Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

34. Medicine

Hallo ada yang belum vote di part kemarin?

Ada yang belum follow aku?

Tidak ada yang lebih melegakan dari menghabiskan masa tua dalam kebahagiaan. Menyeruput teh hijau yang masih mengepul dari cangkir dengan ukiran bunga lotus sembari menatap bentangan alam yang ada di hadapan. Jangan lupakan buntalan-buntalan kecil yang senantiasa berlarian riang meramaikan hari-harinya. Sunhee berpikir hal seperti itu akan terjadi tak lama lagi dalam hidupnya.

Sudut bibirnya terangkat saat mengetahui tentang sang cucu yang  sudah berani mengumumkan pada semua orang bahwa dirinya telah menikah.

"Jadi, Yoongi mengumumkannya karena desakkan Minkyung?" tanya Sunhee pada Nyonya Ahn yang berdiri di sampingnya.

Nyonya Ahn mengangguk. "Menurut Pak Ong, Nyonya Choi begitu berusaha untuk menjatuhkan kredibilitas tuan muda di depan para pemegang saham."

Sunhee berdecak lirih membayangkan situasi macam apa yang dihadapi cucu kesayangannya saat itu. "Minkyung memang wanita mengerikan, bertolak belakang sekali dengan anaknya, Jimin." Tangan keriputnya kembali mengangkat cangkir sebelum melanjutkan. "Tapi dengan apa yang dia lakukan, itu membuat Yoongi mengakui Jihye sebagai istrinya. Aku tidak tahu harus marah atau bagaimana pada Minkyung, sandiwara demensia ini terkadang membuat langkahku terhambat."

"Setidaknya salah satu keinginan Anda terwujud, Nyonya," ucap Nyonya Ahn mengangguk ramah.

"Sepertinya aku benar-benar akan segera mendapat cicit, eoh?"

Nyonya Ahn mengulas senyum. "Semoga Nyonya."

"Jangan lupa siapkan ramuan dinosaurus kalau mereka menginap di sini nanti."

Kalau sudah begini, Sunhee bersemangat sekali. Seolah takdir yang dia siapkan untuk sang cucu tidak akan berakibat fatal di kemudian hari. Ah, semoga saja, setidaknya itu yang dia harapkan karena kebahagiaan sang cucu menjadi hal yang paling utama baginya semenjak ibu Yoongi meninggal.

"Jadi, Minkyung belum pulang dari Busan?"

"Beliau memilih pergi ke Eropa."

Sunhee tertawa. "Menenangkan diri rupanya. Dari apa yang kau ceritakan, aku bisa membayangkan bagaimana reaksi Yoongi saat menyerang balik Minkyung. Yoongi memang selalu bisa bersikap keras jika diperlukan, dia mewarisi watak ayahnya dalam memimpin perusahaan."

"Nyonya, maaf kalau saya lancang. Selain dari Nyonya Choi, apa anda yakin Bae Yuri tidak akan bertindak apa pun?"

Sunhee mengembuskan napas berat setelah menoleh singkat. "Ini yang menjadi kelesahku akhir-akhir ini. Fakta bahwa Yuri dan Jihye saudara kandung benar-benar membuatku kaget, melihat bagaimana bertolak belakangnya sifat mereka. Apa ada kemungkinan Yuri melakukan tindakan bodoh setelah banyak dana yang aku keluarkan untuknya?"

"Mengingat Bae Yuri wanita licik, lebih baik Anda mulai mengantisipasi apa pun yang sekiranya membahayakan hubungan tuan muda dengan istrinya."

Kembali Sunhee mengangguk dan menyesap teh hijaunya. "Semoga tindakan terakhir yang aku ambil pada Bae Yuri sudah benar." Netranya menatap jauh dengan sesekali mengembuskan napas sebelum akhirnya mengentakkan kaki. "Kau sudah siapkan kertas dan balpoin yang aku minta?"

"Sudah Nyonya, ini."

***

Waktu dua minggu berada di Busan sepertinya menjadi momen yang sangat indah bagi Yoongi dan Jihye, terutama bagi penyatuan cinta mereka. Mau tidak mau mereka harus berterima kasih kepada Choi Minkyung karena berkatnya, acara perkembangbiakan yang memabukkan itu bisa terjadi.

Keduanya tanpa hambatan berarti menyelesaikan pekerjaan dengan sangat baik. Lupakan Jihye yang selalu merajuk perihal level samonim-nya. Hari ini, mereka bahkan sengaja tinggal lebih lama di Busan dari jadwal yang telah ditetapkan. Menurut Yoongi, anggap saja ini pemanasan menuju bulan madu yang sebenarnya.

Prakiraan cuaca untuk hari ini cukup baik, cerah dengan suhu 25 derajat celsius. Jihye duduk di tepi ranjang sibuk menggulirkan layar ponselnya mencari beberapa info mengenai destinasi wisata menarik di Busan. "Oppa ingin ke mana hari ini?" tanya Jihye setengah berteriak pada Yoongi yang masih berada di kamar mandi.

Tak berapa lama, suara decit pintu kamar mandi terbuka, menampilkan presensi sang suami yang kini tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk putih kecil.

Astaga, kok keren?

Sejenak netranya memindai kegiatan sang suami. 

Kenapa sih kulit pucatnya itu menarik sekali? Benar-benar Kucing Salju menggemaskan. 

Jihye menyamarkan kegiatan menelan salivanya diam-diam dan merutuki diri yang sepertinya mulai ketularan mesum.

Heol, daebak! Kini Seo Jihye menjadi seorang budak cinta dari Min Yoongi.

Yoongi menghampiri Jihye dan mendaratkan tubuh di sebelahnya saat menyadari sedang diamati. "Ada tempat yang ingin kau kunjungi?"

"Hm?" Jihye tentu saja belum menggenggam fokusnya, bagaimana aroma segar nan maskulin dari sang suami saat ini terasa begitu meresahkan.

"Sayang?" tanya Yoongi menggoyangkan tangannya di depan wajah Jihye. "Kau kenapa?"

Kedua mata wanita itu kini mulai fokus dengan beberapa kali mengerjap saat menyadari wajah sang suami berada sangat dekat. Sebenarnya hal demikian biasa terjadi akhir-akhir ini, tetapi masalahnya adalah bagaimana manik pekat Yoongi yang menatap Jihye sekarang benar-benar sebuah ujian yang harus dilaluinya.

Seo Jihye! Tenangkan dirimu!

"Kau kenapa, sih? Terpesona, ya?" Yoongi jelas sangat tahu apa yang tengah dialami sang istri karena kini dia tertawa dan mengeratkan posisi duduknya.

Mendadak sirkuit otak yang macet itu seolah dialiri oli, menghantarkan gerak impuls yang senantiasa bereaksi cepat. 

"Ha-haus, aku haus," ucap Jihye sambil tertawa dengan senyum terlihat aneh seraya berdiri menjauh dari jangkauan sang suami. Please ... yang benar saja. Jihye memang terpesona tetapi tidak begini konsepnya kalau harus duduk berdempetan. Berbahaya.

"Ke Gamcheon Culture Village? Bagaimana?" ucap Jihye sesaat setelah menenggak air mineral di lemari es.

"Kenapa kau ingin ke sana?"

"Tempatnya indah, 'kan? Di sana seperti Santorini versi lokal."

"Baiklah, terserah Nyonya saja, nanti setelah pekerjaan di sini beres kita akan bulan madu atau baby moon ke Santorini yang sesungguhnya, ok?

***

Yoongi beberapa kali mengembuskan napas berat saat tungkainya harus mengimbangi langkah kaki Jihye. Jika boleh memilih dia lebih suka merebahkan diri di atas kasur sambil melakukan aktivitas menyenangkan dengan wanita yang kini menarik tangannya dengan bersemangat itu daripada berjalan di tengah terik matahari. Namun, bentangan senyum yang terpeta di wajah sang istri tentu menjadi kepuasan tersendiri untuknya.

Jihye kembali memukau Yoongi dengan cara sederhana. Wanita itu sering kali tertawa dengan beberapa kali berhenti di stan makanan atau untuk berfoto di dekat grafiti-grafiti yang tersebar di sana, tampak sangat bahagia.

Senang sekali sepertinya.

Yoongi bahkan harus memutar memorinya tatkala dia masih berkencan dengan Yuri. Bagaimana Yuri selalu merajuk saat dibawa jalan-jalan ke tempat terbuka dengan beberapa kali protes panjang lebar mengenai skin care mahal yang dia pakai akan sia-sia.

Ah, mungkin Jihye akan senang juga kalau diajak memancing yang merupakan salah satu hobinya. Yoongi tertawa dan menggeleng secara bersamaan dalam lamunannya karena daripada memancing ikan, memancing gairah wanita itu adalah hal paling menyenangkan akhir-akhir ini. Tolong maafkan Yoongi dengan segala kenormalannya.

Kini mereka memasuki sebuah kafe sederhana yang menjajakan berbagai menu. Jihye mengedarkan pandangannya mencari tempat duduk, lalu memilih ke lantai dua kafe tersebut dan harus berdecak lirih saat dilihatnya tidak ada satu pun meja yang tersisa untuk mereka.

"Yah ... penuh, ya? Ya sudah kita di bawah saja," ucap Jihye terdengar kecewa.

"Kau ingin duduk di mana?" tanya Yoongi.

"Di sana sepertinya menyenangkan." Tunjuknya ke salah satu sudut meja yang mengarah pada pemandangan warna-warni rumah di Gamcheon. "Tapi penuh, ya sudah di bawah saja." Jihye kembali mengait tangan Yoongi.

Namun, bukan Yoongi namanya  jika hal sederhana seperti itu tidak dia dapatkan dengan mudah. Pria itu berpura-pura pergi ke toilet dan melakukan negosiasi dengan pengunjung yang duduk di sana. Hasilnya, kini dia duduk bersama Jihye yang memicing curiga di tempat yang wanita itu tunjuk tadi.

"Oppa benar-benar tidak melakukan apa pun agar kita duduk di sini?"

"Kenapa aku harus melakukan sesuatu?"

"Ah mencurigakan." Jihye memicing sejenak, tetapi kemudian memutuskan untuk menatap takjub pemandangan di depannya. "Aigo ... indah sekali, aku bangga menjadi orang Korea Selatan, permukiman yang dulu kumuh bisa jadi seindah ini." Jihye tersenyum ceria, menarik napas panjang dan mengembuskannya dengan mata terpejam. 

"Aku bangga menjadi suami dari Seo Jihye karena begitu mudah menyenangkan hatinya." Yoongi memangku sebelah dagu sembari menatap Jihye lembut.

Jihye kembali menatap Yoongi curiga. "Apa itu membuatku terkesan murahan?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu? Justru kesederhanaanmu membuatku benar-benar jatuh cinta dengan sempurna."

Yoongi tiba-tiba menggenggam kedua tangan Jihye, manik hitamnya mengeja setiap inci wajah sang istri dengan saksama seolah tidak ingin berpisah dari sorotnya. "Apa kau pernah benar-benar mendengar bahwa aku mencintaimu, Hye? Kalau belum, aku ingin mengucapkannya sekarang."

Kucing Salju itu benar-benar sudah jinak. Dinding es yang menjulang itu benar-benar sudah mencair. Jihye bergeming mencoba menggali apa yang coba Yoongi simpan di balik manik pekatnya itu, lalu kemudian mengulas senyum teduh. 

"Coba aku ingin dengar."

"Saranghae, Seo Jihye," ucap Yoongi penuh kesungguhan.

Sebenarnya terdengar geli, sih. Bagaimana mereka saling bertatapan benar-benar seperti adegan romansa dalam sebuah drama, bahkan Jihye tidak pernah menyangka kalau pribadi sedingin es itu mengungkapkan rasa cintanya. Astaga, Jihye bahkan masih mengingat dengan jelas bagaimana pria itu berkata bahwa dia bukan tipenya dan sekarang mereka malah sama-sama tenggelam dalam kubangan budak cinta akut yang menggemaskan. Perkara hati memang sesialan itu. 

***

Oke, setelah menghabiskan waktu penuh ke-uwu-an di Gaemchon kini Jihye kembali menata hati guna menghadapi ketakutannya naik pesawat. Ya, mereka akan pulang ke Seoul.

Mereka duduk bersisian di ruang tunggu bandara Gimhae, terlihat wanita itu sering kali mengembuskan napas berat, tegang bukan main, sementara Yoongi memilih duduk santai dengan mata tertuju pada layar ponsel. Sebenarnya Jihye kesal juga melihat ketenangan suaminya itu. Bisa tidak berbagi kecemasan barang sedikit saja? Yoongi bilang dia harus duduk dengannya di pesawat nanti dan sekarang setelah benar-benar terjadi pria itu malah terlihat begitu tanpa beban. Ah, menyebalkan.

Jihye sedang mencoba membuka salah satu bungkus permen saat panggilan dari pengeras suara terdengar. "Astaga, sudah saatnya, ya?" pekik Jihye dengan suara bergetar.

Yoongi menatap ekspresi Jihye dan menyadari mata wanitanya berkaca-kaca. "Ayo, tidak usah takut." Tangan pucatnya menarik dan menggenggam jemari Jihye lembut dengan ulasan senyum teduh yang menenangkan.

Jihye mengulas senyum getir lantas mengangguk mencoba tenang.

Di balik rasa tegang berbalut khawatir berlebihan itu sempat-sempatnya Jihye berdecak kagum saat menilik kursi penumpang kelas bisnis. Dia terkadang lupa jika dirinya adalah istri dari seorang kaya raya. Namun, apa hal itu dapat mengubah ketakutannya, jawabannya tentu saja tidak karena setelah sempat kagum, kini keringat dingin kembali mendominasi.

"Hye?"

"Hm ...."

"Sebegitu takutnya, ya?"

Jihye bahkan menatap Yoongi tanpa minat. Apa harus ditanyakan berulang-ulang?

Deru mesin pesawat semakin membuat Jihye tidak tenang, getaran-getaran di setiap inci tubuhnya bersatu dengan keringat dingin yang semakin membuat Jihye tampak mengenaskan.

Tak tega melihat penderitaan sang istri Yoongi mulai memasangkan headphone dan menelusupkan tangannya pada leher Jihye.

"Supaya kau tidak tegang."

Jihye sempat mengumpat dalam hati. Bagaimana bisa sang suami menciumnya disaat tegang begini? Astaga, Jihye nyaris saja tersedak karena kaget luar biasa, tetapi semuanya benar-benar terasa berbeda.

Sesapan yang berubah menjadi pagutan itu menyedot segala ketakutan Jihye. Ya, bibir pria itu sepertinya berubah menjadi obat anti mabuk udara.

Yoongi memang gila.

.

***
.

Mulai sekarang siapkan hati masuk konflik ya, jangan mau uwu2 terus ah. AHAHA.

   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro