Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1. The Wedding

Happy Weekend Gaes ... aku datang lagi membawa part baru.



HAPPY READING

.
.
.

Seharusnya, gadis itu tersenyum tatkala sapuan kuas make up yang berpadu dengan balutan dress putih pada tubuh langsingnya terlihat sempurna saat ditilik dari pantulan cermin. Dia bahkan harus mencubit jemari untuk memastikan diri bahwa pribadi cantik yang balas menatap itu adalah dirinya. Tak terhitung berapa banyak gadis itu mengembuskan napas berat. Ada perih yang mulai merambati relungnya tatkala bayangan pernikahan romantis di Santorini harus dia kubur dalam-dalam.

Ah, lupakan Santorini. Wajah calonnya pun masih begitu buram dalam peta otaknya, yang pasti hasil kuliah bertahun-tahun ternyata tidak serta-merta memberikannya pekerjaan yang layak. Dan kini, dia harus berpuas diri menjadi seorang istri dari pria antah-berantah yang sekonyong-konyong datang mengganggu hidupnya.

Gereja kecil di pinggiran Kota Seoul itu tampak berbeda dengan dekorasi peach dan putih. Rangkaian bunga yang tersusun rapi di sisi kiri dan kanan sepanjang bentangan karpet merah di tengahnya, begitu kontras berpadu dengan deretan kursi cokelat tua di sana. Pun dengan altar yang dihias begitu sederhana menampilkan kesan elegan yang begitu hikmat. Siapa pun yang merancangnya sudah dapat dipastikan mempunyai personal taste kelewat bagus.

Terlihat para tamu membentuk beberapa kelompok kecil yang terdiri dari empat atau lima orang, saling menyapa, dan berbincang mengenai bisnis--memanfaatkan momen reuni yang memang jarang sekali terjadi. Riuhnya gelak tawa yang terbias ke dalam ruang rias pengantin tidak serta-merta membuat sang calon pengantin pria santai. Pria pucat dengan obsidian sepekat jelaga itu menautkan alisnya begitu dalam, merangkum pemahaman takdir yang mengantarkannya pada hari ini. Mungkin tidak lebih dari setengah jam lagi, mau tidak mau dia harus mengucap sebuah janji suci dengan seorang wanita yang bahkan baru dikenalnya tidak lebih dari satu minggu.

Suara decit pintu yang terbuka di belakang tidak serta-merta mengalihkan atensinya, hingga sebuah tepukan di bahu benar-benar membuat lamunannya terburai.

"Jangan bilang kau melamunkan wanita lain di hari pernikahanmu, Hyung," ucap seorang pria dengan mansuit mewah membalut badan atletisnya. Senyumnya terbentang menampilkan ceruk cacat di salah satu bagian pipi.

Sang calon pengantin mendengkus kasar lantas tertawa hambar. "Apa kau tahu keberadaannya?"

"Setelah memutuskan hubungan denganmu, wanita itu menghilang, Hyung."

Pria pucat itu tersenyum getir. Masih terpeta jelas bagaimana buruknya hari itu bagi kesehatan mentalnya. Hubungan yang sudah dijalani selama satu tahun itu harus berakhir tatkala sang wanita mengaku bosan menjalani hubungan dengannya. Apa memang seperti itu? Sebegitu membosankankah dirinya sehingga sang kekasih yang selalu disirami rasa cinta setiap hari itu muak? Embusan napas kelewat berat keluar dari bilahnya lantas melanjutkan memeta diri.

"Calon istrimu sangat cantik menurutku, siapa tahu kau akan jatuh cinta padanya suatu hari nanti." Ucapan si lelaki dengan mansuit mewah itu begitu yakin, sedangkan yang diajak bicara hanya merotasikan bola matanya malas.

Pria pucat itu melangkahkan tungkainya, terlihat mantap bagi siapa pun yang menatap-sangat bertolak belakang dengan kecamuk hati yang semakin membuatnya sesak. Netranya bergulir ke arah para tamu yang berjajar rapi dengan ulasan senyum seolah meminta restu, lantas memosisikan diri di pinggir altar guna menunggu sang calon pengantin wanita masuk ke dalam gereja.

Sejurus kemudian, seorang pianis di podium sebelah kanan altar mulai memainkan Wedding March karya Mendelssonhn dengan penuh penghayatan, mengiringi sibakan pintu yang memunculkan sang pengantin wanita dalam balutan dress putih yang sukses membuat pria pucat itu tertegun. Dia tidak pernah berekspektasi tinggi dengan penampilan pengantinnya. Bahkan tidak pernah terbayang, bahwa sang netra akan begitu dimanjakan oleh pemandangan indah dari wanita yang bahkan bukan tipenya itu.

Sementara itu, Ingatkan sang pengantin wanita untuk bernapas. Dalam hidupnya, dia tidak pernah berada dalam posisi diperhatikan secara penuh. Ini pertama kali dan baginya cukup membuat gugup setengah mati. Terlebih pribadi tampan dengan mansuit hitam yang akan menjadi suaminya dalam beberapa menit lagi itu menatapnya begitu lekat.

Kaitan lengan pada pria tua yang ditunjuk sebagai walinya kian erat bersamaan dengan satu per satu langkah meniti bentangan karpet yang terasa begitu jauh.

Wanita itu menyadari, aura pria yang berdiri di depan altar itu sungguh tidak main-main. Walau tatapannya terlihat sendu, sensasi dingin itu menguar seolah mampu membekukan hati siapa pun yang menatapnya. Lagi-lagi, tolong ingatkan sang pengantin wanita untuk mempersiapkan banyak hotpack di kemudian hari.

Walau dengan keengganan tersamar dari kedua belah pihak--berucap saya bersedia dengan sepintas lalu tanpa kesadaran penuh. Pemberkatan itu berjalan lancar, bahkan cuaca Seoul yang beberapa hari ini diguyur hujan, hari ini tampak begitu cerah, seolah memberkati pasangan itu mengucap janji suci.

"Kau boleh mencium pasanganmu," ucap sang pendeta di depan mereka dengan senyum ceria yang sayangnya terlambat disadari oleh si pengantin wanita.

Tentu, si pria pucat itu benar-benar memainkan perannya kelewat hebat. Dengan senyum mengembang, dia mulai mengikis jarak dengan tangan yang mulai menelusup ke perpotongan pinggang sang istri lantas melumat ranumnya dengan begitu lembut.

Sial ... apa dia tidak bisa memberiku aba-aba? Ciuman pertamaku ... astaga! Apa tidak bisa di kening saja?

Kilat penuh kemenangan tampak terpeta jelas pada sorot sang pria, meninggalkan kekehan yang nyaris seperti decihan remeh yang lagi-lagi terlambat disadari gadis itu.

"Jangan bilang itu ciuman pertamamu?" bisik pria itu masih dengan tatapan penuh kelembutan yang memuakkan.

Apa dia terlihat seperti gadis tolol sekarang? Karena saat ini dia hanya mengerjap-ngerjapkan mata, mencoba merangkum semua pemahaman dari gelombang kejut yang baru saja menerpanya.

Baru saja dia tersadar akan ucapan meremehkan itu, sang pria sudah memutar tubuhnya menghadap ke arah para tamu yang bertepuk tangan, meninggalkan berjuta sanggahan yang ingin gadis itu lontarkan. Ah ... sanggahan macam apa? Bahkan tebakkan pria itu benar adanya. Jadi, dengan rutukkan yang begitu lantang dia ucapkan dalam benaknya, gadis itu berakhir tersenyum menyambut ucapan selamat serta doa semoga mendapatkan keturunan secepatnya dari para tamu.

Demi apa pun, wanita itu bahkan bersedia bertukar tempat dengan para tamu yang mengucapkan hal itu.

***

Jadi di sinilah mereka, mengarungi jalan bebas hambatan dengan Mercedez Benz hitam di jalanan Kota Seoul yang entah menuju ke mana, yang pasti si pria pucat ingin terbebas barang sejenak dari peran yang menyiksanya sejak pagi tadi.

"Kau mau membawaku ke mana?" tanya sang gadis menyembunyikan ketakutannya dengan memasang wajah datar setelah mengetahui bahwa pria di balik kemudi itu tidak membawanya ke apartemen. Jangan salahkan pikirannya yang meliar, gadis itu takut pria pucat itu akan memasukkan dirinya ke dalam karung dan membuang ke laut, mengingat pernikahan sialan ini benar-benar di luar kendali mereka.

Sang pria terkekeh geli. "Memangnya kau mau aku membawamu ke mana, hm? Ke apartemenku untuk beradegan panas?"

"Yak! Jangan coba macam-macam denganku!" gertaknya dengan kilat yang ditunjukkan semengerikan mungkin. Tangannya dia lipat di depan dada sebagai bentuk pertahanan.

Tawa sang pria semakin kencang. "Kau terlalu percaya diri, sepertinya kau sering berfantasi liar tentang diriku, ya?"

"Apa!" teriak sang wanita.

"Tercetak jelas di wajahmu, sok galak tetapi terlihat kesepian." Pria itu menggerakkan telapak tangannya di wajah dengan sorot meremehkan.

"Yak! Berengsek! Kau pikir aku semurahan itu, eoh. Aku bahkan ingin bercerai sejak melangkahkan kaki ke arah altar."

Air muka pria pucat itu berubah seketika. Pandangannya beralih ke jalan dengan konsentrasi penuh.

"Ya ... secepatnya kita akan bercerai. Kau tahu 'kan aku melakukannya demi orang yang aku sayangi."

.
.
.

C u again ^^

14112020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro