Devin menarik kembali tangan kosongnya.

Melihat ada aliran listrik yang menyala di antara mereka, Bella langsung memberikan formulir basket itu pada Devin dan menarik Jizca keluar, "nanti pulangnya lo ke kelas gue ya!" Teriak Bella menuju pintu keluar sementara Devin menganggukan kepalanya.

"Tuh kan! Masa dia ngatain gue topeng monyet sih Bel! Emosi gue emosiii!" Ucap Jizca terlihat sangat kesal,

Namun Bella masih diam, "gak biasanya loh dia kek gitu Ca, dia itu cuek banget sama cewek, kecuali kalo udah kenal deket,"

"Bodo amat!"

Mood Jizca hancur seketika, sampai bel pulang berbunyi, tidak ada senyum yang terukir di bibirnya.

***

Matahari bersinar terik, lapangan rasanya meleleh karena panasnya cahaya yang kini tumpah mengenai lapang, Devin berganti pakaian menjadi pakaian basketnya sewaktu SMP begitupun Bella, ia satu SMP dengan Devin satu tahun terakhir karena Devin merupakan siswa pindahan.

Mereka diberi waktu 15 menit untuk siap-siap, Devin meneguk air yang ia beli di kantin, sementara Bella duduk disampingnya.

"Vin kenapa sih lo yakin banget pelaku yang selama ini neror hubungan lo sama setiap cewek ada disini?" Tanya Bella, pandangannya masih lurus kedepan.

"Hmm, karena apa ya, gak tau kenapa, tapi feeling gue emang pelakunya ada disini," ucap Devin santai.

Ya, ia masuk sekolah ini bukan tanpa alasan, ia mencari tahu siapa orang yang selama ini merusak hubungannya, karena setiap ia memiliki hubungan spesial dengan perempuan, selalu saja ada surat yang meneror perempuan yang menjadi pacarnya, dan surat itu yang menyebabkan dirinya putus.

"Oh iya Vin, gue liat ada yang beda dari sikap lo ke Jizca, bener?" Tanya Bella lagi,

"Beda? Engga sama aja," ucap Devin santai,

"Beda Vin, biasanya lo cuek banget sama cewe yang baru lo kenal."

"Lo salah, gue cuek sama orang-orang munafik doang Bel, gue liat temen lo itu gak palsu kaya orang lain, atau mungkin belum," Devin bangkit, entah kenapa ia merasa risih membicarakan hal seperti ini.

Gue beda? Gak salah juga kan kalo gue beda? Toh Jizca itu menarik.

***

"Ehh ekskul teater gak jadi kumpul hari ini, kak Natashanya sakit," ucap seorang kakak kelas, sepertinya ia kelas 11, Natasha adalah ketua sekaligus penggarap ekskul ini.

Beberapa wajah baru yang mengumpulkan formulir terlihat kecewa, termasuk Jizca. Ia mengeluarkan ponsel untuk menghubungi abangnya,

"Bang, Jey gak jadi kumpul teater abang masih di sekolah kan?" Tanya Jizca berharap.

Abang lagi anterin Natasha ke rumahnya, kasian dia lagi sakit, adeknya ekskul, kamu bareng Devin aja ya?

"Gak! Jey pulang aja sendiri! Jalan kaki!" Jizca menutup teleponnya sepihak, jelas ia menolaknya, meskipun bukan dengan Devin, Jizca juga pasti marah, abangnya lebih memilih mengantar Natasha, ditambah ia disuruh bareng Devin, emosinya tambah naik, kacau.

Mata Jizca berkaca-kaca, rasanya sakit ditolak abangnya sendiri, ia mulai khawatir posisinya suatu saat akan digantikan oleh perempuan lain dan abangnya melupakan dirinya, ia berjalan menuju gerbang sekolah dengan menunduk, sedikit lagi guncangan pasti gadis itu meneteskan air matanya.

"Awassss!" Teriak seorang di ujung lapangan,

Sebuah bola basket meluncur di depan Jizca, semua yang melihat terlihat lega ketika bola itu tidak mengenai Jizca sama sekali, hanya melewat di depannya, namun yang janggal kini Jizca menangis.

"Eh ehh, lo kenapa?" Tanya seorang ketua basket yang menghampirinya.

Jizca tidak menjawab, ia justru menjadi terisak,

Ketua basket itu bingung harus berbuat apa, "ada yang sakit?" Tanyanya.

Jizca menganggukan kepalanya, "mana yang sakit?" ketua basket itu meneliti Jizca, semuanya terlihat baik-baik saja.

"Ihh bacot, nanya mulu," Jizca menghapus air matanya, dirinya malu, lagi-lagi malu, entah karena apa, dan kini ia menyadari ada seseorang yang memerhatikannya, Devin. Cowok itu berdiri di sudut lapang menatap ke arahnya, sementara ketua basket tadi meminta maaf pada Jizca dan melanjutkan permainan.

Jizca menunggu di bangku yang berada di pos satpam, sekolah ini memiliki lapangan basketnya sendiri, tapi kenapa hari ini mereka latihan di lapang utama? Pikir Jizca, ia kembali teringat pulang, ia ingin pulang namun apa daya tidak ada kendaraan umum yang menghubungkan antara rumahnya dengan sekolah, dan pilihan terakhir, ia akan pulang bersama Devin, dan siap memasang wajah temboknya.

Devin menyampirkan sebuah handuk kecil di lehernya, "Bel pulang bareng?" Tanya Devin mengemas barangnya.

"Stt! Gue diajakin pulang bareng sama kak Rangga! ketua basket itu," Bella tersenyum lebar,

Devin menganggukan kepalanya, "gue duluan!" Ia menyampirkan ransel pada bahunya dengan pakaian basket yang ia tidak ganti, lalu keluar ruangan yang menjadi tempat mereka berkumpul, baru saja ia akan melangkahkan kaki keluar, seorang gadis menghalangi jalannya, gadis itu menunduk, poninya menghalangi wajahnya.

"Permisi?" Ucap Devin masih sopan, gadis itu tidak menjawabnya, kemudian Devin melangkah ke sisi yang lebih kiri namun gadis itu juga mengikuti,

"Assalamualaikum woi!" Ucap Devin kehilangan kesabaran,

"Iya waalaikumsalam!" gadis itu tetap menunduk, kini Devin melipat kedua tangan di bawah dadanya, ia mengenal suara gadis itu.

"Nunduk mulu, monyetnya lagi gak pake topeng?" Devin terkekeh setelahnya, dan Jizca langsung mendongak ke atas, menatap wajah cowok itu dan, ahh.. Kece!

"Bully gue sepuas lo silahkan, tapi please anterin gue pulang," Jizca terlihat memohon,

Devin menaikkan sebelah alisnya, "Lo jelek! Lo dekil! Lo bau! Lo pendek! Lo gendut! Lo---"

"STOPPPP! lo kira gue gembel apa? Nyesel gue!" Jizca berbalik, kakinya di hentakkan, ia kesal pada Devin, sangat-sangat kesal!

Devin tersenyum miring, ia berjalan dan mengapit leher gadis itu, "ayo balik!"

Jizca menahan napasnya, "anjir Devin! Ketek lo basah!!"

Devin hanya terkekeh lalu melepaskan Jizca,

Tuhan dia ganteng! Ganteng! Banget ganteng! Ganteng banget! Ganteng!' Batin Jizca, ia masih mematung di tempatnya, sementara Devin mulai menjauh,

👑
TBC...


BellaAnjni

Bandung, 10 maret 2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro