Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14. Lovable Hye

Thanks buat kalian yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca kehaluanku ini.

Terutama buat yang selalu vote dan komen. Komen-komen kalian itu semacam mood booster buatku. Thanks million ....

Buat yang belom follow, mind to follow me?

Semoga terhibur dengan drama ke-uwuan YoonHye ya. Semoga ga diabetes hehehe ....

HAPPY NEW YEAR ... SEMOGA 2021 MEMBAWA KEBERKAHAN UNTUK KITA SEMUA ... AAMIIN ....

Sebuah buku berwarna toska dengan motif dreamcatcher benar-benar mengalihkan atensinya. Buku tersebut tergeletak di atas meja dalam keadaan terbuka dengan tulisan warna-warni yang begitu eye catching.

Mau tidak mau pria itu mengulurkan tangan untuk meraih buku tersebut, sementara tangan lainnya masih setia menggenggam tangan Jihye. Oke, Yoongi seharusnya sudah mendapatkan dua penalti saat ini, satu karena sudah mengecup Jihye tanpa izin, kedua karena telah melanggar batas privasi.

Apa yang dia baca dalam berkas yang dibawa Pak Ong, benar-benar memunculkan rasa penasaran di diri Yoongi dan saat ini adalah salah satu kesempatannya untuk dapat mengenal Jihye lebih jauh.

Tulisan warna-warni itu mempunyai judul besar bertuliskan:

Dream and to-do list

1. Menyelesaikan kuliah dengan nilai baik.

Yoongi mengangguk, menyetujui tanda ceklis di ujung daftar nomor satu, karena dia telah melihat transkip nilai Jihye yang memang sangat baik.

2. Bekerja di sebuah perusahaan besar.

3. Keliling dunia sebelum usia 30 tahun.

4. Bertemu pria tampan, kaya, baik dan humoris (Jingoo akan menjadi cadangan kalau aku tidak laku).

Yoongi terkekeh. Kau sudah mendapatkan paket lengkap, tetapi kemudian menautkan kedua alisnya. Tunggu ... apa-apaan dengan tulisan Jingoo menjadi cadangan, memangnya dia ban serep? Coba saja kalau kau berani selingkuhHmm ... dia juga suka pria humoris. ya?

5. Menikah dengan calon suami impian di salah satu kapel romantis di Santorini dengan pemandangan kaldera.

6. Mempunyai rumah sederhana dengan halaman luas dan menjadi istri dan ibu yang sempurna.

7. Menyelamatkan dunia (setidaknya dunia yang berada di sekelilingku).

8. Selalu menjadi Seo Jihye yang kuat, sesuai pesan appa.

9. Menemukan 'mereka' dan melihat 'mereka' hidup bahagia.

10. Happilly ever after.

Yoongi menarik napas panjang dengan roman kelewat sendu, menatap Jihye yang saat ini tertidur--yang akhirnya tampak pulas setelah beberapa kali meracau tidak jelas.

Impian dan to-do list-mu itu sangat sederhana Hye, aku bahkan bisa dengan mudah mewujudkan semuanya. Kenapa hal-hal kecil seperti itu bahkan menjadi tujuan hidupmu, hm?

Yoongi tidak dapat melanjutkan apa yang sedang dia baca, karena lamat-lamat Jihye mulai membuka mata. Beruntung pergerakan pria itu cukup gesit, sehingga dengan sigap berhasil menyimpan buku itu di meja kembali.

Manik cokelat Jihye menatap Yoongi teduh, lantas berkata lirih, "Min Yoongi-ssi ... apa kau sudah makan?" Mendengar pertanyaan tersebut, manik sehitam jelaga milik Yoongi menaut erat pada presensi sang istri, mencoba menahan diri agar tidak memeluknya. Bagaimana bisa Jihye masih menaruh perhatian sementara tubuhnya sendiri lemah seperti ini?

"Aku sudah makan dan masakanmu selalu enak seperti biasa, gomawo." Yoongi mengulas senyum lantas mendaratkan telapak tangannya di kening Jihye, demamnya sudah turun. "Hye ... kalau sakit kenapa memaksakan diri memasak, hm?"

Jihye tersenyum lemah. "Itu sudah tugasku. Maaf aku jadi merepotkan seperti ini. A-apa aku kena penalti lagi?"

Yoongi menggeleng. "Kau membuatku khawatir dan kabar baiknya aku tidak akan memberimu penalti, tidak ada orang yang ingin sakit, Hye."

Tanpa sadar kedua pribadi itu saling tatap, seolah berusaha meluapkan sebuah perasaan hangat mendamaikan yang diiringi sudut bibir yang terangkat ke atas, hingga momen yang terajut semanis gulali itu terinterupsi panggilan dari ponsel Yoongi yang memetakan nama Junho pada layarnya.

***
Jihye benar-benar merasa risi dengan sikap Yoongi yang menurutnya berubah drastis. Setelah merawat dirinya yang sakit, pria itu jadi lebih sering tertawa hingga Jihye beranggapan bahwa demamnya menular pada Yoongi dan berhasil merusak sirkuit otak pria itu.

Benar-benar sudah terjadi global warming karena gunung es telah mencair?

Tidak ada Yoongi si mulut setajam silet, yang ada hanya Yoongi yang sering melemparkan candaan kelewat garing seperti kanebo kering.

"Kau tahu, aku pernah membeli obat tidur, dan di perjalanan aku membawanya dengan hati-hati, takut obatnya bangun." Tawa Yoongi meledak menertawakan humornya sendiri, sementara Jihye tampak menyeringai sambil menggeleng.

"Kau kenapa, Tuan Min?" tanya Jihye keheranan.

"Aku sedang melucu, lucu, 'kan?"

Jihye menggeleng. "Sangat garing dan aku pernah membacanya."

Entah apa yang membuat sikap pria itu berubah, hanya terkadang candaan khas bapak-bapaknya itu membuat Jihye geli setengah mati--geli karena pria itu melontarkan candaannya dengan wajah sedatar papan lalu berakhir memperlihatkan senyum yang membuat gadis itu gemas. Tolong ... Jihye bisa benar-benar memasukkan Yoongi ke dalam karung kalau begini terus.

Mungkin Yoongi dan Jihye sebenarnya berada dalam fase, ya sudahlah, terlalu lelah dengan semua sandiwara penuh gengsi dan tensi yang melingkupi rumah tangga jadi-jadian mereka. Maka, menjadi lebih enjoy dan membiarkan rumah tangga ini mengalir begitu saja adalah pilihan tepat, selama mereka tidak melampaui batas-batas yang telah ditentukan dalam perjanjian, walau dalam kenyataannya batasan itu kini kian abu-abu.

***

Senyum tak pernah meninggalkan wajah cantik Jihye, lantaran Pak Ong mengabarkan bahwa Yoongi menyetujui memberikan donasi pada panti asuhan yang Jihye rekomendasikan.

Ibu kepala panti--Jung Sumi--terus-menerus berterima kasih saat Jihye pergi ke sana untuk mengabarkan berita baik tersebut.

"Hye-ya, aku benar-benar berterima kasih atas bantuanmu, kau benar-benar gadis berhati malaikat."

"Aku hanya meminta proposal panti, keputusan ada pada CEO perusahaan tempatku bekerja. Berterimakasihlah nanti pada Min Sajangnim."

Jung Sumi menangkup tangan Jihye penuh afeksi. "Kau tetap menjadi penolong kami, Hye-ya. Gomawo."

***

Hari kunjungan ke Panti Asuhan Kasih Ibu tiba, sejak pagi tadi Jihye terus memastikan segala persiapannya lewat sambungan telepon pada Jung Sumi. Jangan lupakan dirinya yang menyiapkan sarapan spesial untuk Yoongi--nasi goreng spesial dengan katsu di atasnya yang diberi hiasan saus berbentuk hati. Yoongi jelas bertanya perihal bentuk hati tersebut, yang langsung Jihye jawab dengan kalimat agar tampilannya terlihat estetik saja, Tuan Min.

Donasi yang diberikan Min Geum Corp menjadi rangkaian acara dalam menyambut perayaan ulang tahun perusahaan yang ke empat puluh lima. Acaranya memang berlangsung tertutup tanpa dihadiri awak media, Yoongi tidak terlalu suka dengan sorotan dan hanya memerintahkan salah satu pegawai untuk mengabadikan momen tersebut lewat jepretan kamera dan video untuk dokumentasi.

Ruang makan panti disulap menjadi ruang pertemuan dengan nuansa sederhana yang hangat, dindingnya dipenuhi hasil kreasi anak-anak dengan warna mencolok yang menyegarkan mata.

Jihye tampak begitu bahagia, dan menenggelamkan dirinya dalam gelak tawa bersama tiga belas anak berusia di antara enam sampai sepuluh tahun. Sementara Yoongi, ditemani Pak Ong berada di ruangan ibu kepala panti, melakukan konversasi ringan sebelum menandatangani sebuah cek sebagai donasi.

"Saya sangat berterima kasih karena Tuan memberikan perhatian pada panti asuhan kami," ucap Jung Sumi penuh rasa syukur.

Yoongi tersenyum. "Semua karena nona Seo Jihye."

Manik pekat itu mengalihkan pandangannya ke balik rentangan kaca yang memperlihatkan presensi Jihye yang saat ini sedang tertawa di bersama anak-anak.

Jung Sumi mengikuti arah pandang Yoongi dan mengangguk penuh pemahaman. "Nona Seo memang berhati malaikat. Tiga bulan yang lalu, nyaris saja kami berada di jalanan karena panti ini akan digusur. Dia menyelamatkan panti ini dengan memberikan uang yang sangat besar. Aku yakin dia meminjam pada seseorang, tetapi sampai saat ini dia selalu menenangkan bahwa uang yang dia dapat adalah uang halal."

Mendengar penuturan Jung Sumi, Yoongi sukses mengalihkan pandangan dengan atensi penuh pada wanita paruh baya tersebut.

"Berapa yang dia berikan, kalau boleh saya tahu."

"Lima ratus juta Won."

Yoongi dan Pak Ong saling tatap lantas mengangguk, seolah mendapatkan sebuah pemahaman dari teka-teki yang selama ini mereka pertanyakan.

"A-apa bicaraku melewati batas? Apa Nona Seo melakukan kesalahan?" Jung Sumi menangkup mulutnya dengan mata terbelalak diikuti getaran-getaran kecil di sekujur tubuhnya.

Yoongi lantas menggeleng dan tertawa. "Aku akan memberitahukan sebuah kebenaran ... Seo Jihye itu istriku dan dia melakukan hal baik dengan mendonasikan uangnya pada panti ini."

"Be-benarkah?"

"Anda tidak usah khawatir, Ibu Kepala. Istriku itu memang wanita berhati malaikat." Tanpa mengulur waktu lebih lama lagi, Yoongi mengeluarkan cek dan menandatanginya.

Ucapan Jihye seratus persen benar. Kau akan merasa hatimu menghangat setelah berhasil menerbitkan senyum di wajah orang lain.

Yoongi melangkahkan tungkainya ringan, berjalan ke arah Jihye yang saat ini tersenyum dan melambaikan tangan padanya. Tahu tidak, andai saja Yoongi mengikuti perasaan dan melupakan logika, mungkin saat ini dia sudah memeluk sang istri karena sebuah fakta baru yang dia dengar benar-benar membuat hatinya menggelenyar penuh kekaguman.

Dia bukan wanita matrealistis yang selama ini Yoongi kira. Uang yang dia minta di awal pernikahan itu ternyata untuk menolong orang lain, dan Yoongi sangat berdosa karena melabeli wanita seluar biasa Jihye sebagai wanita licik penuh tipu daya. 

***

"Hye, apa kau sudah berbelanja pakaian untuk trip ke Udo akhir pekan ini?" tanya Gaeun di sela-sela jam kerja mereka.

Puncak acara ulang tahun Min Geum Corp akan dilaksanakan di Pulau Udo. Mereka akan menghabiskan waktu dua hari dua malam dengan serangkaian acara menarik.

"Belum, memangnya harus, ya?" jawab Jihye dengan manik terfokus pada layar komputernya.

"Kita perlu beberapa pasang, aku sudah baca rundown acaranya, akan ada barbeque party di pantai. Bukankah kita harus tampil semenarik mungkin di depan Min Sajangnim dan Min Jaemu isanim. Ingat ... Sajangnim incaranku dan Jaemu isanim incaranmu," ucap Gaeun bersemangat.

"Ya ... ya ... terserah kau saja Gaeun-ah, sepulang nanti kita belanja."

"Apa aku boleh ikut?" tanya Minhyuk yang tiba-tiba saja muncul di balik bilik kerja Jihye.

***

Sabtu pagi yang sibuk, bahkan sebelum cahaya mentari menyeruak di antara sibakkan kain yang tergantung di jendela kamarnya. Jihye sudah berkutat dengan pegangan koper yang susah ditarik.

"Seharusnya aku memeriksa koperku ini kemarin dan membeli yang baru." Dengkus Jihye kesal, lantas membubuhkan minyak ke dalam besi yang macet itu. Beruntung karena apa yang dia lakukan berhasil.

Sebuah ketukan lirih mengalihkan atensi Jihye, dan presensi Yoongi dalam balutan apron hitam terlihat berdiri di balik pintu.

"Aku membuatkanmu sarapan, kau harus pergi pagi-pagi, 'kan?"

Bibir Jihye sukses menganga dan mulai panik. "Omo ... maafkan aku, sudah jam berapa ini?"

Yoongi tertawa. "Tenanglah, masih pukul enam. Aku sengaja bangun pagi karena ingin meringankan tugasmu."

Bola mata Jihye membulat, campuran antara kaget, haru dan heran menyatu dalam romannya. Bisa tidak, pagi-pagi tidak membuat jantung Jihye ber-badum ... badum ... kenapa semakin hari si kucing salju semakin semanis patbingsoo

Mengikuti sang suami dan duduk di kursi yang digeser untuknya, Jihye cukup duduk manis, sementara Yoongi dengan gesit menghidangkan setangkup sandwich dan orak-arak telur dengan saus jamur di atasnya.

Jihye sangat paham cara mengapresiasi suaminya itu. Dengan lahap dia memakan hidangan yang tersaji tanpa sedikit pun protes walau saus jamurnya asin sekali.

"Kau suka?" tanya Yoongi dengan sorot terpaku pada Jihye.

"Enak sekali, gomawoyo."

Yoongi menarik napas lega, seolah Jihye adalah juri kontes memasak. 

"Hye ...."

"Hm ...."

"Di sana jangan berpisah dari rombongan dan jangan berenang di pantai. Aku tidak bisa memperhatikanmu setiap waktu, terlebih aku akan ke sana di hari kedua," ucap Yoongi terlihat sungguh-sungguh.

Jihye baru saja menandaskan segelas susu saat menjawab, "Memangnya aku anak kecil."

Kini Yoongi menatapnya lurus. "Bisa tidak kau jawab ya? Aku tidak mau mati khawatir kalau sampai terjadi apa-apa denganmu." Manik sehitam jelaga itu menyorot dengan pendar yang menolak bantahan, membuat Jihye otomatis mengangguk. "Dan jangan berpakaian seksi, aku tidak suka melihat pria lain menatapmu terus-menerus," imbuh Yoongi.

"Perhatian sekali, sih."

"Poin 5, Hye," jelas Yoongi. 

Demi melindungi degup jantungnya yang kian menggila, Jihye mencoba menghentikan dengan berkata, "Sepertinya mobil jemputanku sudah tiba. A-aku duluan Yoongi-ssi ... oiya, ini ...." Jihye menyerahkan tiga buah hotpack. "Untukmu, agar tidak kedinginan."

***

Suasana suka cita menyelimuti para karyawan Min Geum Corp yang berkumpul di bandara Incheon. Sementara sebuah senyum dari seorang pria terus mengembang tatkala dilihatnya Jihye tiba di sana.

"Kau akan menjadi milikku Seo Jihye."

Tanggapannya tentang part ini?

31122020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro