Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

👑Now👑

A/n: sambil dengerin Attention- charlie puth alias selingkuhan Queen enak nih.

👑

Kini Jizca berbalik, menatap mata tajam Devin dari kejauhan, ia tersenyum samar.

"Aku gak peduli Vin!" Ucap Jizca tegas dengan penuh penekanan.

Jizca melanjutkan langkahnya lebih cepat, Natasha yang masih berdiri disana kini terkekeh. Dan Devin ya masih terlihat seperti Devin, ia sedikit tersenyum.

Kenapa sekarang Devin merasa semakin gadis itu menolaknya, semakin besar keinginannnya untuk mendekat?

Jizca berhenti di depan kelasnya dengan napas yang sukar di atur, bukan masalah napasnya, tapi jantungnya yang lagi-lagi berdetak tak karuan.

"Tenang Jey, dia cuma nyari perhatian lo, dia gak butuh perasaan lo!" Jizca kemudian memasuki kelasnya.

Tak lama kemudian Bella masuk dengan wajah yang ia tekuk, sepertinya mood gadis itu hancur entah gara-gara apa.

"Napa Bel?" Tanya Jizca setelah Bella duduk di sampingnya.

"Bete gue, emm Ca, lo beneran suka Devin gak sih?"

Jizca menautkan kedua alisnya, "kenapa sih Bell? Kok nanya gitu?"

"Ya gue nanya aja, kasian aja gitu kalau dianya udah berharap, eh lo nya dingin-dingin aja," jelas Bella.

"Emm gimana ya? Emang dianya berharap? Haha," ucap Jizca disusul kekehan.

"Ahh terserah kalian deh, pusing gue, awas aja kalo kalian minta bantuan gue, " ucap Bella kemudian mengambil buku sejarah yang berada di tasnya karena Pak Wetan, guru sejarah yang suka 'meramal' itu sudah datang.

Pelajaran berlangsung membosankan, Pak Wetan mengajar dengan lelucon yang krispi alias garing, selesai ia melawak murid-murid bukannya tertawa, mereka malah menautkan alisnya.

Seperti sekarang, ia berucap; "kenapa huruf i ketika kecil botak dan ketika sudah besar tidak mempunyai kepala?"

Sebagian murid berpikir keras namun sebagian lainnya tidak berpikir, mereka berbisik Ini pasti kriuk, bosen gue mikir yang beginian.

"Ndak ada yang bisa jawab?" Pak Wetan bertanya kembali,

"Karena wajah i itu sebenarnya jelek, jadi kepalanya ngumpet!" Ucap Pak Wetan keras-keras.

Krikk... Krikk... Krikk..

"HAHAHAHA! Mukanya jelek ya Pak? HAHAHA jelek mana sama Bapak?" Ucap seorang cowok dari luar, membuat seisi kelas kaget mendengarnya, dan tawa cowok kelas 10 IPA 6 pun pecah ketika melihat siapa yang masuk.

"Lucu kan Nak? Akhirnya ada siswa yang mengerti pertanyaan Bapak!" Ucap Pak Wetan senang, ia budek, ia sering menyuruh siswanya untuk mengulang kembali ucapannya dengan volume yang lebih keras, seperti sekarang mungkin hanya tertawaan cowok yang membawa setumpuk buku itu yang Pak Wetan dengar.

Devin menyimpan buku paket yang ia bawa di meja guru,

"Kamu dihukum dan sekarang tidak bisa masuk kelas kan?" Tanya Pak Wetan,

Devin menganggukan kepalanya, "iya Pak, kenapa?"

"Kalau begitu, kamu masuk kelas disini saja,"

Devin menautkan alisnya, "ah enggak Pak! Teman-teman saya nunggu di kantin!" Ucap Devin menolaknya,

"Apa? Teman-teman kamu juga mau ikut? Oh boleh dengan senang hati! Bapak suka siswa yang semangat belajarnya tinggi!"

Murid yang berada di kelas kini tergelak lagi, "karena disini tidak ada kursi kosong, kamu duduk dekat saya saja ya?" Disamping kursi guru terdapat satu kursi kosong yang biasa digunakan ketika tes lisan berlangsung.

Devin mengusap wajahnya, "istigfar Vin! Kasih korek kuping tuh Pak Wetan!" Ucap salah satu murid cowok disana dan Devin terkekeh, akhirnya Devin duduk di samping Pak Wetan dan kini ia menjadi bahan bisikan cewek-cewek rumpi disana.

Bella menyikut Jizca yang kini terlihat tidak fokus, Jizca melamun, dan kini lamunannya buyar.

"Apa sih Bell?" Ucap Jizca kemudian mengikat rambutnya.

"Itu daritadi Devin liatin lo mulu!" Bisik Bella.

"HA? DEVIN? MANA DEVIN?" ucap Jizca dengan volume yang kelewat keras, semua mata kini memandanginya, Jizca membulatkan matanya dan membekap mulut dengan tangan setelah tau yang di ucapkannya menimbulkan perhatian lebih dari teman-teman satu kelasnya.

Wajahnya terasa terbakar, memerah, jelas ia sangat malu. Jizca kemudian menutup wajah dengan jaket dan menenggelamkannya diatas meja. Bella terkekeh dan Devin, ia tersenyum miring.

Sepanjang pelajaran Pak Wetan, Jizca tidak berani mengangkat wajahnya sedikitpun, rasanya ia harus operasi pelastik agar bisa mengangkat wajahnya lagi. Sampai bel istirahat berbunyi ia masih enggan untuk mengangkat kepalanya.

Devin berjalan mendekati meja Bella, satu telunjuknya ia tempatkan di bibir, mengisyaratkan Bella agar tidak bersuara, kemudian menyuruh Bella bangkit dari kursinya. Bella mengerucutkan bibirnya kesal, ia merasa di usir oleh sahabatnya sendiri.

"Awas aja lo kalo apa-apain dia!" Bisik Bella ketika berdiri.

"Yaudah gue apa-apainnya lo aja, lo mau gue apa-apain?" Balas Devin disusul kekehan kecil.

"Dasar Pedofil!"

Menyadari Bella bangkit dari tempatnya, Jizca ingin mengangkat kepalanya dan bertanya, namun sepertinya ia terlalu malu, alhasil dengan suara yang teredam meja, ia memaksakan bertanya.

"Bell mau kemana?" Ucap Jizca yang langsung memberhentikan langkah Bella.

"Toilet, ikut?"

"Gak mau, gak laper gue!" Ucap Jizca kemudian tertawa, Bella hanya menggelengkan kepalanya.

Devin duduk di bangku Bella, menimbulkan suara deritan dari kursi yang bergesekan dengan lantai.

"Kok cepet Bell? Gak cebok ya lo? Kebiasaan deh!" Ucap Jizca lagi-lagi tertawa.

Devin mengambil sebuah Tupperware yang berada di bawah meja Jizca, kemudian membuka isinya.

"Heh itu punya gue!" Ucap Jizca spontan mengangkat kepalanya dan ingin menjitak kepala Bella. Namun kini, niatnya di urungkan ketika melihat cowok di sampingnya. Kuku tangannya memutih dan jantungnya kembali berdegup tidak karuan, kenapa Devin ini selalu membuatnya demikian?

"Punya lo? Lo yang bikin?" Devin kemudian membuka tempat makan itu.

"Tadinya iya, cuman kalo lo mau, lo makan aja." Jizca kemudian memalingkan wajahnya ke jendela.

Devin tersenyum, ia mengambil sendok kemudian menyendok nasi goreng yang ada disana,

"Jey?" Ucap Devin pelan.

"Iya?" Jizca masih melihat keluar jendela, berharap Bella muncul dari kejauhan dan segera kembali.

"Kenapa sih?" Devin merasa gemas melihat tingkah laku gadis di sampingnya.

"Gak apa-apa, makan yang cepet, tempat lo bukan disini," ucap Jizca yang tidak berpaling dari jendela.

Devin menarik pipi Jizca dan membuat gadis itu terpaksa melihat ke arahnya, mata mereka bertemu sepersekian detik sebelum Jizca menutup matanya sekarang.

"Buka mulut lo!" Perintah Devin.

"Ngapain?" Kini Jizca menutup mulut dengan kedua tangannya.

Devin menatapnya tajam, dan Jizca ketakutan.

Perlahan tangan Devin melepaskan tangan Jizca dari mulutnya, ia menyendokan nasi goreng dan menyumpalkannya pada gadis itu dengan sedikit pemaksaan.

"Nah pinter! Makan yang banyak!" Ucap Devin kemudian bangkit dari kursinya, lalu keluar kelas. Jizca menatap punggung cowok itu dari jendela, ternyata kini Devin memasuki kelasnya, kelas yang tak lain berada di sebrang kelas Jizca.

Jizca masih diam dengan perasaan yang campur aduk, jantungnya masih berdebar, tangannya mendingin dan matanya sedikit berkaca-kaca.

Bang Evan, Jey gak mau jantungan!' batin Jizca, ia mengerucutkan bibirnya lalu kembali menikmati sisa istirahatnya dengan melanjutkan makan.

👑

TBC...

Ada yang kangen Queen? Ada yang nunggu Queen? Adakah? Adakah? Adakah?

Queen sibuk banget kemarin kemarin kemarin, Queen gak tidur dua malem, Queen kelaperan semalaman karena ada acara disekolah, untung Queen punya temen-temenn yang bisa bikin happy banget!

*teemen gue langsung terbang semua nih! Plakk!

Dah ah kebanyakan, kalo yang follow Instagram queen pasti tau, aku juga info in disana kok, so please don't terror me:(

Yaa, follow yu bellaanjni, kalo mau folllback bilang aja queen baik hati dan tidak sombong kok..

Love yeah..

Bellaanjni

Bandung, 8 April 2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro