Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Strong Will part 2

Malam itu, setelah berkata jujur terhadap manajer dan Sachou, Riku kemudian memberanikan diri untuk memberitahu perihal penyakit nya kepada kedua orangtuanya melalui telepon.

Tentu mereka terkejut dan khawatir namun, mereka tahu apa yang terbaik sekarang adalah untuk tetap tenang dan positif.

Mereka percaya, Riku dapat sembuh.

Mereka bahkan meminta bantuan kepada teman-temannya untuk menjaga dan memberi dukungan kepada Riku.

Karena jam masih pukul 7, keempat group idol tersebut memutuskan untuk makan malam bersama. Makan malam yang cocok untuk hangatnya suasana adalah, Sukiyaki.
Sayangnya, para manajer tidak dapat ikut serta dalam acara makan malam.

Mendekati bulan Desember temperatur suhu pada malam hari juga semakin dingin. Lagipula, Yamato, Mitsuki, Sougo, Yuki, Momo, Gaku dan Ryuunosuke yang sempat mabuk berat harus refreshing terlebih dahulu.

Jika tidak, mereka akan sakit kepala besok hari nya. Kecuali Torao, dia tidak minum banyak.

Yuki, Mitsuki dan Ryuu bagian memasukkan bahan ke dalam pot & mengatur kaldu nya, Momo dan Sougo membuat kan minuman dan yang lain sambil menunggu, sambil menyantap lauk yang sudah matang terlebih dahulu.

Riku meminum kuah sup. Kaldu yang ringan masuk ke tubuh dan menghangatkan dari dalam. Menghembuskan nafas, merasa lega. Sedikit tenang, habis menangis dua kali tidak mudah baginya untuk kembali stabil.

"Riku, ini ada Matsutake."

Ten memberikan mangkok kecil berisi tiga jamur yang terkenal lezat di Jepang.

Percayalah, harga nya menguras isi dompet.

"Nanase-san mau tambah? Masih ada banyak sayuran."

Dari sisi kanan, Iori memberikan mangkok berisi sayuran dengan tambahan kuah sup.

"Riku, mau daging?"

Touma juga memberi satu piring daging beef belly.

"... Ano, Ten-nii, Iori, Touma-san ..., aku tak bisa makan sebanyak ini."

Ten menyipitkan matanya.

"Jangan ikut-ikutan."

Iori membalas tatapan mata Ten sinis.

"Apanya?"

Touma hanya bisa panik,

"Errr ... tidak, aku hanya ingin membantu."

Haruka, Minami dan Torao yang memandang dari sebelah meja hanya bisa menatap prihatin.

"Leader kita payah."

"Tahu nih, maju dong leader."

"Masa anjing kalah sama dua ekor kucing?"

Touma yang dapat mendengar perkataan member nya, kesal.

"Berisik kalian! Apaan sih!! Jika bukan kucing ras aku tak masalah!"

"Yama-san, apa yang Zool bicarakan?" Tamaki bingung.

"Entahlah. Pertengkaran kucing dan anjing?" Yamato hanya bisa membenarkan kacamata.

"Diluar dugaan ternyata Zool itu humoris." Gaku pun turut menatap prihatin leader grup sebelah, dia paham yang dimaksud oleh Inumaru Touma.

Riku menghela nafas lagi.

Iori yang melihat hal tersebut tidak dapat menahan diri untuk bertanya,

"Nanase-san, kau baik-baik saja?"

"Ah, aku baik-baik saja. Aku hanya ..., merasa sedikit lega. Ehehe."

"Ya, aku paham. Kau sebenarnya kebingungan untuk cerita apa tidak."

"Touma-san ...."

"Jangan berniat untuk menyembunyikan hal yang menyangkut kesehatan mu. Paham? Tidak akan ada yang menyalahkan mu, Riku."

"Uhm."

Syukurlah. Tidak ada yang membenciku atau memintaku untu berhenti. Bahkan Ten-nii.

.
.
.

Setelah acara makan malam bersama, keempat group tersebut bubar. Walau besok adalah jadwal libur tetap tidak diizinkan untuk bergadang. Apalagi kaum paman-paman hobi minum sake tidak lihat waktu. Para junior akan terganggu dengan suara berisik mereka jika dibiarkan.

Terlebih lagi Izumi Iori sudah cerewet akan jadwal tidur untuk Riku plus informasi soal penyakit kedua nya, Iori semakin tidak memberi toleransi menyangkut kesehatan.

Semua sudah masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

Walau sebenarnya mereka semua masih terbangun.

Sougo menatap layar komputer. Sukiyaki yang dimakan bersama tadi membuat nya kembali sadar setidaknya, dan dia bersyukur tidak ikut minum terlalu banyak. Kalau tidak ya ... begitu.

Tik trik trak!

Jari Sougo bergerak lincah menekan tombol pada keyboard, pengakuan dari Riku hari ini tidak bisa ia lepaskan dari pikiran nya.

Dia mencari tahu soal penyakit Pulmonary Artery Stenosis.

"Ah, ketemu. Penyempitan pembuluh arteri paru-paru. Karena pembuluh arteri paru-paru menyempit, paru-paru tidak mendapatkan jumlah darah yang dibutuhkan ... astaga tidak kah ini berlebihan? Riku-kun punya Asama yang juga membuat saluran pernafasan nya menyempit akibat reaksi alergi."

Sougo gemetaran. Tangan nya menggenggam erat baju di dada nya.

"Rasa sakit dan sesak ini, tidak sebanding dengan sakit yang diderita Riku-kun. Aku bertanya-tanya apakah Kujo-san selalu merasa seperti ini juga dulu?"

.
.
.

Pada saat bersamaan tidak hanya Sougo yang ternyata mencari tahu soal penyakit baru yang diderita Riku.

Tamaki bahkan nyaris menangis. Wajah nya sudah tidak cerita, alis nya berkerut.

"Tuhan kenapa tega? Rikkun tiap sakit tidak dapat bernafas, apa sekarang dia harus dibuat lebih sesak lagi bahkan tidak dapat berdiri dalam keadaan normal?"

.
.

Nagi dan Mitsuki berada di kamar Yamato. Mereka juga mencari tahu soal penyakit tersebut.

"Penyakit ini dapat sembuh dengan memasang semacam alat untuk menghubungkan peredaran darah nya ... ya."

Mitsuki meletakkan ponsel nya keras.

"Persetan, kenapa ini terjadi?"

"Mitsuki."

"... Operasi ya ..., apa akan membekas? Aku takut Riku tidak akan dapat melakukan pemotretan di pantai dan telanjang dada lagi."

"Ossan, kau malah mengkhawatirkan itu?"

"Bukan, maksudku, Riku pasti akan merasa tidak percaya diri dan tidak nyaman. Kau tahu sendiri fans sangat menyukai fan service. Orang lain pasti akan bertanya."

"Ohh! Tentu saja, semua wanita menyukai body pria yang seksi. Seperti aku."

"Norak." Ucap Yamato dan Mitsuki bersamaan.

"Jahat~~"

Mitsuki menghela nafas.

"Jika aku berada di posisi Kujo, aku pasti sudah menangis keras. Jika Riku itu Iori, aku paham kenapa Kujo begitu overprotektif. Menjaga adik yang sakit-sakitan dari kecil pasti menjadi kebiasaan alami. Apalagi, jika kau sangat menyayangi adikmu. Yah, bahkan sekarang aku merasa Riku sudah menjadi adikku."

"Kujoshi sangat kuat, dia bahkan masih berusaha tegar dan memikirkan solusi jika tidak ada dokter yang dapat menangani penyakit Riku."

"Apa yang bisa kita lakukan sekarang, hanyalah berharap dokter yang disebut Riku dapat menangani nya dengan baik. Aku justru cemas Riku masih khawatir soal pekerjaan."

"Itu dia, jika dia sampai stress, akan menjadi double attack."

Nagi meletakkan tangan di dagu nya.

"Kalau begitu kita bikin saja perisai."

"Hah?"

Yamato dan Mitsuki melongo bersama.

"Riku harus tetap positif dan tidak depresi sebelum menjalani operasi nya.  Did you know? Keberhasilan suatu operasi juga tergantung dari pasien itu sendiri ingin bertahan hidup atau tidak."

.

"Dengan kata lain, kesehatan mental dan pikiran."

Iori memandangi layar laptop. Begitu juga dia, mencari informasi perihal penyakit partner nya. Tidak tahu apa Takigawa-sensei yang disebutkan akan memberikan penjelasan macam apa terkait operasi yang akan dijalani nanti, yang jelas dia tahu ada hal yang penting harus dilakukan sekarang.

Mendukung Nanase Riku semaksimal mungkin.

Untuk menghindari skenario terburuk.

.
.
.
.

Topik yang menjadi perbincangan enam orang di asrama itu kini sedang duduk terdiam di kasur nya sambil memandang langit malam dari jendela.

"..."

Pandangan nya terlihat jauh, seolah mencari sesuatu dari langit malam.

Kemudian menghela nafas.

"Lagi-lagi aku membuat semua orang khawatir dan kerepotan."

Riku merasa ia harus memberikan sesuatu untuk teman-temannya yang terus mendukung dia.

"Tapi ...."

"Apa masih sempat?"

To be continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro