Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

39. Separate

Ah SENANGNYAAA GOAL JUGA ....

MONGGO DINIKMATI OMBAKNYA

YOROBUN ... PART 39 ^^
.
.
.

Terhitung sudah tiga hari Yoongi tidak pulang dan Jihye sibuk memupuk tanya dalam benaknya. Berkali-kali wanita itu menelepon dan menanyakan keberadaan Yoongi lewat pesan dan berkali-kali pula Yoongi mengabaikannya.

"Ternyata aku belum mengenalnya, ya?" monolog Jihye lirih seraya mengembuskan napas panjang dengan punggung tangan mengesat air mata yang jatuh entah untuk ke berapa kali.

Tubuhnya telentang menatap langit-langit dengan lobus yang terus-menerus merangkai segala kemungkinan yang terjadi di antara Yoongi dengan sang nenek. Selama tiga hari ini Jihye tentu tidak tinggal diam, dalam masa cutinya wanita itu pergi ke rumah besar untuk bertanya pada Bu Ahn tentang apa yang diperdebatkan mereka dan sayangnya Bu Ahn tidak mengetahuinya. Jangan lupakan Minkyung yang masih saja terlihat membenci Jihye. Wanita itu menatap Jihye dengan sorot angkuh bercampur jijik yang terang-terangan dia perlihatkan.

"Masih berani menginjakkan kaki kotormu di sini, eoh?" sarkas Minkyung dengan kedua tangan terlipat.

Jihye hanya tersenyum, membungkuk sopan. Sungguh, wanita itu tidak ada waktu untuk meladeni nenek labil seperti Minkyung.

"Aku ingin bertemu Bu Ahn, Ibu," jawab Jihye masih dengan intonasi lembut.

Mendengar jawaban Jihye, Minkyung tampak semakin meradang. Ah, Jihye hampir saja lupa bahwa dirinya memang mempunyai efek tersendiri bila berhadapan dengan ibu mertua tirinya itu. Semacam permen karet yang menempel pada sepatu barang kali.

"Mau membicarakan warisan, ya? Mau menguasai harta keluarga Min lewat Bu Ahn? Mau menyabotase?" tuduhnya.

Jihye sampai terkekeh geli mendengarnya. "Imajinasi Ibu terlalu luas, sepertinya Ibu cocok jadi penulis naskah drama," ucap Jihye seraya membungkuk sopan dan pergi meninggalkan rumah besar.

Jangan lupakan reaksi Minkyung yang serta-merta berteriak histeris. Sekali lagi Jihye harus memijat pelipisnya pening.

Jihye berharap, masalah ini segera berlalu dan terselesaikan dengan baik. Satu hal yang Jihye ketahui mengenai sifat sang suami yaitu ketika ada masalah Yoongi biasanya memilih berdiam diri sejenak, mencoba mencerna seberapa dalam efek masalah tersebut kepada dirinya seperti kejadian tempo hari di mana Jihye dibentak.

Namun, saat ini berbeda, Yoongi terang-terangan marah pada Jihye, menuduh gadis itu dibayar oleh sang nenek agar menikah dengannya. Sungguh, hal ini membuat kepalanya pening bukan main terlebih kejadian ini mengantarkan Sunhee pada kematiannya.

Oppa, apa dirimu akan seperti ini terus? Apa tidak ada keinginan untuk mendengar apa yang akan aku katakan? Aku sama sekali tidak mengerti semua yang kau tuduhkan. Pulanglah!

Jihye mengirim pesan tersebut setelah bertanya pada Pak Ong yang ternyata sama tidak tahunya perihal keberadaan sang suami. Lebih tepatnya, Pak Ong tidak memberitahukan bahwa Yoongi mempunyai apartemen rahasia untuk istirahat. Pria paruh baya tersebut bahkan baru saja bertemu dengan sang majikan dan memberikan hasil laporan mengenai audio file yang dia minta untuk diselidiki.

Yoongi tengah duduk di mini bar apartemen miliknya, baru saja menghabiskan satu botol minuman beralkohol berusaha menghalau memori-memori menyakitkan tentang Sunhee dan Jihye yang terus-menerus menyambangi lobusnya.

Sial, karena Yoongi begitu kuat minum dan satu botol minuman keras belum memberikan efek apa pun pada kesadarannya.

Ponsel yang ada di hadapannya bergetar menampilkan pop up pesan yang dikirimkan Jihye. Matanya menyipit lantas tertawa getir.

"Hye, aku memang bertindak tidak adil padamu. Selalu membuatmu menunggu sementara aku di sini sibuk menata diri dalam kegalauan, selalu membuatmu khawatir. Aku hanya terlalu bingung dengan semuanya. Tunggulah ... semoga setelah ini keadaanku akan membaik," ucapnya bermonolog tanpa niatan membalas pesan tersebut.

Yoongi kembali menenggelamkan diri dalam minuman beralkohol tatkala merasakan sebuah tangan meraba punggungnya lembut.

"Ternyata kau tidak pernah mengganti password-nya, ya?"

Bae Yuri tersenyum menggoda dengan lipstik merah terang terpulas pada bilahnya. Wanita itu lantas mengambil tempat di sebelah Yoongi dan sorot pria itu mengikuti ketika Yuri dengan seduktif mendaratkan tangannya di paha Yoongi.

"Aku menyesal atas apa yang terjadi dengan Nyonya Min dan kau tidak boleh merasa sendiri. Ada aku di sini yang akan menghiburmu. Terima kasih karena sudah menghubungiku, Yoon."

Yoongi tersenyum dengan sorot mata teduh. Astaga, Yuri bahkan ingin segera melumat bilah menggoda suami adiknya itu. Kalian tahu? Manusia selalu menyadari sesuatu itu berharga tatkala sesuatu itu sudah pergi atau tidak lagi menjadi miliknya. Di matanya Yoongi tampak jauh lebih menggoda dan menantang dari apa pun. Kemenangan atas sang adik sudah di depan mata.

"Ayo kita bersenang-senang ...." Yuri mendekatkan bibirnya ke telinga Yoongi, sengaja berbisik dalam desibel rendah menggoda. "Aku sudah menyiapkan sesuatu yang spesial untukmu."

Perlahan Yuri memutar kursi bar yang Yoongi duduki agar pria itu menghadap ke arahnya lalu mengalungkan tangannya di pundak Yoongi. Mati-mati Yoongi menyamarkan tegukkan salivanya, bagaimanapun wanita di hadapannya itu memang penggoda ulung.

Wanita itu sudah mulai mengikis jarak di antara wajah mereka saat Yoongi berkata, "Aku tunggu di kamar." Pria itu segera beranjak meninggalkan Yuri yang terkekeh.

"Mulai tarik ulur rupanya," ucapnya lantas menyahut tas kertas yang dia bawa dan berlari ke kamar mandi. "Aku siap-siap dulu."

Yoongi mengembuskan napas panjang dan memejamkan matanya begitu erat mencoba menggenggam fokus pada apa yang akan terjadi nanti.

Yuri dan Jihye jelas dua orang wanita dengan kelas berbeda dan Yoongi dapat  mengatakan dengan lantang siapa yang berada di kelas paling tinggi.

***

Sudut bibir Yuri terus-menerus terangkat ke atas. Dia sempat berpikir bahwa rencana merekam percakapannya dengan Sunhhee apa  akan mengalami banyak hambatan. Astaga, ternyata Dewi Fortuna tidak betah berada jauh dengannya.

Rekaman itu berhasil dan kematian Min Sunhee jelas kemenangan telak terlebih reaksi yang diberikan Yoongi di jangraeshikjang, memeluknya begitu erat di hadapan Jihye sensasinya begitu luar biasa, bagaimana sang adik membelalakkan matanya ngeri jelas menempatkan Yuri pada posisi tak terkalahkan.

Tangannya menarik keluar sebuah kotak berisi lingerie merah dari tas kertas yang dibawanya.

Dahulu kala, berkali-kali Yoongi menyebutkan bahwa pria itu sangat terangsang dengan lingerie merah yang dikenakan Yuri dan saat ini tentu dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

Malam ini Yuri akan memberikan pelayanan terbaiknya.

***
Jihye melangkahkan tungkainya menuju sebuah apotik, rasa pening yang menderanya beberapa hari ini terasa semakin berat saja. Well, jika kalian berpikir Jihye akan berdiam diri dalam kamar meratapi sang suami yang tak kunjung datang, tentu saja kalian salah. Hidup selalu berputar dan Jihye tidak mau menyia-nyiakan hidupnya.

Memang benar, ada beberapa waktu Jihye akan duduk termenung lantas menangis memikirkan kisah cintanya. Namun, semua itu dia ekspresikan dengan wajar tanpa drama mogok makan atau menyayat pergelangan tangan. Lagi pula kalau dia sakit siapa yang akan menolongnya?

Maka, memilih menjadi wanita kuat alih-alih penuh drama, Jihye berdiri menjadi tangguh seperti saat ini. Tangan putihnya menyusuri jajaran rak obat dan menyahut salah satu merek obat sakit kepala yang biasa dia konsumsi.

Aktivitasnya berlangsung tanpa kendala hingga maniknya menyorot pada salah satu poster iklan yang terpampang di apotik tersebut.

GUNAKANLAH ALAT KONTRASEPSI.

Jihye nyaris saja lupa untuk segera memeriksanya. Wanita itu memilih dua alat tes kehamilan dengan harapan mini-mini itu segera hadir.

Walau nenek sudah tiada, setidaknya salah satu keinginan mendiang terkabul. Itulah harapan Jihye.

.
.
.

Dikit ya

C U NEXT PART

KIRA-KIRA HAMIL GA???

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro