Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kejebak Hujan

"Ini hujan deras banget. Para jomblo lagi nangis berjamaah kali ya?" keluh seorang anak berkacamata dengan tangan memeluk lutut temannya.

Mendengar keluhan tersebut, anak berambut putih kemerahmudaan menoleh kemudian berkata, "Kok lu gak ikutan?"

"Maksud loh?" tanya si anak kacamata bingung.

"Lu kan jomblo."

Suara riuh tawa langsung membahana, tawa paling keras dikeluarkan oleh anak berambut abu-abu.

"Gak usah ngetawain. Lu juga sama." ucap si putih kemerahmudaan yang sukses menghentikan tawa si abu-abu yang kini mendelik padanya.

"Jomblo itu apa?" tanya anak berambut merah, polos. Membuat si abu-abu menoleh cepat pada anak yang duduk di samping anak berlidah tajam tadi.

"Jomblo itu-...."

"Jomblo itu makanan, Riku." jawab si putih kemerahmudaan itu lembut. Sangat kontras dengan sikapnya beberapa saat yang lalu.

Si abu-abu terlihat mendengus karena ucapannya ditikung oleh anak itu. Ucapan boleh ditikung. Tapi kalo gebetan ... Nonono, tidak akan dia biarkan.

"Makanan apa itu?" Kini anak berambut biru muda yang bertanya.

"Makanan manusia."

"Belum pernah lihat."

"Itu yang dijual di warung emaknya Gaku."

"Belum pernah makan."

"Makanya beli. Maunya gratisan mulu, sih." Gaku malah nge-gas. Padahal yang ditanya Kakaknya Riku.

"Kita kan gak boleh nolak rejeki. Kalo So-chan jajanin, ya aku sih hayu-hayu wae."

"Ngeles aja, lu. Kayak bajay."

"Marah-marah aja, lu. Kayak ibu tiri." Tenn menyahut, membuat Gaku kembali mendelik padanya.

"Sudah-sudah, jangan berteman. Gelud ae, gelud."

"Yamato-san, kok malah ngomporin? Pisahin atuh. Kalo mereka gelut disini, saungnya bisa rubuh." Anak berambut putih keunguan mencoba melerai pertengkaran kedua teman mereka.

"Kita kan lagi gak di sawah, Sougo-san. Kok bisa ada belut?" Riku memiringkan kepalanya bingung.

"Tenn, adek lu ini polos apa ogeb, sih?" Gaku menatap Riku prihatin seraya menggelengkan kepalanya.

"Polos, lah. Yang ogeb kan, elu." sahut si Kakak tanpa dosa. Membuat Gaku ingin menambah dosa dengan cara mencakar muka songong temannya itu.

Ugh, Gaku tuh gak bisa diginiin.

"Hujannya kapan berhenti, ya?" keluh anak berambut biru muda seraya memandang genangan air yang semakin tinnggi. "Bisa banjir nih kalo keterusan."

Ctaarrrr ...

Mereka terkejut bukan main saat kilatan petir menyambar. Anak-anak ucul itu refleks berpelukan layaknya teletubis.

"Huwaaaaaa... aku mau pulaaanggg." teriak si biru muda dengan airmata membasahi wajahnya.

"Tenanglah, Tamaki-kun." Sougo mengelus kepala Tamaki. Berharap hal itu bisa menenangkan temannya tersebut.

"Bisa lepasin gak?" tanya Tenn sinis pada Gaku yang kini memeluknya bak seekor Koala. Seolah tersadar, Gaku segera melepaskan lilitan tangannya di tubuh Tenn dan memandang ke arah lain. Kemanapun asal tidak bertemu tatap dengan kembaran Riku yang kini seolah memunculkan tanduknya.

Saat Gaku menoleh ke jalanan, saat itu pula bulu kuduknya meremang.

"G-guys ..." Gaku tergagap. Matanya tak lepas dari sosok berbaju putih dengan rambutnya yang panjang tengah berjalan dengan tangan menggenggam daun pisang guna melindungi kepalanya dari tetesan air hujan.

"Oh? Itu kan om Yuki."

"Hah?" Gaku menoleh pada Sougo yang kini melambaikan tangannya dengan semangat seraya terus memanggil nama orang yang disebutnya tadi.

Ternyata itu memang Yuki yang tengah mengenakan gamis. Mungkin om-om gondrong itu mau berangkat ke masjid untuk sholat berjamaah.

Jadi, bukan setan, toh? Tanpa sadar, Gaku menghela napas lega.

"Om.. Om Yuki .. Om."

"Om Yuki.."

"Om .. Om .. telolet .. Om." Gaku ikut-ikutan, tapi malah di tempeleng. Jika ditanya siapa pelakunya, tentu saja Tenn lah orangnya.

Merasa terpanggil, Yuki menoleh ke asal suara dan menemukan enam ekor anak tengah melambai heboh ke arahnya.

Dengan segera, Yuki berlari menghampiri anak-anak yang sedang berteduh di saung yang malang. Iya, malang. Soalnya saungnya udah reyot. Reyot kayak kulitnya eyang bubur.

Karena Yuki berlari bak dikejar Satpol PP, pria gondrong itu tak sengaja tersandung kakinya sendiri hingga ....

Gedebukk ...

Sakit, tapi gak berdarah.

Yaiyalah, gak berdarah. Orang Yuki jatohnya di tanah yang becek tanpa tukang ojek. Sakit ngga, kotor iya.

Gaku CS yang melihat kejadian itu hanya bisa terdiam. Mereka bingung. Iya, bingung. Mau nolongin, takut basah. Mau ngetawain juga takut dosah. Jadi yaudah, mereka nunggu Yuki bangun dan kembali berjalan menghampiri mereka tanpa kenal lelah.

Yuki terengah begitu sampai di saung tempat anak-anak ajaib itu bernaung. "Kalian ngapain di sini?"

"Main gaple, Om." jawab Yamato asal. Sebuah gumpalan tisu bekas ingus Tamaki melayang mengenai kepala anak bermata empat itu.

"Si Kolbog." hardik Gaku selaku sang pelaku.

"Kita kejebak hujan, Om." jawab Sougo. Satu-satunya anak normal diantara teman-temannya yang abnormal.

Keenam tuyul itu sontak beringsut saat Yuki duduk yang diartikan pria gondrong tersebut sebagai tindakan untuk memberinya ruang yang cukup untuk berteduh. Padahal mereka hanya takut ikutan basah. Itu saja.

"Untung kejebak hujan. Kalo kejebak masa lalu, kan bisa repot."

"Hah?"

Mereka hanya bisa cengo mendengar ucapan Yuki yang entah kemana alurnya. Yaudah, terserah. Suka-suka Yuki sajalah .

"Terus gimana dong, Om?" tanya Gaku.

"Ya mau giman lagi. Kita tunggu hujannya reda. Daun pisang Om juga udah potek jadi dua."

Semua menghela napas mendengar jawaban sang putri salju tersebut. //eh

"Yahh, gak ada gunanya dong Om Yuki di sini."

Yuki mendelik pada bocah abu-abu yang kini menunduk lesu. Anak sama bapak kok sama ngeselinnya, ya?

.
.
.

Senja mulai tenggelam di ufuk barat. Ayam jantan pun sudah masuk ke dalam kandangnya. Suasana kelam lambat laun menyelimuti seisi bumi.
Namun meski begitu, tampaknya sang langit belum berniat untuk menghentikan tetesan air yang masih setia mengguyur.

Yuki menoleh pada anak-anak yang kini tengah tertidur pulas dengan kepala yang saling bersandar. Tanpa sadar, om-om berjiwa tante-tante itu tersenyum. Gemes aja gitu liat muka polos mereka kalo lagi tidur. Bikin Yuki gregetan. Beda banget kalo lagi bangun. Kelakuan udah kayak setan.

Tinn .. Tinn .. Tinn ..

Sebuah mobil berhenti di depan saung tempat mereka berteduh. Kaca mobil terbuka, menampilkan seorang anak berambut pirang dengan mata biru yang berkilau.

"Uncle Yuki, aku datang menjemput teman-temanku." ucap Nagi dari dalam mobil.

Yuki menoleh dan mengangguk mengerti. Pria itu lantas membangunkan anak-anak, kemudian membantu supir Nagi untuk membawa mereka ke dalam mobil. Saat Yuki hendak masuk, suara Gaku terdengar dan berhasil membuatnya melongo tak percaya.

"Mobilnya gak muat. Om Yuki tunggu hujannya berhenti aja, ya? Bye."

Mobil kinclong Nagi pun melesat membelah jalanan. Meninggalkan Yuki yang terdiam bagai patung pancoran.

"Mohon bersabar, ini ujian." ucap sesosok yang duduk di atas ayunan dengan senyum menjengkelkan. Setelah ditelusuri, ternyata sosok itu adalah author yang sedang hujan-hujanan.

SELESAI

Gaje ya? Emang :v
Pas ngetik ff ini auto keinget film ubin abon yang pas kejebak hujan sama mantan//eh sama teman maksudnya :v
Wkwkwk... See you di ff gaje berikutnya *cipokmesrahdarirumah

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro