Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

D U A

"Sori, daritadi saya mabuk di jalan. Mual terus." Sultan hanya duduk bersandar di kursi kemudi, menunggu Fara yang sedang memuntahkan isi perutnya di pinggir jalan. Dia tak berniat membantu, yang benar saja. Memang Fara siapa? Sampai dirinya harus turun dari mobil. Belum dua jam berkenalan.

"Tadi sebelum ketemu kamu, udah dikasih obat. Ternyata gak mempan." Fara kembali duduk dan menjelaskan tanpa ditanya. Sultan sendiri hanya mencibir dan menaikkan bahu.

"Masih mau muntah, gak?" tanya Sultan menatap wajah Fara yang pucat. Kasihan juga.

"Keberatan kalau ac-nya dimatiin?" tanya Fara hati-hati. Biar bagaimanapun Fara harus sopan dengan pria di sebelahnya. Sekilas mendapat wejangan sebelum bertemu, Fara sudah diberitahukan jika pria bernama Sultan ini punya sifat sesukanya, bahkan sangat egois. Tidak heran, anak orang kaya yang bisa membeli segala sesuatu dengan materi. Buktinya sekarang, dia sudah disewa untuk main-main di vila ala Sultan.

"Sebenarnya keberatan.." Benar dugaan Fara, pasti tidak punya hati.

"Tapi, daripada lo muntah di dalam mobil, lebih buat pusing lagi. Lagian lo norak banget, nggak pernah naik mobil, ya?" balas Sultan tanpa ragu, kembali mengemudikan mobilnya. Fara mendesah lega, terserah mau dihina norak. Kenyataanya, saat sedang gugup, gelisah, dia pasti diserang mual mendadak. Sejak tadi pagi, rasa mual terus bergejolak. Sekali lagi, ini pilihan yang sudah dia ambil. Usia delapan belas tahun, merelakan mahkotanya dijual. Klise, tapi memang ini pilihan yang bisa dia jalani sekarang. Hanya menunggu tujuh hari ke depan, dia bisa memulai jalan hidup baru. Pergi meninggalkan semua kenangan di pulau ini dan berjuang merantau ke ibu kota. Fara berharap segala sesuatu berjalan sesuai rencana. Semoga satu minggu ini, pria di sebelahnya bisa diajak kerja sama, tidak membatalkan perjanjian sepihak.

Tanpa sadar Fara menatap terus sosok pria yang sedang fokus mengemudi. Sejak awal melihat, perawakan pria ini tidak mengecewakan. Khas pria usia dua puluhan. Pria penuh hasrat penasaran. Dengar kabar, dia baru saja mendapat predikat sarjana, makanya mau liburan sejenak. Tapi, aneh. Kenapa tidak pergi berlibur bersama teman-teman? Malah memilih liburan ala honeymoon. Memangnya dia tidak punya pacar? Kekasih pujaan?

"Siapa yang izinin lo tatap muka gue terus? Udah tidur sana. Masih dua jam lagi perjalanan. Inget, begitu sampai vila, lo harus sembuh. Turuti semua kemauan gue!" cerocos Sultan tanpa perlu menoleh ke arah Fara. Sultan bahkan meningkatkan laju kecepatan.

Fara semakin yakin, pria di sebelahnya memang susah mendapatkan kekasih. Wajah boleh manis ditatap, sayang ucapannya terasa pahit.

"Eh, tapi lo gak punya penyakit aneh-aneh, kan?"

Fara yang baru saja mencoba memejamkan mata, kembali membuka mata. Apalagi Sultan menyenggol lengannya cukup kuat.

"Lo nggak punya riwayat penyakit menular, kan?"

"Nggak."

"Penyakit kelamin?"

Fara duduk tegak dan menatap jengkel Sultan yang sedang menyelidik, seolah pertanyaan yang baru saja dia lontarkan adalah hal wajar. Tidak punya perasaan.

"Kenapa? Wajar gue tanya masalah ini. Sebelum dipakai, gue harus cek dulu. Gue gak mau ketularan." Ini risiko saat kita tidak menghargai sesuatu yang kita miliki, Fara berusaha tenang. Demi impian pergi jauh, dia harus sabar.

"Saya tidak pernah nakal untuk urusan itu."

"Buktinya sekarang lo jual sama gue." Sultan tersenyum penuh kemenangan. Fara sendiri memilih memejamkan mata kembali. Lebih baik dia mengumpulkan energi, sepertinya tidak mudah beradaptasi dengan pria yang tidak punya sopan santun dalam berbicara ini.

"Ck.. malah ngambek," cibir Sultan melanjutkan perjalanan. Sesekali dia melirik wajah Fara yang mulai santai. Sepertinya terlelap. Sultan juga memperhatikan wajah pucat Fara mulai hilang. Digantikan dengan peluh keringat di pelipis dan leher. Karena suhu mobil yang bisa dibilang panas.

"Ck..kampungan, sih." Sultan membuka jaketnya. Dia juga kepanasan, mau menghidupkan pendingin udara, takut wanita udik di sebelahnya bangun. Kalau hanya sekadar bangun, kalau muntah lagi? Niat hati mau berlibur senang, malah pusing urus orang mabuk kendaraan.

"Tapi, jadi kelihatan seksi dia," ucap Sultan pelan memperhatikan Fara keseluruhan. Tubuh mungil tapi menonjol di tempat yang tepat. Bibir menggemaskan yang sepertinya akan lembut untuk dikecup. Belum lagi suara merdunya kalau nanti sudah mulai akrab. Apalagi akrab yang satu itu. Sultan sudah tidak sabar jadinya. Dia gugup juga sebenarnya, apalagi ini pengalaman pertama. Tidak ada yang tahu, dan akan terus menjadi rahasia. Mudah-mudahan Fara bisa diajak kerja sama. Kali ini dia harus melepas keperjakaannya dengan benar. Harus, karena dia Sultan.

"Hufff, gerah.." Fara melenguh sambil mengibaskan kerah bajunya. Belum lagi gerakan gemulainya seolah memancing Sultan untuk berbuat sesuatu.

"Sialan! Tidur aja sana di belakang." Sultan segera menepikan mobil, lalu menepuk lengan hingga wajah Fara yang masih asyik terlelap.

"Hah..kenapa? Udah sampai?" Fara seketika duduk tegap, menatap Sultan bingung.

"Pindah ke belakang sana! Ganggu konsentrasi gue nyetir." Fara masih mengumpulkan nyawa. Dia disuruh pindah? Diusir?

"Cepetan! Pindah!" bentak Sultan tak tahu perasaan. Fara segera turun dan pindah ke belakang. Mendengus jengkel karena rasa kantuknya mendadak sirna. Dia merasa segar dan bertenaga. Apalagi kalau disuruh mencekik leher pria di depannya, mau banget Fara melakukannya.

Gugup yang sejak pagi dia terima mendadak sirna.

"Tidur lagi sana!" Sultan mengintip tingkah Fara yang sedang bersedekap sambil mengerucutkan bibirnya lucu. Tatapan emosi, Sultan tahu itu, siapa suruh ganggu konsentrasi dirinya yang sedang menyetir.

"Tidur, Mbak!"

"Udah nggak ngantuk," ketus Fara untuk pertama kalinya. Dia tak tahan juga dengan sikap arogan pria aneh ini.

"Bener udah nggak ngantuk?"

"Nggak."

"Yaudah balik lagi ke depan!"

"Hah?" Fara sampai berteriak bingung.

"Lo kira gue sopir lo?" Sultan tetap tak mau kalah. "Ayo, pindah cepet!"

"Berhenti, dong!" perintah Fara tak mau kalah.

"Langsung aja dari sini. Manja banget!" Mereka saling bertatapan melalu kaca spion.

"Cepetan! Bahaya loh ngerecokin fokus pengemudi." Mau tak mau Fara menuruti permintaan Sultan.

"Sandalnya taro dulu, jangan sampai buat kotor.."

"Bawel.."

"Apaan lo bilang?"

•••

02-04-21
Mounalizza

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro