50. How are you
EKHEM ... UDAH SIAP PETASAN DAN KEMBANG API BUAT NGERUSUH??? 💥💥💥💥💥💥💥💥💥
Hari ini aku ULANG TAHUN (makanya update)
Wishes:
- Hidup penuh berkah
- Sehat selalu
- Banyak rejeki
- Jadi penulis yang banyak disayang readers
- NAIK CETAAAKKKK
- Selalu bisa bikin cerita seru buat kalian
- Banyak followers (yang belom follow hayu atuh follow)
- Banyak yang vote komen
AAMIIN ....
❄❄❄❄❄❄
Awal musim gugur selalu mendatangkan kesenduan tersendiri di hati Jihye, karena masa itu datang bersamaan dengan statusnya yang berubah menjadi seorang ibu. Tangisan keras sang bayi yang membahana memenuhi ruangan persalinan itu jelas melecut emosi terdalamnya. Kini, netranya menilik si bayi yang tertidur pulas dengan memasrahkan satu pipi gembilnya terbenam di pundak sang paman, kelelahan.
Min Jiyoon, ralat, Seo Jiyoon tumbuh menjadi anak lincah nan menggemaskan. Siapa pun akan luluh tatkala manik pekat dengan denyar-denyar bintang bersemayam pada irisnya itu menatap lugu. Dia baru saja merayakan ulang tahunnya yang pertama, perayaan sederhana yang disiapkan Hoseok dengan mengundang seluruh pegawai Hobi Tour and Travel untuk makan malam bersama di sebuah restoran mewah.
"Padahal Oppa tidak usah repot-repot merayakan ulang tahun Jiyoon. Dia belum mengerti," ucap Jihye sesaat setelah mereka tiba di rumah. Kedua tangannya menenteng dua kresek besar yang berisi kado pemberian dari para pegawai Hoseok.
"Bukan hal merepotkan," jawab Hoseok seraya menepuk pantat berpopok Jiyoon yang saat ini menggerakkan wajahnya terlihat terganggu saat sang paman berbicara, "ketika dia besar nanti, foto-foto ulang tahun pertamanya akan menjadi kenang-kenangan indah dan dia bisa melihat bahwa Paman Hobi tampan sangat menyayanginya."
"Gomawo, Oppa.
"Entah berapa kali gomawo yang kau ucapkan sejak pertama kali kita bertemu." Kekeh Hoseok.
"Aku tidak pernah berhenti bersyukur dan berterima kasih untuk hari itu." Kali ini Jihye mengangkat Jiyoon dari tangan Hoseok untuk ditidurkan di kamar.
Bayi yang baru saja berulang tahun itu menggeliat dan mengerang protes tatkala Jihye mengangkatnya dari pelukan hangat sang paman. Beruntung, tepukan lembut dan senandung lirih dari bilah sang ibu segera menenangkannya dan kembali membuai si bayi hebat memeluk mimpi.
"Kenapa cepat sekali besar, sih, Nak? Mana mirip sekali dengan appa-mu. Bagaimana aku bisa melupakannya, kalau wajahmu selalu mengingatkanku padanya?" Wanita itu mengelus surai hitam sang anak, mengecup keningnya begitu pelan dan dalam, sebelum akhirnya beranjak untuk bergabung dengan Hoseok di ruang TV, menonton drama yang sedang on going dan seru-serunya.
Entah apa yang terjadi, tetapi di sela acara menonton mereka tiba-tiba sebuah breaking news menjeda, menampilkan profil Min Geum Corp dengan Yoongi sebagai CEO tengah melakukan peresmian smart city dan technology dome--sebuah museum teknologi--yang telah rampung dibangun. Museum tersebut digadang-gadang merupakan museum teknologi terbesar di Korea Selatan.
Tidak ada yang aneh dengan berita tersebut, tetapi bila ditilik secara mendalam, ada sebuah pesan yang Yoongi coba sampaikan. Pesan yang tentu saja ditujukan untuk Jihye.
Seo Jihye Technology Dome itulah tulisan yang terpeta jelas di sisi kanan gedung berarsitektur futuristik itu. Jangan lupakan tangan sang pria pucat yang direkam begitu fokus saat menggunting pita, di jari manisnya masih tersemat cincin yang Jihye ingat sebagai cincin pernikahan mereka.
"Sialan." Hanya kata itu yang mampu Jihye ucapkan seraya mengesat bulir bening yang luruh tak tertahankan. Sebenarnya apa yang terjadi dengan pria itu? Kenapa dia muncul kembali setelah sekian lama?
"Hye, kau tidak apa-apa?" tanya Hoseok hati-hati menilik Jihye yang kini mati-matian mengontrol emosinya. Dia tahu betul siapa Min Yoongi, dan dari apa yang baru saja dilihat, Hoseok dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa Min Yoongi dan sepupunya itu terjebak dalam kesalahpahaman yang mengantarkan mereka pada luka hati yang terus menganga.
"A-aku tidur dulu."
Hoseok menghela napas panjang, berusaha mengerti apa yang sedang menjadi kecamuk hati sang sepupu. Wanita itu terlampau bingung, karena setelah sekian lama menata hati, kini secara tiba-tiba sang hati kembali digempur oleh kenyataan yang jelas bertolak belakang dengan apa yang dia pikirkan selama ini.
Luasan kamar berwarna cerah itu tiba-tiba membuatnya sesak, Jihye merebahkan tubuh di samping Jiyoon, menggigit bibir bawahnya guna meredam sengguk pilu agar sang buah hati tidak terganggu. Apa sebenarnya yang telah dia lewatkan? Netra beriris cokelat itu menatap pahatan sempurna si mini-mini menggemaskan itu. Bagaimanapun, Jiyoon hadir dari sebuah ikatan cinta dan selama ini dia adalah satu-satunya harapan yang Jihye genggam. Yoongi sudah tidak berhak mengusik hidupnya kembali.
Apa yang terjadi? Apakah asumsiku salah selama ini?
❄
Dua puluh satu bulan telah berlalu, mengantarkan Yoongi menjadi pribadi dengan tingkat kesedihan begitu nyata. Sering kali rasa putus asanya timbul tenggelam seiring berbagai temuan dari tim Pak Ong mengenai keberadaan Jihye. Hampir seluruh Korea Selatan dia datangi, membawa harapan meletup-letup yang selalu berakhir dengan kekecewaan.
Hyung, bagaimana kalau peresmian smart city nanti kita kabarkan ke seluruh Korea Selatan dengan membeli slot iklan pada drama yang sedang tayang. Aku harap noona melihatnya. Aku yakin ini akan berhasil.
Agaknya, Yoongi harus mengakui bahwa otak adik tirinya itu terkadang sangat brilian dan selalu memberikan secercah harapan kala rasa putus asanya kembali datang. Tanpa banyak berpikir, pria itu mengangguk setuju. Mungkin ini adalah cara paling ampuh untuk menemukan Jihye. Nyatanya dalam sekali tayang pun apa yang dilakukan Yoongi begitu tepat sasaran. Pria itu berharap Jihye tahu sejauh apa usaha yang dia lakukan dan sang wanita akan suka rela pulang ke pelukannya.
Semoga kau mau memaafkanku Hye.
❄❄
Terkadang kepahitan selalu datang hampir bersamaan dengan rasa manis. Setelah tadi malam dilanda gelisah, pagi ini Jihye disuguhkan oleh senyum manis sang putra yang sibuk menciumi wajahnya. Ini senyum Jiyoon kenapa semanis senyum ayahnya. Jihye lemah kalau begini.
"Omo ... Jiyoonie sudah bangun? Annyeong Sayang," ucap Jihye balik menciumi sang putra yang kali gini tergelak kegelian.
"Ppa ... ppa ...." sahut Jiyoon.
Jihye tidak ingin over thinking, fokus utamanya kini Jiyoon. Jelas dia tidak ada waktu memikirkan romansa menyesakkan, baginya kepahitan yang bahkan masih bercokol sendu di relungnya itu cukup membuat rasa trauma berkepanjangan. Apa pun yang Yoongi lakukan jelas bukan urusannya.
Hoseok menyapa mereka ceria di meja makan tanpa sedikit pun mendesak Jihye untuk bercerita panjang lebar. Itulah yang membuat wanita itu begitu nyaman dengan sang sepupu. Pria itu selalu menempatkan privasi di atas segalanya dan akan memilih sampai wanita itu siap untuk berkeluh kesah.
"Sebenarnya aku menyimpan ini untuk ulang tahunmu bulan depan, tetapi sepertinya kau membutuhkannya saat ini." Hoseok memberikan sebuah amplop cokelat berisi surat tugas perjalanan ke Santorini.
"O-Oppa," ucap Jihye dengan rahang bergetar, "apa-apaan ini"
"Kau pergi ke sana sekaligus menjadi tour guide. Ini bukan liburan, sih, tapi perintahku sebagai atasan."
"Aku tidak bisa pergi," putus Jihye, "walau aku bekerja, tetapi aku tidak pernah jauh dari Jiyoon. Aku tidak bisa, Oppa."
"Ini adalah paket tour yang termasuk best seller di perusahaan. Kau sebagai orang yang merekomendasikan sudah seharusnya menyesap kesenangan di sana sebentar. Ayolah! Jangan menolak. Lagi pula Jiyoon tidak akan kesepian, aku tidak akan masuk kantor selama kau pergi dan Bu Kim sebagai pengasuh Jiyoon sudah setuju untuk tidak pulang."
"Tapi ...."
"Bukannya kau memimpikan menikah di sana? Siapa tahu bertemu calon ayah baru untuk Jiyoon."
"Yak! Urus saja dirimu yang masih jomlo sampai saat ini!
Hoseok tergelak, dia tahu betul banyak pegawai dan rekan bisnis yang menyukai wanita beranak satu itu.
"Kau tinggal pilih mau Choi Taeyong, Kim David atau Lee Eunwoo. Semuanya sangat tergila-gila padamu Nyonya Janda."
Jihye menggeleng. "Aku tidak akan pernah menikah lagi."
Bukan Hoseok namanya kalau tidak berhasil membujuk Jihye. Pria ceria itu terus mendesak dan meyakinkan dengan pembahasan Santorini terus mengudara di luasan rumah itu sampai-sampai membuat Jihye enek.
Maka, dua minggu kemudian wanita itu bertolak ke Santorini menjadi tour guide dari rombongan berisi dua puluh orang. Ya, dulu dia pernah bermimpi menikah di sana. Namun, itu hanya impian yang bahkan sudah dia lupakan sejak lama. Jiyoon adalah sumber kebahagiaannya dan Jihye merasa itu sudah lebih dari cukup.
Ini adalah penerbangan ke luar negeri pertamanya, begitu jauh dari rumah dan sensasi mengerikan itu masih saja dia rasakan. Rapalan doa yang dia panjatkan terasa sia-sia dan Jihye bekerja keras agar terlihat professional. Sungguh tidak lucu, bukan? Kalau tour guide terlihat ketakutan saat pesawat mulai take off.
Hari pertama mereka tiba di Athena, Jihye dan rombongan habiskan untuk beristirahat di hotel guna menghilangkan jetlag setelah melakukan perjalanan jauh. Keesokan harinya mereka mulai menjelajah kota, mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang sarat akan cerita mitologi Yunani. Jihye melakukan tugasnya tanpa hambatan berarti.
Hari ketiga, pukul 07.25 mereka berangkat dengan menggunakan kapal ferry dari Pelabuhan Piraeus menuju Santorini, lama waktu tempuhnya tidak main-main, yaitu hampir 8 jam, tetapi dengan pemandangan yang breath taking, jelas itu adalah perjalanan yang menyenangkan.
Pukul 15.10 mereka tiba di pelabuhan
Santorini dan mereka disambut Hyunjoo--salah satu tour guide handal dari perusahan Hoseok--yang melambaikan tangan begitu antusias.
"Jihye eonnie, mulai dari sini rombongan aku yang pegang, ada tamu VIP yang membayar dengan nominal fantastis. Dia akan tiba pukul 17.00 nanti di Oia dan aku sudah menyiapkan transportasi tercepat yang bisa aku pikirkan untukmu." Dia menunjuk seseorang dengan sepeda motor besar yang tersenyum ramah.
"Maksudmu? Aku harus menjadi tour guide tamu VIP? Bagaimana bisa tiba-tiba begini?" Jihye jelas kebingungan.
"Ini urgent, Eonnie. Tidak ada waktu lagi. Kau cukup menunggu saja di restoran hotel, semua penjelasannya ada di dalam amplop." Hyunjoo memberikan amplop cokelat tebal kepada Jihye yang saat ini bingung setengah mati, "pokoknya kau sampai saja dulu ke sana, semua barang bawaanmu aku yang urus. Tidak ada waktu, ok." Gadis itu mendorong Jihye ke arah pria dengan motor besar itu. Dan tak lama setelahnya Jihye melaju ke arah desa Oia dengan degup tak karuan. Kalau dia diculik bagaimana?
Entah berapa lama waktu yang ditempuh Jihye untuk sampai di tempat yang dimaksud. Dirinya cukup bersyukur karena orang yang membawanya adalah orang lokal yang sangat fasih berbahasa Korea, pria itu bahkan mengaku seorang K-popers. Terima kasih untuk K-pop yang mendunia.
Kini, wanita itu duduk di salah satu restoran yang merupakan bagian dari hotel. Jangan lupakan pemandangan kaldera yang selama ini dia impikan. Begitu nyata hingga membuat pelupuknya menghangat. Wanita itu mulai memeriksa amplop cokelat yang diberikan Hyunjoo yang ternyata berisi schedule tempat-tempat yang akan didatangi tamu VIP tersebut. Jihye mengumpat dalam hati atas sikap seenaknya gadis enerjik itu. Bagaimana bisa dia yang tidak terbiasa menjadi tour guide di luar negeri harus dibebani pekerjaan seberat ini?
Dalam sesi mengomel itu, tak jauh dari sana terdengar suara lonceng dari gereja berkubah biru, Jihye sampai berdiri karena takjub. Ada pasangan yang sedang melangsungkan pernikahan, kedua mempelai berpegangan tangan, melempar senyum bahagia dengan tatapan saling memuja. Jihye bahkan tidak kuasa untuk tidak ikut tersenyum, ada desir kuat yang menggelitik perutnya tatkala salah satu poin keinginannya tempo dulu terpampang nyata. Namun, wanita itu segera menggeleng. Tentu saja ini bukan impiannya lagi.
"Dasar janda kesepian," umpatnya lirih. Wanita itu berbalik untuk duduk kembali. Namun, dirinya harus memaku tatkala mendapati presensi seseorang yang selama ini selalu mengisi relung terdalamnya. Wanita itu menghela napas panjang. "Bahkan ketika aku berusaha melupakanmu, kau selalu dengan seenaknya datang, dasar Min Yoongi sialan!" Jihye mengucek mata sebelum tubuhnya tenggelam dalam dekapan raksi yang begitu dia rindukan.
"Hye, maafkan aku. Jangan pergi lagi."
Apa? Dia nyata?
💥💥💥
Udah ketemu yaaa ... END JANGAN???
Nih kalo mau tau keponakan online kalian ... say annyeong sama JIYOON
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro