Polos atau....?
Riku itu polos. Semua orang tahu itu. Saking polosnya, pemuda manis berambut merah itu gampang dibohongi.
Contohnya saja ketika ia bertanya mengapa Yamato selalu mengacungkan jari tengah jika Mitsuki memarahinya karena terlalu banyak minum minuman haram, Gaku, yang kebetulan berada di asrama Ainana untuk numpang WiFi dengan biadabnya menjawab,
"Itu adalah tanda sayang."
Riku memiringkan kepala, "Tanda sayang?" tanyanya bingung.
Tukang soba berkedok Idol itu mengangguk, "Ho'oh. Kalo ga percaya, tanya aja mbah gugel."
"Tapi Riku ga kenal sama mbah gugel."
"Mbah dukun aja deh kalo ga kenal mah."
Riku terdiam beberapa saat. Mencoba meresapi kalimat Gaku yang sebenarnya sangat menyesatkan otak sucinya.
"Kalo hal itu disebut tanda sayang, apa aku bisa menggunakannya sebagai bentuk rasa sayangku pada Tenn-nii?"
Gaku yang mendengar gumaman lirih adik dari center kampred-nya itu sontak langsung menyemburkan cendol manis dingin yang tengah diseruputnya dengan penuh hikmat. Membuat Yamato melayangkan sumpah pemuda -eh bukan- maksudnya sumpah serapah karena muka pas-pasannya menjadi korban hujan lokal dari sohib seperjonesannya.
"Nah, bagus tuh. Tenn pasti bahagia dunia akhirat karena lu sayang banget sama dia." Ucapnya menggebu. Pria jomblo itu tertawa nista dalam hati membayangkan reaksi Tenn setelah tau bahwa otak suci adiknya sudah terkontaminasi virus-virus yang dapat menghancurkan kepolosan sang adik tercinta.
.
.
.
.
.
Riku berjalan riang menuju tempat kakaknya menunggu di sebuah kafe langganan mereka. Hari ini Ainana mendapat jatah libur mereka, pun sama halnya dengan grup sang kakak.
'klining'
Suara lonceng di atas pintu berbunyi ketika Riku membukanya. Iris crimson pemuda manis itu menyapu seluruh ruangan hingga terhenti pada seonggok manusia yang kini melambai padanya.
Riku balas melambai. Dengan langkah pasti, center bersuara merdu itu berjalan menghampiri sang kakak.
"Apa Tenn-nii sudah menunggu lama?" tanya Riku seraya menarik kursi dan mendudukkan diri di depan Kakaknya tersebut.
Tenn menggeleng, "Tidak terlalu lama. Kau mau pesan apa?"
"Seperti bisa saja."
Tenn mengangguk dan segera memanggil pelayan untuk memesan. Setelah sang pelayan selesai mencatat dan meminta mereka menunggu, Tenn kembali menoleh pada adiknya.
"Kenapa memintaku bertemu di sini? Aku bisa ke asramamu, Riku."
"Aku hanya ingin menikmati waktu berdua bersamamu, Tenn-nii."
Hati Tenn menghangat mendengar jawaban jujur adiknya tersebut. Seketika, sebuah lengkungan indah menghiasi bibirnya.
'Sa ae lu thong' batin Tenn berflower-flower.
"Oh iya, aku punya sesuatu untukmu." Tenn meraih tas kertas dan mengeluarkan sesuatu dari sana. "Maaf, kemarin aku tidak sempat memberimu hadiah."
Tenn menyerahkan sebuah kotak yang terbungkus oleh kertas kado pada Riku yang diterima dengan mata berkaca-kaca oleh adiknya tersebut.
"Terima kasih, Tenn-nii."
Senyuman di wajah Tenn meluruh dan perlahan memudar, digantikan dengan ekspresi shock bin horror karena mendapat respon tak terduga dari adik kesayangannya.
Tidak, tidak... Bukan karena ucapan terimakasih yang tulus atau senyuman polos adiknya itu, melainkan karena dua jari tengah yang teracung padanya.
Riku... adiknya yang polos dan suci melakukan 'hal itu' padanya? Ciyus? Miapa?
"R-riku...." panggil Tenn dengan suaranya yang bergetar. "K-kenapa kau melakukan itu?"
"Melakukan apa?" tanya Riku tidak mengerti.
"Ini." Tenn mengacungkan jari tengahnya ke arah Riku agar adiknya cepat konek dengan apa yang ia maksud. Namun hal itu tidak berlangsung lama, karena Tenn buru-buru menurunkan tangannya kembali.
"Kenapa? Tenn-nii tidak suka?"
Tidak suka, katanya?
"Tentu saja aku tidak suka!" jawab Tenn tegas.
Riku tersentak mendengar nada suara Kakaknya itu. "M-maaf." ucapnya seraya menundukkan kepala, membuat Tenn merasa bersalah karena tanpa sadar ia membentak adiknya itu.
"Maaf. Aku tidak bermaksud membentakmu, Riku."
Riku mendongak saat merasakan sebuah tangan mengelus puncak kepalanya dengan lembut.
"Tapi kau harus jujur. Siapa yang mengajarimu hal itu?"
"Hal itu?" ulang Riku. Otaknya mencoba memproses maksud dari kalimat sang kakak. Ah, apa yang dimaksud Kakaknya itu adalah tentang jari tengah tanda sayang yang diajarkan leader Trigger padanya?
"Yaotome-san yang mengajariku." jawab Riku enteng, tanpa menyadari perubahan dari orang di seberangnya yang kini diliputi aura kasih -eh aura mematikan maksudnya.
Oh? Ternyata si Jomblo Nista Biadab yang sudah mencemari otak suci adiknya. Tunggu saja, sepertinya hadiah ulang tahun darinya akan sampai lebih dulu pada Si Uban Laknad itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya, hanya terdengar teriakan menyayat hati dari arah apartemen Trigger.
Jika ditanya siapa pemilik teriakan cetar membahana ulala yang dapat membuat bumi gonjang-ganjing tersebut, jawabannya adalah....
... Yaotome Gaku yang terikat dengan posisi terbalik di atas pohon dengan sekolam air berisi ikan piranha di bawahnya serta sesosok manusia jelmaan setan yang menyeringai kejam dengan kampak di tangannya. Seolah siap memotong tali yang membuat tubuh itu menggantung kapan saja.
"Ini adalah hadiah manis dariku karena kau dengan biadabnya telah mencemari otak polos Riku."
.
.
.
.
.
.
.
Heyya heyoo...
Cerita absurd di atas trinspirasi dari foto yang di share oleh orag ini Tasya_Rhmdn
Kebayang gak sih, dengan muka polosnya Riku ngelakuin 'hal itu'
Wkwkwk...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro