Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Drama

Jizca sampai di rumah pada pukul 08.00 pagi, tentu saja abangnya sudah berangkat sekolah. Tidak ada siapapun di rumah.  Kepalanya terasa berdenyut, mungkin karena ia kelelahan seharian kemarin, ditambah dirinya yang belum tidur sampai sekarang. Jadi ia memutuskan untuk membersihkan diri kemudian tidur sejenak.

Pikirannya sedikit lebih tenang saat air dingin mengguyur tubuhnya. Setelah selesai, Jizca langsung menuju kasur, tidur dengan boneka teddy bear yang sengaja ia peluk seerat mungkin.

Ting

Jizca sedikit terusik ketika suara bel rumahnya beberapa kali berbunyi, ia melirik jam dinding dikamarnya dan menunjukan pukul sebelas siang, dengan malas Jizca membuka pintu dan melihat siapa yang datang.

"Bella? Ngapain lo--?"

Bella langsung menyambar ucapan Jizca, "cepet pake seragam! Kesekolah sekarang!" Bella langsung mendorong tubuh Jizca untuk masuk, Jizca masih mengerutkan keningnya, setelah selesai ia langsung menghampiri Bella.

"Nice!" Bella memegang bahu Jizca kemudian langsung menariknya menuju sebuah motor, motor yang tak asing bagi Jizca, sport berwarna merah dengan plat nomor yang sama. Itu milik Devin.

"Kok lo bisa pake motornya?"

"Jagan banyak tanya!  Cepet naik!"

Jizca menurut tanpa bantahan, meskipun dikepalanya kini terdapat seribu tanya. Kurang dari sepuluh menit mereka sampai di sekolah. Jizca langsung turun mengikuti Bella yang berjalan terburu-buru.

Langkah Bella terhenti di depan sebuah ruangan dekat aula, Bella membuka pintu itu dan mengisyaratkan Jizca masuk kesana. Dengan ragu Jizca masuk, seorang kakak kelas yang sangat ia kenali kini terduduk di atas sebuah kursi dengan kepala yang ia tenggelamkan di atas tangannya.

"Kak Nath?" ucap Jizca ragu,

Orang yang ia panggil kini bangkit, menatap sumber suara yang tidak ia percayai. Matanya membulat melihat Jizca dan dengan cepat, ia mengusap sisa air mata di pipinya. Senyum terlukis di wajah cantik Natasha, matanya sembab dengan hidung yang sedikit memerah.

Natasha menghampiri Jizca kemudian memeluknya, "gue tau lo pasti dateng!" ucapnya lirih.

Natasha kemudian menarik Jizca untuk segera mengganti pakaiannya, rasa was-was di diri gadis itu hilang karena Jizca yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Kita tampil setengah jam lagi, lo jangan kemana-mana, gue make up in bentar!"

Jizca malas melakukan ini semua, terlebih perasaannya yang kini campur aduk. Namun melihat kondisi Natasha yang sudah seperti di ujung tombak, Jizca terpaksa menuruti kemauan kakak kelasnya itu, meskipun kepalanya masih berdenyut dan keringat dinginnya yang mengucur di dahi tak henti. Ditambah, kini Jizca merasakan perutnya perih, ia belum makan apapun dari siang kemarin.

Setelah selesai dengan semua persiapan, Jizca dan Natasha pergi berkumpul bersama anggota club lainnya. Lima menit lagi drama mereka akan dimulai dan saat itu juga, Jizca melihat Devin. Devin dengan pakaian ala pangerannya, membuat ia berkali lipat terlihat gagah dan mempesona, membuat siapapun yang melihatnya tidak ingin berkedip, bahkan ingin melihatnya berulang kali.

Saat melihat Jizca berada bersama anggota lain, dengan capat Devin menghampirinya.

Jizca merasa gugup, entah karena apa. Terlebih sekarang, ketika Devin menghampirinya, ia hanya meremas-remas jari seraya mengalihkan pandangannya kemanapun, asal tidak melihat cowok itu.

"Kemana aja?" tanya Devin masih bernada dingin, sebenarnya Devin baru kembali ke sekolah tak lama sejak Jizca kembali, kabar dari Bella membuat Devin dengan cepat menuju sekolah, dan mengganti pakaiannya.

Jizca tidak menjawabnya. Ia justru pergi begitu saja dari hadapan Devin.

Natasha menginstruksikan agar semuanya bersiap. Setelah backsound scene pertama dinyalakan, adegan demi adegan pun dimulai.

Diatas panggung, Jizca beberapa kali menyadarkan dirinya sendiri, karena pandangannya sempat memburam. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menajamkan penglihatan.

Tinggal dua scene terakhir, rasanya kepala Jizca semakin berdengung. Ia masih tersenyum mengikuti alunan musik dari backsound yang dibuat. Dilihatnya para penonton yang semakin gemas dengan jalan cerita yang mereka buat, sampai pada suatu adegan penutup, dimana Jizca kini menautkan jarinya dengan jemari Devin yang tertutup sarung tangan putih.

Dari dalamnya, Devin masih bisa merasakan tangan Jizca yang dingin, serta wajahnya yang memucat. Pergerakan dansanya pun sedikit terbanting, narasi terakhir selesai dibacakan. Tirai ditutup, suara tepuk tangan yang gemuruh mengisi aula. Bertepatan dengan itu, pandangan Jizca mengabur, belum sempat ia melepaskan jemarinya yang bertaut dengan Devin, Jizca ambruk.

Devin menahan cewek itu agar tidak jatuh, ia mencoba menepuk pipi gadis itu berulang kali, namun tidak ada respon. Devin terlihat tenang, padahal di dalam dirinya ia sangat panik, ia kemudian bergegas membawa jizca ke UKS dengan menggendongnya ala bridal style. Yang menimbulkan keriuhan diantara siswa-siswi SMA Generasi Bangsa ini.

Devin membaringkan tubuh Jizca diatas sebuah bangkar UKS, pakaian yang dikenakan masih sama. Seorang pangeran dan putrinya. Para petugas UKS sedikit bingung dengan pakaian yang mereka kenakan, namun mereka langsung mengerti bahwa mereka pemain teater.

Sedikit mundur, Devin memerhatikan Jizca yang kini terbaring, wajahnya pasi. Petugas UKS itu bilang bahwa Jizca kelelahan, Devin menganggukan kepalanya dan duduk di samping Jizca. Devin memerhatikan balutan pakaian yang dikenakan gadis itu, gaun berwarna pink soft bercampur putih sangat pas dengan kulit Jizca yang berwarna terang.

Natasha dengan terburu-buru datang ke UKS, disusul Revan. Mereka membawakan Devin dan Jizca makanan, Revan memegang dahi Jizca dengan punggung tangannya. Dahinya panas, namun telapak tangan dan kakinya dingin. Revan pengusap lembut puncak kepala adiknya itu, kemudian mencium keningnya.

"Acaranya belum beres, dua jam lagi baru selesai. Bisa lo jagain dia?" tanya Revan pada Devin.

Devin memejamkan matanya, "kalau udah sadar langsung gue bawa pulang aja," ucap Devin yang dibalas anggukan Natasha.

Revan keluar bersamaan dengan Natasha. Devin membuka sarung tangannya, kemudian menggenggam erat tangan Jizc, "Maafin gue, Jey!" gumam Devin kemudian mencium tangan mungil yang kini ia genggam.

Jizca mengedarkan pandangannya yang mulai menjelas, ia sedikit terkejut mendapati Devin yang kini menundukan kepala diatas tangannya yang digenggam erat. Jizca berusaha duduk dan menyandar pada kepala bankar. Pergerakannya disadari Devin yang langsung mengangkat kepalanya dan melepaskan tangan Jizca.

Jizca memijit dahinya perlahan, kepalanya masih terasa pusing.

Devin memberikan Jizca air putih, gadis itu meminum kemudian memerhatikan dirinya yang masih memakai pakaian teater, begitupun Devin. Jizca hampir terkekeh, mereka lucu, pikir Jizca. Ia kemudian mengingat kejadian sebelumnya, dan langsung mencebikan bibir, belum ada ikrar maaf dari Devin, jadi Jizca masih harus menahan diri dan menyembunyikan senyumnya.

"Makan ya?" ucap Devin memulai.

Jizca menggelengkan kepalanya, tatapannya menatap kosong kedepan.

"Kalau engga, nanti makin sakit."

"Siapa peduli?" Jizca terkekeh miris.

Devin menghela napasnya, "aku bakal lakuin apapun asal kamu mau makan," bujuk Devin lembut.

Jizca berpikir sejenak, ia belum menemukan bohlam yang menyala diatas kepalanya. Jadi dia diam.

"Maafin aku," ucap Devin kemudian.

"Merasa salah?" Jizca masih tidak mengalihkan tatapannya dari depan.

"Engga sepenuhnya,"

Jizca tersenyum getir.

"Ohiya, aku minta dengan tolong, jauhin Rangga, ketua basket sekaligus pacar Bella itu," pinta Devin.

"Apa dasarnya? Dia baik, dia ada di samping gue ketika lo ngejar cewek jalang itu!" ucapan Jizca membuat Devin kalah telak.

"Dia gak baik buat lo,"

"Terus siapa yang baik buat gue? Lo? Halah sampah!" emosi Jizca kini meluap,

"Gue pernah bilang, dia berengsek." Devin mencoba menahan emosinya agar tidak terpancing.

"Lo yang berengsek Devin! Bukan dia!" air mata Jizca jatuh kini, pipinya basah dan suhu tubuhnya semakin memanas.

Jizca menatap nanar cowok di sampingnya, "gue minta maaf!" ucap Devin mengikrarkan maafnya. Bukannya senang, hati Jizca justru semakin teriris mendengarnya.

"Gue mau putus!" ucap Jizca masih dengan nada kelewat tajam.

...

TBC

Kayaknya aku bakal off beberapa saat buat bikin cerita, karena tugas menumpuk sekali, yang niat bantuin queen bikin tugas boleh dm hoho.

Sengaja up 2 part hari ini biar kalian gak pada ngegas ya kalo queen tinggalin.

Informasi lebih lanjut:
Instagram; bellaanjni

Bellaanjni

Bandung, 8 mei 2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro