Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

👑 Mirip 👑

"Kamu udah punya Senja, gak usah rindu lagi, gak usah benci hujan di sore hari lagi, Senja udah jadi punya kamu. Cewek lain pasti iri gara-gara gak bisa milikin Senja kaya kamu."

-Devin Akrasaf Rakasenja-

👑

"Kasian Bella," ucap Jizca pada Devin yang kini sedang mengatur antena televisi di depannya.

"Hmm," balas Devin.

"Ah aku bosen Vin!" seru Jizca.

Devin meliriknya, "mau maen?"

"Maen apa?" tanya Jizca sedikit antusias.

Devin berjalan menuju lemari pendingin kemudian mengeluarkan dua kotak susu, ia kemudian memberikan yang satu pada Jizca dan duduk di sampingnya.

"Maen di kasur hehe," ia terkekeh.

"Ihh Devin! Mesum!"

"Main monopoli Jey, waktu kecil suka gitu kan?"

"Tau ah!" Jizca menyenderkan kepala pada bahu tegap di sampingnya. Devin mengusap kepala gadis itu pelan. Dan lagi, detakan itu muncul. Suara gemuruh hebat yang berasal dari dada, yang mengakibatkan sebuah rasa yang bisa dibilang 'nyaman'. Bukan dari Jizca, bukan. Tapi Devin, kali ini ia yang merasakan detakan itu, hatinya menghangat.

"Sekarang jam berapa?" tanya Jizca sedikit mendongakan kepala.

"Setengah lima, mau pulang?"

"Boleh, sekalian mampir-mampir dulu yuk!"

"Kemana?" tanya Devin seraya berpikir.

"Toko sepatu deh, minggu depan temen aku ulang taun, aku gak ada warna sepatu yang cocok sama dress yang bakal dipake," jelas Jizca.

"Siapa yang ulang taun?"

"Temen sekelas, namanya Kim, tapi aku lupa wajahnya, kayanya gak terlalu dekat,"

"Bella?" tanya Devin menautkan sebelah alisnya.

"Bukan, namanya Kim, bukan Bella."

"Kan nama Bella itu Kim Nabella, dipanggil Bella." jelas Devin gemas.

"Oh gitu ya? Gak tau lupa, aku gak mahir ngingat nama orang,"

Devin terkekeh, "ini siapa?" tanya Devin menunjuk dirinya.

"Denis ya? Atau Dadang?" Jizca tertawa.

"Senja," Devin menatap gadis itu dalam.

"Ah ganti nama ya? Yaudah, kalau kamu senja, kenalin aku Fajar! " Jizca tersenyum kelewat imut.

"Jangan Fajar, nanti aku dikira pacaran sama cowok!" ucap Devin.

Lagi-lagi Jizca tertawa.

"Bentar, siap-siap dulu, udah mendung, nanti kehujanan di jalan."

"Aku gak suka hujan, apalagi di sore hari."

"Kenapa? Bukannya cewek itu suka hujan?" ucap Devin seraya mengenakan jaket putihnya.

"Aku engga, soalnya hujan di sore itu bisa buat aku rindu."

"Rindu sama siapa?" tanya Devin penasaran.

"Sama semburat jingga pada langit senja."

"Kamu udah punya Senja, gak usah rindu lagi, gak usah benci hujan di sore hari lagi, Senja udah jadi punya kamu. Cewek lain pasti iri gara-gara gak bisa milikin Senja kaya kamu."

Jizca tersenyum.

"Tau apa bedanya Senja yang disini (Devin menunjuk dirinya) sama yang di langit?"

"Apa?" Jizca menaikan kedua alisnya.

"Kalau yang dilangit hadirnya cuma sebentar," Devin memakai sepatu dan Jizca memerhatikan itu.

"Ahh sepatu! Masih di Bella! Aku ambil sepatu dulu!" Jizca bergegas menuju rumah Bella.

Devin tersenyum samar, "kalau aku hadirnya bukan sebentar, tapi sekilas." gumam Devin pada dirinya sendiri.

"Kecuali kalau udah terlanjur jatuh!" ia bergumam sendiri lagi. Ia melihat punggung Jizca menjauh melewati gerbangnya.

Aku dengar, kalau kaya gitu, kamu bakal aku bikin jatuh, berulang kali, sampai hadir kamu tidak hanya menjadi hadir yang sekilas.

Jizca kembali ketika selesai mengenakan sepatu. Devin sudah siap dengan motor besarnya. Ia memberikan helm pada Jizca, dan dengan cepat Jizca mengambilnya.

Bella keluar dari rumah mendengar deruan motor Devin.

"Pulang?" tanya Bella yang kini sedang memegang es krim.

"Iya," ucap Jizca sedikit keras, ia kemudian menaiki motor.

"Hati-hati!" Bella melambaikan tangan ketika Devin melajukan motornya. Ketika keluar komplek, ia berpapasan dengan Revan, yang sedang mengantar Natasha pulang.

"Kamu tau gak Vin? Tadi di sekolah ada yang bilang kalau aku gak tahu diri," ucap Jizca.

"Nama kamu siapa?" tanya Devin tidak nyambung.

"Aku? Jizca Adaraisa, kenapa?"

"Oh berarti kamu masih tahu diri, mereka bohong kalau bilang kamu gak tahu diri."

Jizca terkekeh pelan, "iya bener, aku masih tahu diri ternyata."

Mereka sampai di sebuah pusat perbelanjaan yang cukup besar. Langit semakin kelabu, rintik-rintik hujan turun membasahi aspal kering yang hampir meleleh siang tadi. Jizca berjalan dengan cepat agar tubuhnya tidak basah terkena air hujan. Berbeda dengan Devin yang berjalan santai, namun mereka sampai pada gedung itu bersamaan.

Devin menepuk jaketnya yang sedikit terkena rintikan hujan.

"Dress yang kamu pakai warna apa?" tanya Devin seraya menjelajahi mencari toko sepatu.

"Coklat," ucap Jizca yang juga mencari toko sepatu.

"Nah itu!" Jizca tergesa menuju sebuah toko sepatu, seorang mbak-mbak dengan make up yang tebal tersenyum ke arah mereka.

"Selamat sore Dik, Mas, silahkan dipilih," ucapnya dengan senyum ramah.

Jizca melihat-lihat sepatu yang berada disana.

"Ahh yang ini lucu! Tapi yang ini juga! Jadi mending yang mana?" tanya Jizca pada Devin seraya memperlihatkan dua model sepatu di tangannya.

Devin memerhatikan heels di tangan kanan Jizca yang berwarna coklat muda, dan melirik yang satunya lagi berwarna coklat tua.

"Nomor sepatu berapa?" tanya Devin menaikan kedua alisnya.

"37!" ucap Jizca antusias.

"Anak SMP!" celoteh Devin kemudian berbalik.

Devin menuju deretan sepatu berwarna hitam. Matanya tertuju pada heels beludru dengan tiga permata kecil di atasnya. Tingginya sekitar lima senti, kemudian ia melihat nomornya.

40.

"Mbak, yang kaya gini ada nomor 37?"

Mbak-mbak itu menghampirinya, "sebentar Mas, saya cari dulu, untuk adiknya ya?" tebak Mbak itu so tau.

Devin tidak menimpalinya, ia menunggu seraya melihat sepatu yang lainnya.

"Ada Mas!" Mbak itu menghampiri Devin dengan sebuah kotak sepatu di tangannya.

Devin membuka kotak itu kemudian melihat isinya.
"Saya ambil yang ini," ucap Devin kemudian menghampiri Jizca.

Mbak itu mengemas sepatu yang Devin pilih dan menunggunya di kasir.

"Udah nemu?" tanya Devin pada Jizca.

"Buntu! Pusing! Terlalu banyak!" keluh Jizca.

Devin tersenyum samar, ia berjalan menuju kasir dan mengambil barangnya.

"Nih!" Devin memberikan paper bag berwarna putih pada Jizca. Kemudian ia berjalan keluar toko tersebut.

"Ehh tungguin!"

Jizca keluar toko tersebut, seseorang menepuk bahu dari belakangnya. Jizca dengan cepat menoleh ke belakang.

"Ehh kenapa mbak? Saya belum bayar?" tanya Jizca was-was.

"Sudah Dik, emm..," Mbak itu menggantung kalimatnya seraya tersenyum.

"Boleh saya minta nomor abangnya? Mbak ini adiknya kan?" ucap Mbak itu malu-malu.

Jizca mengerutkan dahinya, "maaf mbak, abang saya yang itu (Jizca melirik Devin yang berjalan semakin jauh) enggak suka sama cewek!" ucap Jizca lalu berlari menjauhi Mbak-Mbak itu.

"Vin! Kalau jalan pelan-pelan," protes Jizca.

"Kaki kamu kependekan, makannya jalannya lama," balas Devin.

"Udah? Ada lagi?" tanya Devin pada Jizca.

"Udah kayaknya, ayo pulang!"

"Masih hujan," ucap Devin melirik keluar.

"Makan deh," tawar Jizca.

Devin menuju salah satu tempat makan bernuansa Western. Kemudian memilih duduk di kursi paling ujung.

"Pesen apa?" tanya Devin pada Jizca yang sibuk membuka kotak sepatunya.

"Ah samain aja," Jizca kembali pada kotak sepatunya.

Devin memesan dua porsi steak, kemudian mengambil kotak sepatu di depan Jizca.

"Ehh?" ucap Jizca ketika kotak sepatu itu di ambil Devin.

Tak lama, pesanan mereka di hidangkan di atas meja.

"Kamu kenapa suka masakan Western?" tanya Jizca seraya memotong steak miliknya.

"Lebih suka indo, tapi disini susah nyari masakan indo, jadi yang lebih mirip ya Western,"

"Mirip? Apanya?"

"Nih kaya steak, mirip rendang, malah lebih enak rendang," jelas Devin.

Jizca mengambil buku menu lalu membuka halaman demi halaman.

"Kalau chiken wings BBQ?"

"Mirip kaya sayap ayam bumbu kecap,"

"Kalau risotto? "

"Bubur ayam."

"Hmm, kalau pancake?"

"Martabak manis."

"Kalau Taylor Swift?" tanya Jizca dengan senyumnya.

"Kim Nabella."

👑
TBC..

Huhuhuuu.. Aku senang sekali gaiss!!

Follow instagram queen: bellaanjni

WDYT of this chapter??

Vote comment!

Bellaanjni

Bandung, 15 April 2018


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro