Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

👑heart attack👑

Devin mematikan mesin motornya ketika sampai di kediaman Jizca. Suasana rumah itu terlihat sepi, mungkin Revan belum pulang dari sekolah, pikir Devin.

"Masuk dulu Vin?" Tanya Jizca setelah turun dari motor besar yang sebelumnya ia naiki.

"Gak usah, gue cabut ya?"

"Oke! Thanks ya udah jajanin gue," ucap Jizca mengangkat satu jempolnya.

"Thanks juga udah mau bantuin gue!" Devin kemudian menyalakan mesin motornya lagi, lalu melaju dengan cepat.

"Sama-sama!" Jizca melambaikan tangannya. Ia tersenyum kemudian membuka gerbang rumahnya.

Makasih buat apa? Makan eskrim punya dia kali ya?

Jizca mengedikkan bahu tidak peduli, ia menghempaskan diri di kasur empuk miliknya. Pikirannya masih melayang bersama Devin, Devin yang begitu menyenangkan hari ini, tidak seperti biasanya.

***

"JIZCA ADARAISA! GUE SUKA SAMA LO!"

Ucapan itu terdengar sangat keras, hampir terdengar ke seluruh penjuru sekolah, bahkan sampai gedung kelas 12 pun masih bisa mendengarnya. Sontak murid-murid yang penasaran langsung keluar kelas, mencari dan melihat apa yang terjadi.

Devin mengambil toa yang kini berada di temannya lagi, "JIZCA ADARAISA, 10 IPA 6! GUE DEVIN RAKASENJA SUKA SAMA LO!"

Murid-murid semakin berteriak heboh, mereka mencari-cari yang namanya Jizca Adaraisa bahkan beberapa dari mereka masuk ke kelas 10 IPA 6.

Bella melipat tangan dibawah dadanya kemudian melihat ke lapang utama, "nekat!" Gumam Bella pelan.

Teman Devin yang membawa bunga serta coklat, juga spanduk yang di bentangkan mulai merasa pegal, gadis yang di tuju tidak nampak batang hidungnya sedikitpun.

"JIZCANYA ADA DI UKS!" teriak salah satu siswa, ia sepertinya teman sekelas Devin.

Devin melirik ke sumber suara, "UKS?" ucapnya sedikit bingung, perasaan tadi pagi ia sudah memastikan Jizca baik-baik saja.

Devin melangkahkan kakinya menuju UKS, banyak siswa-siswi yang mengikutinya dari belakang maupun samping, banyak juga yang merekam kejadiannya.

Ia berhenti di depan pintu putih UKS, membukanya pelan tanpa mengetuk, kemudian masuk. Murid-murid itu mengintip dari luar dan jendela UKS, berbisik-bisik dan bertanya mana cewek 'beruntung' yang sama sekali tidak beruntung itu.

"Jey?" Ucap Devin pelan,

"Pergi jauh-jauh!" Ucap Jizca yang sedang duduk di sofa UKS dengan selimut di tangannya.

Devin mengerutkan dahinya,

"Gue bilang pergi! Gue gak suka lo!" Ucap Jizca lebih keras dari sebelumnya.

Tangan Devin mendingin, apa Jizca tau maksud di balik mendekati dan menembaknya adalah untuk menangkap seorang yang telah mengganggu hidupnya? Apa Jizca tau jika ia digunakan untuk memancing orang tersebut?

"Jey, maafin gue, gue gak maksud--"

"Lo bermaksud!" Sela Jizca tidak bergeming dari posisinya.

"Lo bermaksud kan bikin gue jantungan?" Lanjut Jizca,

Devin mengerutkan keningnya, mencoba mencari jawaban dari ucapan Jizca.

"Lo bikin gue deg-degan tiap deket lo! Lo jahat Vin! Makin sini gue deg-degan, apalagi pas lo teriak di lapang! Gue takut jadi jantungan makannya gue pergi ke UKS! jauh-jauh lo dari gue!"

Devin hampir terkekeh mendengarnya, Ia berjalan menuju sofa, mendekati gadis itu, duduk lalu merangkulnya.

"Devinnnnnnn!" Teriak Jizca keras, yang menonton kini terbahak, apa Jizca berpikir dirinya jantungan karena jatuh cinta?

"Siapa yang bilang kalo lo deg-degan berarti jantungan?" Tangannya masih menempel erat para bahu gadis itu.

"Bang Revan!" Ucap Jizca yang lagi-lagi menimbulkan kekehan di antara murid yang menonton.

Devin menyuruh temannya untuk membubarkan murid-murid kepo yang kini terlihat kecewa setelah melihat wajah bringas Arya, teman Devin yang membawa spanduk.

"Jadi gimana?" Tanya Devin,

"Gimana apanya?" Jizca terlihat bingung.

Devin menepuk jidatnya, "siniin coklatnya Sa, bakar spanduknya!" Ucap Devin pada Isa, cowok yang sedang memegang toa dan membawa coklat.

"Nih makan," Devin menyodorkan coklat itu kepada Jizca, kemudian mengajak Jizca kembali ke kelasnya.

Beberapa murid berbisik ketika Jizca dan Devin melewati mereka, terlebih Jizca yang kini memegang coklat dan berjalan beriringan dengan Devin, menimbulkan berbagai persepsi di antara murid-murid yang melihat.

Devin mengantar Jizca sampai depan pintu masuk, "nanti lo pulang bareng gue Jey!" Ucap Devin kemudian berbalik ke kelasnya.

Jizca disambut heboh oleh teman-temannya, berbagai pertanyaan membuat Jizca bingung, menurut Jizca teman-teman satu kelasnya itu terlalu berlebihan.

"Lo jadian sama Devin?" Tanya Bella datar, seolah tau jawabannya adalah iya.

"Engga," ucap Jizca kemudian membuka bungkus coklatnya.

Mata Bella membulat, dugaannya salah.

"Kok bisa?" Tanya Bella mulai antusias.

Syukurlah!

"Emang Devin beneran nembak gue? Dia kan suka bercanda," ucap Jizca datar, memasukan sepotong coklat kedalam mulutnya juga kedalam mulut Bella.

"Dasar pea!" Ucap Bella singkat.

"Lebih pea kalo gue nerima dia! Pea!" Balas Jizca tak kalah sengit.

Jizca tau? 'Batin Bella.

"Kok diem? Nih aaaaa!" Jizca menyuruh Bella membuka mulutnya untuk memasukan potongan coklat.

Gue emang gak tau apa-apa Bell, tapi gue tau ada yang lo sama Devin sembunyiin, gue gak mungkin nerima cowok yang sama sekali gak suka sama gue, apa lagi namanya kalau bukan main-main? 'Batin Jizca, kemudian ia tersenyum.

***

Devin memainkan pulpennya ketika pelajaran berlangsung, ia sama sekali tidak fokus, tapi setidaknya ia tidak terlalu merasa bersalah, kini ia dan Jizca tidak pacaran, tapi pasti jika ia terlihat bermesraan dan akrab dengan Jizca, murid-murid lain pasti akan mengira bahwa mereka berpacaran. Dan si parasit pengganggu kehidupannya pasti akan mengirimi Jizca surat, dari situ Devin akan mulai mengincar pelaku itu lagi.

"Vin! Sadar woi udah bel balik!" Ucap Arya kemudian menyampirkan tasnya.

Devin mengusap wajahnya kemudian keluar kelas, langsung menuju kelas Jizca. Ia menunggu di rooftop samping kelas 10 IPA 6.

"Hallo Devin!" Ucap Jizca riang.

Bella hanya tersenyum kaku, "gue duluan," ucap Bella menganggukan kepalanya.

"Hati-hati Bell!" Teriak Jizca, sementara Bella hanya mengangkat jempolnya tanpa menoleh lagi.

"Pulang ya Vin?" Tanya Jizca, kini hanya mereka berdua yang berada di rooftop.

"Emangnya mau kemana dulu?"

"Eh, padahal gue cuman nanya loh Vin," Jizca menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.

"Ikut gue mau?" Tanya Devin mulai berjalan.

"Mau! Mau!" Jizca mulai mengikuti langkah Devin.

"Vin.. Tungguin, jangan cepet-cepet!" Protes Jizca.

Devin kemudian menarik tangan yang memakai sweater abu yang menutupi hampir setengah jari gadis itu. Menyatukan jemarinya pada jari mungil Jizca, ia menuntun Jizca.

Jantung Jizca kembali berdetak tidak karuan, semburat merah jelas terpancar dipipinya. Ia melihat ekspresi datar Devin, yang tidak Jizca ketahui bahwa Devin merasa nyaman, ia bahkan mati-matian menahan senyumnya.

👑
TBC..

Heyoo wasap gengg?

Queen balik lagii, vote comment dong!

Hmm queen lagi seneng tapi gatau kenapa:v

Bellaanjni

Bandung, 27 Maret 2018.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro