44. Regret
Bacanya sambil dengerin lagu Film out ... ugh! Makjleb.
Happy reading.
.
.
.
"Jingoo-ssi, apa Jihye ada di sini?" Itu adalah kalimat yang terlontar memecah geming di antara mereka. Manik pekatnya menatap jemari Jingoo yang saat ini memegang ponsel yang Yoongi ketahui sebagai milik istrinya.
Jingoo mengikuti arah pandang Yoongi, menilik ponsel dan kertas di tangannya lalu berkata, "Aku baru saja akan menghubungimu, Tuan Min. Apa yang terjadi? Kenapa Jihye memberikan ponselnya padaku?" Jingoo balik bertanya seraya menyerahkan secarik kertas berisi tulisan tangan wanita itu.
Jingoo-ya, maaf aku pergi tanpa berpamitan langsung denganmu. Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir. Aku hanya ingin mewariskan ponselku ini. Buang ponsel dengan lakban itu, kau membuatku malu saja. Aku pergi.
Salam sayang,
Seo Jihye.
Jika ini adalah kompetisi membuat patah hati, maka Jihye benar-benar pergi dengan style luar biasa. Memberikan perasaan sedih dan sendu yang berubah menjadi kecamuk badai dalam relung Yoongi. Pesan agar pria itu menjaga kesehatannya benar-benar berdampak buruk. Maknanya dalam dan tenang, setenang permukaan sungai yang menyembunyikan arus di bawahnya.
Yoongi ingin sekali merasa kesal mengingat surat yang lebih panjang milik Jingoo. Namun, tentu saja itu bukan fokus utama saat ini. Kala tidak menemukan jawaban atas presensi Jihye di sana, hanya rasa takut dan khawatir yang kini tergambar pada romannya.
Hati Yoongi mencelus tatkala harapan yang dirajut selama dalam perjalanan menuju banjiha kembali pupus.
"Apa yang terjadi?" tanya Jingoo penuh curiga menatap Yoongi yang saat ini terduduk dengan tangan menekan pelipisnya begitu merana.
"Kira-kira ke mana dia pergi? Bisa kau beritahu aku?"
"Dia kenapa?" Intonasi suara Jingoo meninggi diikuti denyar kekhawatiran pada maniknya.
"Dia meninggalkanku. Aku harus bagaimana?"
***
Sepertinya, denyut yang dia rasakan pada tulang pipi akibat pukulan yang dilayangkan Jingoo tidak sebanding dengan kesakitan yang mendera jiwanya.
Terhitung sudah tiga hari lamanya pria pucat itu ke sana kemari mencari keberadaan Jihye. Pak Ong yang notabene seseorang yang mempunyai banyak koneksi pun dibuat kewalahan akan hilangnya Jihye tersebut.
"Kasus ini berbeda dengan kasus hilang lainnya, Tuan. Sepertinya nyonya memang tidak ingin ditemukan," terang pria paruh baya itu tatkala melaporkan perkembangan pencarian, dari informasi yang didapat Jihye terlihat mengunjungi sauna tiga hari lalu, dan setelahnya mereka kehilangan jejak sama sekali.
"Bahkan dia tidur di jimjilbang--sauna--alih-alih di hotel? Apa itu aman?" tanya Yoongi parau mencoba menekan emosinya yang lagi-lagi sukses memanaskan pelupuknya.
"Sauna cukup aman untuk bermalam, Tuan."
"Tapi kenapa kau belum berhasil menemukannya, eoh! Ini menyangkut keamanan istri dan anakku!"
Pak Ong terdiam sejenak, menunggu sang majikan melontarkan sumpah serapahnya karena hal ini sudah biasa terjadi belakangan. Tensi pria Min itu selalu naik bersama laporan-laporan Pak Ong yang tidak sedikit pun mendapatkan titik terang mengenai keberadaan Jihye.
Ah, lihatlah keadaan Yoongi saat ini. Setelah menjelajah Seoul selama tiga hari sampai melupakan asupan energi untuk tubuhnya, pria itu roboh tak sadarkan diri sesaat setelah tiba di depan pintu unitnya.
Tangan yang diinfus dengan cairan elektrolit dan vitamin itu sedikit banyak mengembalikan kesadarannya untuk menggenggam fokus. Namun hal itu tidak pernah menyurutkan kekhawatiran Yoongi yang semakin menjadi tatkala merasakan udara semakin dingin. Sebentar lagi musim akan berganti dan Jihye tidak satu pun membawa jaket tebal yang layak mengingat wanita itu hanya membawa barang-barang miliknya.
Dalam deru napas berat mencoba mengais oksigen yang terasa kian menipis lantaran pening dan stres, setelah mengusir Pak Ong pergi dalam kegusaran yang semakin menjadi, pria itu menarik sebuah amplop yang nyaris dia lupakan. Surat yang ditulis sang nenek.
Menguatkan hati karena mengetahui kenyataan demi kenyataan yang akan dia baca di balik kertas itu, Yoongi menarik napas panjang sebelum akhirnya membuka lipatan kertas tersebut.
Hallo cucu tampanku,
Sebenarnya aku ingin sekali mengungkapkan hal ini secara langsung sambil menyesap teh atau ramuan ginseng di balkon kamarku. Namun, jika kertas ini sampai di tanganmu seperti sekarang, itu berarti aku tidak berhasil membicarakan semua hal secara langsung padamu.
Astaga, memikirkannya saja mataku perih. Aku masih berharap melihat mini-minimu bersama Jihye si gadis berhati malaikat itu.
Napas Yoongi tercekat dengan pelupuk memanas mengingat semuanya tidak berlangsung baik karena ulahnya.
Ah, aku tahu kau akan sangat bebal sekali di waktu-waktu tertentu. Dan hal ini selalu membuatku gelisah mengingat betapa sayangnya aku padamu.
Aku akan menjelaskan tentang semua tindakan yang aku ambil dan satu per satu masalah yang selama ini membebani pikiranku. Semoga kau bisa menerima semua penjelasanku dengan pemahaman penuh dan hati yang lapang.
Kembali Yoongi menarik napas dalam-dalam seraya mengangguk samar mencoba menghalau denyut di kepalanya yang terasa bagai tusukkan ribuan jarum.
Kau mungkin menyadari, aku berubah menjadi seorang wanita tua yang sangat protektif sejak ibumu meninggal. Ya, begitulah karena aku menginginkan segala sesuatunya berjalan baik untukmu. Terutama sejak kau tumbuh menjadi pemuda tampan yang digandrungi banyak gadis. Astaga itu tantangan terbesar untukku karena aku ingin kau mendapatkan pendamping yang sempurna.
Air mata Yoongi kini luruh begitu saja, mengingat sang istri yang tengah mengandung buah hati mereka memilih pergi. Ya, dia sadari, siapa pun tidak akan tahan jika dituduh secara keji seperti itu.
Yoongi-ya, kau tahu 'kan kalau nenekmu ini seorang yang sangat manipulatif. Melihatmu berpacaran dengan Bae Yuri, benar-benar membuatku pening. Aku mengumpulkan banyak sekali bukti bahwa wanita itu bukanlah seseorang yang baik untukmu dan lebih penting dari yang lainnya adalah wanita itu merupakan anak dari Bae Jinhyuk, orang yang nyaris saja membuat Min Geum Corp bangkrut di masa lalu.
Maafkan nenekmu ini yang menggunakan segala cara untuk memisahkan kalian. Naluri nenek superku seketika muncul jika dihadapkan pada wanita-wanita licik seperti dia.
Aku benar-benar membuat skenario matang tentang hal ini. Pertama membuat kesepakatan dengan Bae Yuri untuk melepaskanmu. Kau tahu dia bahkan menyetujui nominal 800 juta Won. Benar-benar wanita ular, bisa-bisanya cucu tampanku ditukar dengan nominal uang, tetapi aku bisa apa tatkala rencana memisahkan kalian benar-benar menjadi obsesiku saat itu.
Setelah itu, aku memilih pura-pura mengalami demensia agar kau lebih fokus pada perusahaan, dalam hal ini tolong jangan salahkan dr. Kim Junho karena ikut andil dalam kebohongan ini. Dia hanya ingin membantuku menyadarkanmu.
Kim Junho, Yoongi bahkan sempat melupakan presensi pria itu. Mungkin satu dua pukulan akan membuatnya lega, jika mereka bertemu kelak.
Terakhir, takdir mempertemukanku dengan Jihye, gadis berhati malaikat yang telah menolongku.
Melihat nama Jihye terukir di sana, benar-benar melemahkan Yoongi. Napasnya kembali bergetar dengan rasa sesak yang semakin menghimpit rongga dadanya. Pria itu kembali terisak menyongsong kenyataan apa yang tersaji di depannya.
Aku harap kau membacanya baik-baik tanpa ada satu pun kata yang terlewat.
Saat aku memilih untuk membohongi semua orang tentang penyakit demensia. Tiba-tiba saja terlintas dalam benakku untuk memilihkan jodoh untukmu dengan cara tak biasa. Dalam hal ini tentu aku juga menetapkan kriteria.
Aku dan seorang gadis melakukan sebuah drama di jalanan, semacam social experiment dengan melakonkan sebuah skenario seorang nenek pikun dan gadis muda yang jahat. Itu hal yang sangat menyenangkan di mana aku akan bertemu dengan orang yang benar-benar tulus. Dan dalam percobaan pertama, aku ditolong oleh Jihye, gadis itu bahkan memberiku roti yang baru dibelinya di sebuah toko.
Sejak pertama bertemu, aku dapat menilai bahwa Jihye adalah gadis yang tulus. Jangan lupakan wajah cantiknya itu. Kau pasti setuju, 'kan?
Yoongi bahkan mengangguk-angguk dalam sengguk pilunya, sementara tangan yang dipasang selang infus itu kini berdarah karena dia terlalu banyak bergerak.
Sejak saat itu aku mengumpulkan segala informasi mengenai Jihye. Kau tahu? Bahkan Tuhan pun turun tangan mempertemukan kalian sebelum aku melakukan skenario kedua.
Jihye yang menjadi supir pengganti untukmu benar-benar di luar skenarioku dan gadis itu memang menyimpan nomor kontaknya yang langsung aku ambil di atas meja sebelum kalian terbangun.
Aku bahagia, teramat bahagia untuk kalian berdua. Maaf jika aku memaksamu untuk menikah dengannya, tetapi aku sangat yakin bahwa gadis itu memang yang terbaik untukmu.
Bahkan setelah menikah, aku dapat menilai kau tampak lebih hidup dan bahagia, meskipun aku tahu kalian terlampau sering bersandiwara di hadapanku, tetapi denyaran pada tatapan kalian menyiratkan perasaan yang dalam satu sama lain.
Namun, rupanya masalahku tidak cukup sampai di sana. Aku menemukan fakta baru bahwa Bae Yuri dan Jihye ternyata bersaudara. Hal itu cukup mengejutkan, tetapi, jika ditelusuri mereka memang sudah terpisah selama 12 tahun lamanya dan itu bukan sesuatu yang mengkhawatirkan kecuali jika suatu hari kau mengetahuinya dari orang lain, bukan dari Jihye langsung.
Jika hal itu memang terjadi, aku harap kau akan bertindak bijak tanpa menyudutkan Jihye.
Jihye sudah hidup sendiri sejak masih duduk di bangku sekolah, menghidupi diri sendiri dengan bekerja di beberapa tempat guna sampai dia menyelesaikan kuliahnya. Aku tahu bagaimana kerasnya kehidupan di Seoul dan dia mampu berdiri tegak seorang diri. Wanita yang sangat luar biasa dan sempurna untukmu. Aku sangat menyayanginya.
Aku berharap kau mengerti setiap poin yang aku jelaskan. Jihye tidak pernah mengetahui ini semua. Cintai dia dan jagalah gadis berhati malaikat itu untukku.
Ngomong-ngomong, maafkan tentang ramuan banteng itu. Aku memang seikutcampur itu jika mengenai mini-mini kalian.
Sudah-sudah tidak usah menangis, kau jelek kalau menangis. Pesan terakhirku hanya satu. Hiduplah dengan bahagia bersama Jihye dan mini-mini kalian kelak.
Dari nenek cerewet yang sangat menyayangimu.
-Min Sunhee-
Ternyata, bukan hanya satu atau dua fakta yang terpampang nyata di sana. Ada beberapa yang nyatanya Yoongi asumsikan secara memeleset selama ini. Jihye adalah korban yang tidak mengetahui apa pun dan dengan tak tahu dirinya dia tumpahkan semua kekecewaannya pada wanita itu.
Rasanya, kata maaf saja tidak cukup untuk menghapuskan luka yang telah dia torehkan pada Jihye. Pria itu meraup wajahnya dalam gusar, mencoba menarik napas yang masih saja teras sesak dan menyakitkan.
Sejemang maniknya menatap infus yang tertancap di tangannya.
"Tidak ada waktu untuk sakit. Istri dan anakku lebih membutuhkanku saat ini." Maka dengan mencabut paksa jarum infus itu, Yoongi memaksa diri untuk berdiri, terhunyung sebentar lantas menyahut mantel dan kunci mobilnya.
Hye, maafkan aku, beri aku kesempatan. Aku akan menjemputmu.
.
.
.
Tapi jemput di manaaaaa??? Wkwkwk.
Udah Vote?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro