Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

👑Other Side👑

Devin menunggu Jizca di depan toilet rumah sakit, saat keluar kini jaket miliknya sudah melekat di tubuh Jizca dan terlihat kebesaran, Jizca memasukan seragam miliknya ke dalam tas, jam sudah menunjukan pukul setengah enam sore namun hujan tak juga reda.

"Mau pulang?" Tanya Devin, ia terlihat bersalah, karenanya juga kini Jizca jadi kedinginan.

Jizca menganggukan kepalanya, iapun sudah lelah dan ingin segera tidur di rumah.

"Tunggu disini sebentar," ucap Devin kemudian beranjak dari tempatnya, ia menuju kamar Natasha dan meminjam kunci mobil kepada mamanya,

Devin kembali tak lama, ia langsung mengajak Jizca ke parkiran rumah sakit dan Jizca menurutinya, ia kini menelpon Revan agar tidak usah menjemputnya.

"Baju lo masih basah Vin," ucap Jizca memerhatikan seragam yang di kenakan cowok itu, Devin kemudian keluar dari mobil menuju bagasinya dan kembali masuk setelah mengambil paper bag berwarna coklat tua.

Ia membuka kancing seragam lalu melepaskannya dan sontak Jizca menutup matanya, ada semburat merah terpancar pada pipi gadis itu.

"Kenapasih cowok kalo ganti baju suka gak tau tempat?" Protes Jizca masih menutup matanya.

"Karena cowok itu gak ribet, cukup kaos doang, gak pake tali-tali yang dikaitin," ucap Devin datar, sementara Jizca terlihat semakin memerah,

"Udah belom?" Tanya Jizca tidak menanggapi topik sebelumnya.

"Ya, lo bisa buka mata lo." Devin kemudian menyalakan mesin mobilnya dan Jizca menghirup napas lega, kini Devin memakai kaos putih polos tanpa lengan dan sedikit menerawang, memperlihatkan sekilas dada bidang dan kotak-kotak di perut yang dimilikinya.

Jarak dari rumah sakit ke rumah Jizca cukup jauh dan Jizca tidak kuasa menahan kantuknya, meskipun suara radio terdengar keras, namun gadis itu terlelap tanpa tergoyahkan.

"Awhhh!" Ringis Jizca ketika dahinya sedikit terpentok dashboard mobil, tak lama setelah itu, suara klakson dari belakang terdengar sangat nyaring dan berulang-ulang.

Jizca yang bangun dari tidurnya secara terpaksa terlihat bingung, dan mobil di belakang mereka tak henti-hentinya menyalakan klakson.

"Kenapa Vin?" Tanya Jizca bingung, kabut sedikit menghalangi pemandangan jalanan,

"Di depan ada tabrakan, lo liat deh, kalo aja gue gak ngerem, pasti beruntun sampe belakang," jelas Devin.

Kini Jizca menyipitkan matanya, benar saja, orang-orang semakin banyak yang berkumpul dan jalanan pun jadi macet total.

"Sial!" Devin memukul kemudinya, dan aura seram menyelimuti Jizca, ia ketakutan dan Devin sadar akan hal itu.

"Sorry," ucap Jizca pelan, "gara-gara lo nganterin gue, kita jadi kejebak macet kaya gini," lanjutnya.

"Gak apa-apa, gue yang harusnya minta maaf," ucap Devin kini melembut,

"Jam berapa sekarang?" Tanya Jizca hati-hati.

"Setengah delapan kurang," ucap Devin setelah melirik jam tangannya.

Jizca menganggukan kepalanya, ia beberapa kali menguap dan kini memeluk tasnya.

"Lo kalo mau tidur, tidur aja, nanti kalau udah sampai di bangunin,"

Lagi-lagi Jizca hanya menganggukan kepalanya.

"Vin?" ucap Jizca pelan,

Devin meliriknya,

"Lo lagi enak di ajak ngobrol gak?" Jizca tidak memalingkan tatapannya dari tas yang ia peluk.

"Kenapa?" Tanya Devin masih memerhatikan Jizca.

"Emm, lo beneran sodaraan sama Bella?"

Devin terdiam sesaat, "oh itu, iya gue sodaraan, kenapa?" Tanya Devin mulai penasaran.

Jizca menggelengkan kepalanya, "cuman tanya,"

"Vin, kenapa lo dateng ke rumah Bella buat maksa minta nomer gue?" Tanya Jizca kembali penasaran,

Devin hanya tersenyum miring, "mau tau?" Devin menaikan sebelah alisnya dan kini Jizca menatap wajah cowok itu, berharap Devin benar memberitahunya.

"MO-DUS," ucap Devin menekankan setiap suku katanya.

"Modus biar bisa ketemu Bella?" tanya Jizca bingung,

Devin tidak menjawabnya.

"Lo suka sama Bella Vin?" Kini Jizca langsung bertanya tanpa aba-aba dan sedikit lancang,

"Suka? Hmm suka ya? Bisa dibilang gitu," ucap Devin datar, Jizca kira Devin tidak akan menjawabnya, lebih tepatnya ia berharap Devin tidak menjawabnya, karena kini, entah mengapa air muka Jizca berubah kecewa.

"Kenapa gak di tembak Vin?"

"Gue gak mau kehilangan dia Jey, gue gak mau dia jadi mantan gue, gue harus temuin dulu orang yang selama ini ganggu hubungan gue, kalo udah ketemu, mungkin gue baru bisa ngutarain perasaan gue," jelas Devin,

"sorry ya gue lancang nanyain ginian," ucap Jizca pelan,

"Santai aja," Devin kini mulai menyalakan mesin mobilnya kembali, jalanan sudah tidak semacet tadi, kini mereka bisa melaju walau pelan, Jizca memejamkan matanya namun tidak tidur, sementara Devin masih fokus menatap jalanan.

"Jey bangun," ucap Devin menepuk bahu gadis itu,

"Ehh udah sampe? Gue kira lo Bang Evan, manggil gue Jey mulu," Jizca terkekeh, hujan sudah berhenti.

"Makasi ya Vin, jaketnya nanti gue balikin kalo udah di cuci," tambah Jizca.

"Lo mau masuk dulu?"

Devin diam sejenak, "boleh? Gue mau ikut solat aja,"

Kini Jizca yang terdiam, "gue kira lo nakal dan lupa tuhan, Bella bilang nakal lo kebangetan," ucap Jizca sementara Devin diam, "nakal asal tau batasan, lagian banyak orang suci yang punya masalalu gelap kan?" Devin mematikan mesin mobilnya lalu turun.

Jizca mengetuk pintu rumah yang langsung disambut mamanya, raut lega kini terpancar di wajah wanita paruh baya itu, pasalnya Jizca tidak pernah pulang semalam ini, jam sembilan kurang seperempat. Mama Jizca melihat Devin dari atas sampai bawah dan sedikit mengerutkan dahi ketika Jizca memakai jaket yang ia duga pasti milik cowok itu, sementara cowok itu hanya memakai kaus putih oblong.

"Ehh, ayo masuk," ucap Mama Jizca mempersilahkan,

Revan keluar dari kamarnya, sepertinya ia habis mandi karena rambutnya masih basah dan handuk kecil tersampir di pundaknya.

"Hei Vin!" ia menjabat tangan Devin dan langsung duduk di sofa sebelahnya.

"Bang gue gak akan lama, mau ikut solat aja," ucap Devin santai,

"Woahh tobat lo? Haha yaudah tuh disana, belok kiri, jangan kanan karena itu kamar adek gue," ucap Revan terkekeh.

Devin mengikuti instruksinya dan setelah selesai ia kembali ke ruang tamu, Mama Jizca menyuguhkan banyak makanan, dan tak lama, sebuah mobil masuk ke halaman, disusul langkah kaki seorang laki-laki paruh baya yang masuk ke dalam rumah.

"Ehh ada tamu," ucap laki-laki yang tak lain adalah Ayah Jizca ini.

Devin tersenyum dan menjabat tangan laki-laki yang baru datang itu, "temen kamu Van?"

"Temennya Jey Yah," ucap Revan kemudian mengambil toples kue di depannya.

"Saya mau pamit om, tante," Devin menganggukan kepalanya,

"Ahh saya datang kok kamu malah pulang? Disini dulu aja sebentar," ucap Ayah Jizca hangat,

Devin tersenyum kaku, ia sudah lama tidak berada di tengah keluarga lengkap yang bahagia, dan sekarang ia merasakannya lagi, bau kebahagiaan yang tercipta dari keluarga yang sempurna.

"Jey kemana?" Tanyanya melihat sekitar dan tidak menemukan gadis perempuan satu-satunya itu.

"Tidur kali, dia kan kebo, ada temennya eh dia malah tidur," ucap Revan kemudian terkekeh,

"Siapa yang bilang kebo? Jey denger tau!" Teriak yang berada di dalam kamar, dan tak lama Jizca keluar kamar dengan piyama berwarna coklat yang ia kenakan, kemudian bergabung diantara mereka.

"Kamu ini mirip seperti rekan kerja saya dulu," ucap Ayah Jizca pada Devin,

"Pak Martin namanya, kamu kenal?" Tanyanya lagi,

Rahang Devin sedikit mengeras mendengar nama itu, "saya sempat mengenal Beliau, dulu," ucap Devin sedikit kaku dan memaksakan senyumnya.

👑

TBC..

Please don't be a silent reader gaiss:)

Sorry for bad story and the mess I am, don't you think that I get messy?

Queen gak ngerti barusan ngomong apasi:( yasudah lah gais:)

Bellaanjni

Bandung, 17 maret 2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro