Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part One - The Beginning

Part One - The Beginning

Satu kecupan mendarat sempurna di kening seorang wanita yang matanya masih terpejam di peraduan. Merasakan kehangatan dan juga embusan napas dari sang pelaku membuat si wanita membuka mata perlahan. Ketika sudah terbuka sempurna, ia menarik sudut bibirnya ke atas.

"Happy anniversary, Shana Amira."

Sepasang kekasih yang terikat janji suci saling menatap satu sama lain. Kemudian laki-laki berkulit putih kembali mendaratkan ciuman, kali ini di pipi Shana.

Shana tersenyum kecil menerima perlakuan manis dari Bagas, suaminya. Rona bahagia terpancar dari manik matanya. Hari ini tepat tiga tahun ia mendampingi lelaki itu. Susah senang, pahit manis sudah dilalui bersama. Meski sampai detik ini dua garis merah belum tampak, tetapi tidak menyurutkan sedikit pun kebahagiaan di hati Shana.

Seperti cerita-cerita romansa di film atau novel, kehidupan Shana berubah setelah menikah dengan Bagas. Masa perdekatannya pun terbilang cukup singkat. Mereka bertemu saat Shana bekerja di perusahaan Bagas. Suaminya merupakan seorang anak yatim piatu, orang tua menjadi korban pesawat jatuh. Meninggalkan harta yang sangat banyak. Saat Bagas dewasa, baru dipercaya mengelola harta tersebut. Pertemuan itu terjadi. Shana pada saat itu bekerja di bagian administrasi diberi kesempatan berinteraksi dengan Bagas. Tak ayal, mereka pun jatuh cinta. Dua bulan pendekatan, mereka memutuskan untuk menikah.

Setelah menikah, Shana langsung diboyong ke rumah mewah milik Bagas. Yang sebelumnya hidup sederhana, mau tidak mau Shana harus mengikuti ritme hidup suaminya. Bagas meminta Shana berhenti bekerja, alhasil selama tiga tahun ini Shana hanya duduk diam di rumah. Bagas juga tidak ragu membawa Shana ke acara-acara besar, bertemu dengan beberapa kolega. Shana yang hidup sederhana mulai belajar mempercantik diri agar tidak mempermalukan suaminya.

"Kamu mau hadiah apa? Tas? Sepatu? Baju? Perhiasan? Atau—"

"Kak ...." Jari telunjuk Shana menempel pada bibir suaminya agar berhenti bicara. "Aku cuma mau bikin sesuatu acara kecil-kecilan. Entah itu makan malam bersama keluarga atau cuma berdua. Menurut Kakak gimana?"

"Ide bagus, Sayang. Bagaimana kalau undang teman-teman kita juga?"

Shana mengangguk setuju. "Boleh, Kak."

"Oke. Kalau gitu aku suruh Yoga untuk mengurus semuanya. Kita booking restoran yang paling enak makanannya."

"Aku boleh bantuin nggak?"

"Kamu duduk manis aja, Sayang. Cukup terima beres. Ini acara kita."

Air muka Shana berubah saat itu juga. Hatinya kecewa. Memangnya kenapa kalau ini acaranya? Justru karena ini acaranya, Shana ingin turun tangan langsung.

Namun, membujuk Bagas sepertinya akan percuma, sebab ia tidak mau dibantah.

Acara makan malam untuk merayakan anniversary pernikahan tiba. Di kamarnya, Shana sudah berdandan cantik. Rambut panjang sepunggung dibiarkan tergerai, hanya diberi jepit lidi di sebelah kiri. Wajahnya dirias tipis, bibirnya dipulas warna merah agar terlihat segar. Dress kimono satin warna silver selutut melekat pada tubuhnya.

Bagas berdiri di belakang, menyentuh kedua bahu istrinya, memandang wajah ayu di cermin. Pria itu sudah mengenakan jas berwarna senada dengan pakaian yang dikenakan istrinya.

"Cantik," bisik Bagas tepat di telinga Shana. "Aku jadi jatuh cinta lagi sama kamu."

Shana tersenyum. Kemudian berdiri, tangannya melingkar di lengan kekar suaminya. Mereka berjalan beriringan menuju mobil yang akan membawanya ke tempat acara.

Satu jam kemudian, mereka tiba di restoran. Bagas yang membukakan pintu mobil untuk Shana. Ketika Shana sudah turun, ia kembali melingkarkan tangannya ke lengan Bagas. Mereka berdua langsung disambut hangat oleh dua orang pelayan.

Shana melihat-lihat sekeliling yang tampak sepi. Hanya berisi orang-orang yang Shana tahu adalah kolega bisnis Bagas. Pandangannya kembali mengedar, mencari di mana keberadaan dua temannya sekarang. Tadi siang Shana sempat mengundang mereka, dan ia rasa tidak mungkin jika tidak datang.

"Shana!"

Mata Shana berbinar ketika melihat salah satu dari temannya melambaikan tangan. Benar saja, kedua sahabatnya datang.

"Kak, boleh aku temui mereka?" Shana meminta izin pada suaminya.

"Of course, Sayang. Silakan."

Shana melepas rangkulannya. Kemudian setengah berlari menghampiri kedua temannya. Setibanya di sana, mereka bertiga saling berpelukan sebentar.

"Happy anniversary, ya! Nggak nyangka lho udah tiga tahun," kata salah satu teman Shana bernama Riska.

"Iya nih. Semoga segera dapat baby, ya. Aku tuh nggak sabar pengen liat anak kalian," timpal Santi, teman Shana satu lagi.

Shana yang masih merangkul kedua temannya tersenyum. "Aamiin. Semoga doa kalian terkabul."

"Kamu coba deh ajak Bagas jalan-jalan. Keliling Indonesia atau ke luar negeri gitu. Honeymoon lagi," usul Santi.

"Kak Bagas sibuk, Ti. Akhir-akhir ini dia sering lembur. Aku nggak mungkin ganggu dia."

"Ya ampun kasian kamu, Shan. Coba deh diingetin. Jangan-jangan bukan sibuk kerja lagi, tapi ngamar sama cewek lain."

Riska melepas rangkulan Shana, kemudian memukul lengan Santi. "Huss, kalo ngomong nggak usah sembarangan. Disuruh bayar makanan semua tamu di sini baru tau rasa."

"Ya jangan dong. Aku, kan, nggak sekaya Shana."

"Aku nggak kaya, Ti. Itu semua punya Kak Bagas." Shana bersuara. "Lagian nggak mungkin Kak Bagas begitu. Dia beneran sibuk sama kerjaannya."

"Iya, dari mukanya keliatan kok," sahut Riska.

"Kalian silakan nikmati hidangan di sini, ya. Nggak usah sungkan. Aku mau ke sana lagi."

"Aku sih nggak mungkin sungkan, Shan," seloroh Riska.

Santi mencibir, "Iya kamu makannya banyak."

Shana terkekeh melihat tingkah kedua temannya. "Ya udah. Have fun, girl!"

Usai mengatakan itu, Shana berjalan menghampiri suaminya. Ternyata Bagas sedang bersama dengan sepasang suami istri dan satu orang batita perempuan.

"Hai, Sayang." Bagas langsung merangkul pinggang istrinya. "Udah ngobrol sama temen-temennya?"

"Udah, Kak."

"Nah, kamu masih ingat nggak sama mereka?" tanya Bagas sembari menunjuk pasangan suami istri itu. Shana mencoba mengingatnya. Kalau tidak salah, ia dan Bagas pernah datang ke salah satu acara ulang tahun yang mana mereka adalah tuan rumahnya.

"Nggak ingat, ya? Dia sahabat aku, namanya Raka. Terus ini istri sama anaknya. Namanya Wulan dan Arsyi," kata Bagas kemudian.

Shana akhirnya ingat. Laki-laki di hadapannya sekarang adalah Raka Kertanegara. Dia adalah sahabat Bagas sejak SMA yang kini saling bekerja sama. Setahu Shana, Raka mengelola pabrik konfeksi.

"Wajar kalau Shana lupa, kami, kan, jarang bertemu." Laki-laki bernama Raka membuka suara.

"Ah, benar juga. Kapan-kapan kita adakan makan malam bersama, bagaimana?"

"Aku sih nggak mungkin nolak."

Malam semakin larut. Makan malam pun dimulai. Para tamu undangan sudah duduk di kursi masing-masing menikmati hidangan yang disediakan. Begitu pula dengan Shana dan Bagas. Mereka saling suap-suapan. Tampak romantis sekali.

Hingga mereka tidak sadar jika ada seseorang yang menatap Shana tanpa kedip.

Raka, hidupnya berubah semenjak menikah dengan Wulan. Dulu ia kerja serabutan, asal bisa makan. Tetapi sekarang ia memegang kendali sebuah pabrik milik istrinya.

Empat tahun menikah, hidupnya benar-benar damai. Apalagi kehadiran si kecil yang membuat rumah mereka menjadi ramai. Raka merasa hidupnya sempurna.

Tetapi tadi, Raka merasakan perasaan asing saat melihat Shana dari dekat. Perasaan yang selama beberapa bulan ini hilang. Shana terlihat menarik. Sungguh cantik. Raka tahu ini salah, tapi bagaimana caranya menepis bayangan wajah ayu istri sahabatnya?

Raka tahu apa yang harus ia lakukan. Sekarang ia mendekati istrinya yang sedang menghapus riasan. Membungkuk hingga wajahnya sejajar dengan posisi Wulan. Raka memiringkan kepala. Membisikkan sesuatu di telinga perempuan itu.

"Sayang, bolehkah malam ini ...."

"Maaf, Mas. Aku capek, mau istirahat mumpung Arsyi nggak rewel."

Raka menegakkan tubuhnya. Penolakan untuk kesekian kalinya yang didapat. Memang Wulan sendirian mengurus Arsyi. Raka pernah menawarkan sewa baby sitter agar mereka bisa memiliki waktu berdua seperti sebelum memiliki anak, tapi ditolak mentah-mentah. Wulan tidak mau anaknya dipegang oleh orang lain meski sudah profesional.

Tetapi dampaknya sekarang Wulan jadi sering menolak ajakan Raka dengan alasan lelah. Sebagai laki-laki biasa, tentu saja Raka merasa tidak adil. Di satu sisi ia harus mengerti posisi istrinya, di sisi lain ia juga ingin kebutuhan biologisnya dipenuhi. Raka juga lelah, Raka juga ingin dimengerti.

Akhirnya, bayangan wajah cantik Shana menemani tidur panjang Raka.


Jujurly, pas aku riset di gugel, rata-rata alasan seseorang berselingkuh karena gak dapet kepuasan dari pasangan mereka, kepuasan itu bisa dari apa aja ya. Sebenarnya sih bisa dicari solusi kalo mau komunikasi, tapi sayang sekali selingkuh dijadikan jalan pintas buat mencari kepuasan yang selama ini hilang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro